Marak Kasus Bullying Sampai Terdengar Prabowo, Pemerintah: Apapun Alasannya Tidak Boleh
Mendukbangga Wihaji dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (25/11/2025). (KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA)
17:52
25 November 2025

Marak Kasus Bullying Sampai Terdengar Prabowo, Pemerintah: Apapun Alasannya Tidak Boleh

- Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) Wihaji mengatakan, kasus bullying atau perundungan yang marak terjadi, khususnya di sekolah, telah sampai ke telinga Presiden Prabowo Subianto.

Wihaji menyatakan, pemerintah akan serius dalam menindaklanjuti kasus bullying ini.

Hal tersebut disampaikan Wihaji usai dipanggil Prabowo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (25/11/2025).

"Insya Allah kita turun tangan karena ini sudah di-statement-kan juga oleh Bapak Presiden. Kita seriusi. Dan ini sangat penting. Terus kita edukasi bahwa bullying apapun alasannya tidak boleh," ujar Wihaji.

Wihaji mengatakan, salah satu tugas Kemendukbangga adalah edukasi.

Dia kembali menekankan bahwa tindakan bullying tidak boleh dilakukan, apapun alasannya.

"Apapun sebabnya. Siapapun orangnya. Yang mem-bully maupun yang di-bully. Sudah saya sampaikan bahwa ini tidak boleh. Apapun alasannya. Kita edukasi karena begini," ujar dia.

Wihaji menyebut, kementeriannya memiliki direktorat yang khusus mengedukasi keluarga.

"Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan. Tentu tugas kita kementerian, kita ada beberapa direktorat yang berkenan dengan bina keluarga. Termasuk bina keluarga remaja, bina ketahanan keluarga yang intinya adalah mengedukasi," imbuh Wihaji.

Diketahui, baru-baru ini kembali terjadi kasus bullying yang merenggut nyawa anak sekolah.

MH (13), siswa kelas I SMPN 19 Tangerang Selatan yang diduga menjadi korban perundungan sejak awal masuk sekolah, meninggal dunia di ruang ICU RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Minggu (16/11/2025) pagi.

Ia wafat setelah hampir sebulan berjuang melawan luka serius di kepala yang diduga akibat dipukul menggunakan kursi besi oleh teman sekelasnya.

Kisah pilu MH disebut telah berlangsung sejak masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Ibunya, Y (38), mengatakan, anaknya mulai mendapat perlakuan kasar sejak hari-hari pertama sekolah.

“Awal dari MPLS udah kena juga dia, ditabokin sampai tiga kali,” kata Y, saat ditemui Kompas.com, Senin (10/11/2025).

Tindakan intimidasi itu terus berulang. Menurut Y, MH kerap ditusuk sedotan berulang kali di tangan, ditendang lengannya saat sedang belajar, dan dipukul di punggung.

MH disebut-sebut mengalami kekerasan fisik hampir setiap hari.

Puncaknya terjadi pada Senin (20/10/2025) ketika kepala MH dihantam menggunakan kursi besi oleh siswa yang sama.

Pada hari kejadian, MH tidak langsung berani bercerita.

Saat itu, ibunya baru saja keluar dari ruang ICU dan sedang dalam masa pemulihan.

“Dia enggak langsung bilang karena saya baru keluar dari ICU, dia takut,” ujar Y.

MH baru mengakui kejadian tersebut keesokan harinya.

Y melihat anaknya linglung, berjalan tidak stabil, dan gerakan matanya tampak janggal.

Setelah didesak berulang kali, MH akhirnya mengaku bahwa ia dipukul menggunakan kursi besi.

"Saya mikir, kok dijedotin tapi ada di tengah ubun-ubun gitu. Terus dia bilang, 'bukan dijedotin mah tapi dipukul pakai bangku', bangku yang kursi sekolah besi itu," kata Y.

Tag:  #marak #kasus #bullying #sampai #terdengar #prabowo #pemerintah #apapun #alasannya #tidak #boleh

KOMENTAR