Di Balik Senyum Penerima MBG, Ada Rasa Bahagia Petugas SPPG Banyuwangi
- Piring-piring stainless steel tersaji rapi di hadapan anak-anak sekolah dasar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng). Piring-piring itu berisi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan mendukung tumbuh kembang mereka dalam meraih cita-cita.
Menu MBG yang disajikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Banyuwangi telah menjadi momen yang dinantikan anak-anak sekolah di Kabupaten Magelang. Program ini menyentuh lapisan paling dalam penerima manfaat, yakni kebahagiaan anak-anak.
Salah satunya adalah Mohamad Tri Saka. Dengan mata berbinar, Saka, panggilan akrabnya, duduk menikmati porsi makan siangnya.
Ketika ditanya bagaimana perasaannya menerima Program MBG, Saka hanya tersenyum kecil dan menjawab dengan polos.
“Senang. Kalau ada MBG, uang saku jadi tersisa,” kata Saka.
Seperti anak-anak lain, Saka pun memiliki menu MBG favorit. Ia sangat menyukai burger yang disajikan SPPG Banyuwangi karena lezat. Bahkan, ia berharap, menu burger lebih sering disajikan.
Selain nikmat, Saka mengatakan bahwa makanan yang disajikan petugas di SPPG selalu berkualitas terbaik dan bersih. Hal ini membuatnya tidak ragu untuk menghabiskan makanan hingga suapan terakhir.
Ketika ditanya apakah ia punya pesan untuk “kakak-kakak” petugas SPPG yang setiap hari memasak dan menyajikan makanan, Saka langsung mengangguk. Ia tak berpanjang kata, tetapi justru di situlah ketulusannya terasa.
“Terima kasih karena sudah menyediakan menu MBG,” pesannya.
Rahasia di balik menu sehat MBG
Kualitas dan kebersihan makanan di SPPG Banyuwangi tak terlepas dari peralatan modern yang digunakan.
Asisten Lapangan SPPG Banyuwangi Afif Fahrul Ramadan menjelaskan, pihaknya telah dilengkapi peralatan yang didesain khusus untuk produksi massal dengan standar keamanan tinggi.
Menurutnya, penggunaan alat-alat modern tersebut menjadi faktor kunci dalam mencapai kecepatan dan volume produksi yang tinggi. Dua alat utama yang menjadi tulang punggung operasional dapur adalah rice streamer dan tilting pan.
Untuk memasak nasi, SPPG menggunakan rice streamer yang dilengkapi dengan 12 tray atau baki. Setiap tray mampu menampung hingga enam kilogram beras.
“Dengan kapasitas tersebut, proses memasak nasi dapat dilakukan jauh lebih cepat dan efisien ketimbang metode konvensional,” kata Afif.
SPPG Banyuwangi menggunakan peralatan modern seperti rice steamer.
Selain rice steamer, SPPG Banyuwangi juga memanfaatkan tilting pan untuk memasak sayur dan menggoreng lauk.
Alat ini menyerupai wajan besar yang dapat dimiringkan secara otomatis (tilting) untuk memudahkan pemindahan atau penuangan masakan.
Kapasitas tilting pan pun sangat besar. Untuk sayur, alat ini mampu memasak hingga 30 kg dalam sekali proses. Sementara itu, untuk lauk, khususnya ayam, tilting pan dapat memasak sekitar 150 hingga 200 potong dalam satu kali masak.
"Tilting pan dipakai buat masak sayur dan menggoreng lauk. Alat ini sangat membantu dalam mempercepat proses memasak," tuturnya.
Penggunaan peralatan canggih juga diiringi dengan meningkatkan aspek keselamatan. Afif menjelaskan bahwa SPPG Banyuwangi dirancang secara custom. Misalnya, instalasi gas yang menjadi sumber panas utama diletakkan di area terpisah di bagian belakang dapur.
Penempatan tabung gas di luar area masak dapat meminimalkan risiko kebocoran gas yang dapat mengganggu atau membahayakan area utama. Desain ini memastikan area masak tetap aman. Dengan demikian, proses memasak dapat berjalan lancar.
Desain dapur dan penggunaan peralatan modern membantu menjaga kualitas makanan yang akan dibagikan kepada masyarakat.
“Begitu makanan selesai, tim SPPG Banyuwangi bisa langsung mendistribusikannya. Ini meminimalkan risiko makanan cepat basi,” ujarnya.
Terkait pengolahan sampah, SPPG Banyuwangi menerapkan sistem pengelolaan yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan berbasis komunitas.
Limbah sisa bahan baku yang masih dapat dimanfaatkan tidak langsung dibuang. Sisa bahan baku ini didistribusikan kepada relawan sebagai pakan ternak.
Pengelolaan limbah ini menciptakan siklus berkelanjutan, yakni keuntungan dari dapur juga dikembalikan kepada masyarakat sekitar.
"Jadi, semua yang ada di sini juga dapat keuntungan dari dapur ini sendiri,” tuturnya.
Bangga jadi bagian program MBG
Menyediakan asupan makanan bergizi untuk penerima manfaat memberikan kepuasan tersendiri bagi petugas yang terlibat.
Salah satu staf dapur di SPPG Banyuwangi, Rani Destiaka, mengaku bangga dapat berkontribusi langsung dalam penyediaan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah. Terlebih, MBG merupakan program prioritas yang digagas pemerintah.
“Saya sangat antusias memasak dan menyajikan makanan untuk anak-anak. Itu benar-benar membahagiakan buat saya,” kata Rani.
Kebahagiaan Rani semakin bertambah ketika ia menyaksikan langsung antusiasme anak-anak penerima manfaat. Pasalnya, adiknya yang masih bersekolah juga menjadi penerima MBG.
Salah satu staf dapur di SPPG Banyuwangi, Rani Destiaka.
Menurutnya, program MBG sudah terbukti memberikan dampak positif yang langsung terasa bagi siswa.
“Adik saya juga sekolah dan dapat MBG. Katanya senang banget karena dapat buah dan susu. Jajan mereka juga jadi lebih irit. Mereka benar-benar antusias,” tuturnya.
Sebagai generasi muda yang baru memasuki dunia kerja, Rani menilai bahwa bekerja di dapur MBG menghadirkan tantangan tersendiri.
Menurutnya, tantangan terbesar adalah soal waktu dan fisik. Ia harus mengorbankan jam santai dan beradaptasi dengan ritme kerja yang ketat.
Meski demikian, Rani mengaku betah dan menikmati pekerjaannya. Pasalnya, program MBG sangat mulia karena menyangkut masa depan generasi muda. Ia berharap, kontribusi kecilnya di dapur SPPG dapat membantu kelancaran program ini.
“Ke depan, saya berharap, program ini terus berlanjut, semakin berkembang, serta semakin dapat apresiasi yang baik dari orang-orang,” kata Rani.
Tag: #balik #senyum #penerima #rasa #bahagia #petugas #sppg #banyuwangi