Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel Sebut Ancaman Pembunuhan Terhadap Capres Harus Disikapi Serius
Pakar psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel. (Dok. JawaPos.com)
13:32
13 Januari 2024

Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel Sebut Ancaman Pembunuhan Terhadap Capres Harus Disikapi Serius

–Viral di media sosial netizen mengungkapkan ancaman penembakan terhadap calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan.

Menurut pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel, beruntunnya sejumlah warganet mengirim pesan ancaman pembunuhan terhadap Capres Anies Baswedan mengindikasikan ada sekelompok orang sengaja melakukan stalking (pembuntutan) dengan misi membahayakan.

”Jangankan membunuh. Sebatas stalking dengan niat bahaya pun sesungguhnya sudah harus disikapi serius. Ingat, perilaku kekerasan cenderung bereskalasi, jika tidak distop selekasnya,” terang Reza.

Kedua, menurut dia, mengibaratkan ancaman pertama sebagai tes ombak, ternyata disambut positif viewers lainnya. Dengan kata lain, ada lebih dari satu orang yang mengintai dan sampai berpikir menghabisi Anies.

”Keberadaan sejumlah orang itu bisa memantik fasilitasi sosial. Artinya, keinginan merealisasikan niat jahat itu diperkuat orang-orang tersebut satu sama lain. Peluang bagi terjadinya penembakan pun meninggi,” papar Reza.

Ketiga, lanjut dia, pembunuhan akan dilancarkan lewat penembakan. Kalau penembakan jarak dekat, Reza berharap bisa dicegah.

Dia mengatakan, ada 37 polisi per tim untuk mengawal masing-masing capres. Asumsinya, tersedia pengawal dalam jumlah yang cukup untuk memagari Anies.

”Tapi bagaimana dengan penembakan dari jarak jauh? Bagaimana jika eksekutor lebih dari satu orang dan berada di lokasi yang berbeda-beda? Bagaimana jika peluru justru mengenai orang-orang di sekitar Anies? Sudahkah itu semua masuk dalam antisipasi pengamanan?” tutur Reza.

Keempat, menurut Reza, seberapa jauh unsur perencanaan si pengancam?

”Kalimatnya, Kira2 nembak kep*ala an1s hukuman nya brpa thun ya,” kata Reza.

”Tiga dari empat unsur perencanaan sudah ada di situ. Target: Anies. Sumber daya: senjata api. Risiko: perhitungan berat hukuman. Hanya perlu satu unsur lagi, yaitu insentif, agar bisa sempurna disebut sebagai rencana kejahatan terencana. Jadi, pengancam sudah hampir lengkap kalkulasi kejahatannya,” jelas Reza.

Mengapa dia tidak tulis insentif yang ingin dia raih? Reza mengatakan, itu artinya dua kemungkinan motif tetap berlaku, emosional maupun instrumental.

”Kemungkinannya, bukan emosional. Jika emosional adalah motifnya, untuk sebuah chat singkat di medsos, yang didahulukan pelaku dalam sebuah chat tunggal adalah meluapkan isi hati,” ujar Reza.

Kelima, dia menambahkan, semestinya ancaman itu tidak hanya dipandang sebagai serangan kepada Anies. Hal yang sama patut disikapi sebagai tantangan terhadap polisi. Seberapa cepat dan ajeg polisi merespons, akan menentukan kuat lemahnya deterrence effect.

”Kelambanan polisi menangkap pelaku juga akan menunjukkan betapa pengamanan terhadap capres di ruang maya masih belum optimal. Patroli dan pengawalan berbasis siber harus diperkuat. Secara kebetulan, ini selaras dengan sorotan Anies di panggung debat terkait keamanan siber,” ucap Reza.

Terlebih, menurut dia, kalau capres saja bisa dengan mudahnya menjadi target ancaman pembunuhan, betapa rawannya posisi masyarakat biasa.

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #pakar #psikologi #forensik #reza #indragiri #amriel #sebut #ancaman #pembunuhan #terhadap #capres #harus #disikapi #serius

KOMENTAR