 63
                                        63                                    
                                 
                                             14:36
 14:36                                             31 Oktober 2025
 31 Oktober 2025                                            Mahfud MD Buka Kartu: KPK Bisa Panggil Mantan Presiden Terkait Kereta Cepat Whoosh!
- Mahfud MD tegaskan KPK berwenang memanggil siapa pun, termasuk mantan presiden, dalam penyelidikan KCJB.
- Ia soroti kejanggalan proyek KCJB yang awalnya B2B berubah jadi APBN, libatkan sejumlah pejabat kunci.
- Mahfud duga korupsi terjadi di level bawah, dorong KPK berani telusuri dokumen dan panggil semua pihak.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Prof. Dr. Mahfud MD, menegaskan bahwa secara hukum, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki kewenangan mutlak untuk memanggil siapa saja yang dianggap mengetahui atau terlibat dalam suatu perkara, termasuk mantan Presiden Republik Indonesia.
Pernyataan ini disampaikan Mahfud MD dalam konteks penyelidikan yang tengah dilakukan KPK terkait dugaan korupsi pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh
Mahfud menjelaskan bahwa wewenang pemanggilan tersebut berlaku sejak tahap penyelidikan, sebelum penetapan peristiwa pidana dan tersangka.
“Bisa saja ya, karena di dalam penyelidikan itu bisa memanggil siapa saja yang dianggap ada kaitan atau dianggap tahu,” ujar Mahfud dikutip dari YouTube pada podcast Forum Keadilan TV pada Jumat (31/10/2025).
Ia menambahkan, secara teori hukum, tidak ada satu pun warga negara, bahkan seorang presiden, yang kebal dari panggilan penegak hukum.
Namun, Mahfud mengakui adanya aspek psikologis-politis yang seringkali membuat kasus-kasus besar enggan menyentuh level tertinggi kepemimpinan.
“Cuma secara psikologis biasanya—psikopolitisnya itu—biasanya enggak sampai ke sana. Tapi teorinya bisa, kenapa tidak?” tanyanya.
Anomali Proyek WUS dan Peran Pejabat Kunci
Penegasan wewenang KPK ini berakar dari sorotan tajam Mahfud MD terhadap berbagai keanehan dalam proyek kereta cepat yang sudah dimulai sejak tahun 2015 tersebut.
Ia menyambut baik langkah KPK yang dikabarkan sudah memulai penyelidikan sejak awal tahun ini, karena proyek tersebut dinilai layak diselidiki.
Keanehan paling utama adalah pergeseran model pembiayaan. Semula, proyek senilai $6,2 miliar ini dirancang sebagai kerja sama Government to Government (G2G) dengan Jepang.
Namun, kemudian berubah menjadi model Business to Business (B2B) dengan Tiongkok, yang ironisnya, di tengah jalan kemudian harus disuntik menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terutama setelah terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 yang mengatur tentang mekanisme penjaminan utang Kereta Api Indonesia.
“Dulunya kan B2B, sekarang pemerintah harus turun tangan misalnya kan… itu kan apalagi lalu disusul dengan PMK yang khusus menyebut kontrak-kontrak Kereta Api, penjaminan terhadap kontrak-kontrak Kereta Api, itu kan berarti sudah mengantisipasi APBN kan, negara kan yang turun,” jelas Mahfud.
Untuk menelusuri kejanggalan ini, Mahfud menyebut sejumlah pejabat yang berperan aktif dan bisa dimintai keterangan oleh KPK. Mereka termasuk:
- Menteri BUMN (Rini Soemarno), yang disebut paling depan dalam proses.
- Menko Perekonomian (Darmin Nasution).
- Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi).
- Kepala BPN/Menteri Pertanahan (Sofyan Djalil) terkait pembebasan tanah.
Dugaan Korupsi di Level Bawah
Meski membuka kemungkinan pemanggilan presiden, Mahfud MD secara pribadi menduga bahwa jika benar terjadi praktik korupsi, pelakunya berada di level di bawah presiden.
Mahfud beralasan bahwa pada awal menjabat, Presiden Jokowi adalah sosok yang lugu atau polos.
"Presiden Jokowi itu dulunya kan lugu sekali ya polos kan, ya enggak punya atensilah terhadap korupsi atau apa di awal-awal itu kan begitu, sehingga saya menduga pemainnya kalau ngedak korupsi di level berikutnya, tidak di tingkat presiden," pungkasnya.
Oleh karena itu, ia mendorong KPK untuk memberanikan diri melakukan parade pemanggilan.
Menurutnya, hal ini bukan hanya untuk penegakan hukum, tetapi juga sebagai pendidikan hukum, ketahanan negara, dan transparansi kepada publik.
KPK harus mulai dari dokumen rahasia, menelusuri kejanggalan, dan memanggil semua pihak yang terlibat dalam proses negosiasi dan penetapan anggaran.
Tag: #mahfud #buka #kartu #bisa #panggil #mantan #presiden #terkait #kereta #cepat #whoosh
 
             
             
             Berita Terbaru
Berita Terbaru Nasional
Nasional Internasional
Internasional Ekonomi
Ekonomi Sport
Sport Tekno
Tekno Sains
Sains Health
Health Hobi
Hobi Tokoh
Tokoh Food
Food Travel
Travel Lifestyle
Lifestyle 
                                             
                                             
                                             
                         14:36
 14:36                             31 Oktober 2025
 31 Oktober 2025                             
                         
                         
                         
                         
                        