Siap-siap Harga BBM-Sembako Melonjak, Ini Dampak Ngeri Perang Iran-Israel ke Indonesia
Ilustrasi BBM (Pixabay)
16:44
19 Juni 2025

Siap-siap Harga BBM-Sembako Melonjak, Ini Dampak Ngeri Perang Iran-Israel ke Indonesia

Eskalasi konflik terbuka antara Iran dan Israel yang semakin memanas mengirimkan getaran hebat ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.

Meski terpisah ribuan kilometer, dampak rambatan (spillover effect) dari perang di jantung Timur Tengah ini siap menghantam berbagai sendi vital perekonomian dan stabilitas domestik Tanah Air. Mulai dari lonjakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga potensi pelemahan rupiah, Indonesia kini berada dalam posisi waspada tinggi.

Ancaman paling nyata dan terasa langsung oleh masyarakat adalah lonjakan harga minyak dunia. Konflik yang melibatkan Iran, salah satu produsen minyak terbesar dunia, berpotensi besar mengganggu jalur distribusi utama, terutama di Selat Hormuz yang strategis.

Kenaikan harga minyak mentah global secara otomatis akan menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang selama ini menanggung beban subsidi energi yang besar.

Jika harga minyak terus meroket, pilihan pemerintah menjadi terbatas: menaikkan harga BBM subsidi atau membiarkan subsidi membengkak dan mengorbankan alokasi untuk sektor lain.

Baru-baru ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara terang-terangan telah memperingatkan adanya dua bahaya utama yang mengintai.

"Risiko pertama adalah ketidakpastian, harga cenderung naik, seperti harga minyak," katanya dalam sebuah konferensi pers.

Bahaya kedua, menurutnya, adalah potensi pelemahan ekonomi global yang akan menekan kinerja ekspor Indonesia.

"Di sisi lain, dari sisi perekonomian global akan cenderung melemah... Itu kombinasi yang harus kita waspadai karena tidak baik," ujar Sri Mulyani.

Efek domino dari kenaikan harga energi tidak berhenti di situ. Kenaikan biaya logistik akibat mahalnya bahan bakar dan terganggunya rute pelayaran internasional akan memicu inflasi atau kenaikan harga barang secara umum.

"Konflik ini bertahan lama seperti Rusia-Ukraina, maka akan cukup berat bagi dunia, dapat terjadi ketidakstabilan harga. Akhirnya, dunia akan mengalami stagflation, stagnation plus inflation, artinya pertumbuhan ekonomi dunia menurun dan inflasi dunia meningkat," papar Prof Rossanto Dwi Handoyo, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

Kenaikan ongkos logistik ke Eropa, misalnya, dapat membuat produk ekspor Indonesia menjadi lebih mahal dan kalah saing.

Di sektor keuangan, ketidakpastian global akan memicu pelarian modal (capital outflow) dari negara-negara berkembang seperti Indonesia menuju aset yang dianggap lebih aman (safe haven) seperti dolar AS dan emas.

Kondisi tersebut akan memberikan tekanan berat bagi nilai tukar Rupiah. Pelemahan Rupiah lebih lanjut akan membuat harga barang-barang impor, termasuk bahan baku industri dan pangan, menjadi semakin mahal.

Selain dampak ekonomi, eskalasi konflik di Timur Tengah juga memiliki implikasi politik dan sosial di dalam negeri.

Secara historis, Indonesia konsisten menyuarakan dukungan untuk Palestina dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Perang terbuka antara Iran, yang memposisikan diri sebagai pembela Palestina, dengan Israel akan menempatkan Indonesia pada posisi diplomatis yang lebih tegas dan berpotensi menimbulkan ketegangan baru dalam hubungan internasional.

Di tingkat domestik, isu ini sangat sensitif dan kerap memicu solidaritas yang kuat dari masyarakat. Potensi terjadinya demonstrasi dan mobilisasi massa untuk menyuarakan dukungan terhadap salah satu pihak sangat mungkin terjadi. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas dan kerukunan sosial di tengah situasi ekonomi yang juga sedang diuji.

Editor: Bangun Santoso

Tag:  #siap #siap #harga #sembako #melonjak #dampak #ngeri #perang #iran #israel #indonesia

KOMENTAR