

Ilustrasi seorang introvert yang sulit menemukan cinta./Freepik.


Alasan Bersosialisasi Membuat Energi Orang Introvert Cepat Habis Menurut Sains
- Kita semua sama-sama memahami bahwa kebanyakan orang introvert merasa bersosialisasi membuat energi terkuras habis. Ya, kita semua tahu dan merasakan itu. Namun, bagaimana sains menjelaskannya?
Sebut saja suatu waktu seorang ekstrovert dan seorang introvert masuk ke sebuah kafe. Saat itu Sabtu malam, jadi tempat itu penuh dengan energi. Sebuah band menyanyikan lagu-lagu mereka di atas panggung sementara sekelompok orang berdiri di sekitar. Orang yang ekstrovert melihat pemandangan itu dan merasakan gelombang kegembiraan. Ia melihat peluang sosial di mana-mana. Namun, hal itu berbalikan dengan yang dirasakan si introvert. Orang introvert mengalami situasi tersebut secara berbeda. Ia mundur sejenak, mengamati situasi dan menyerap semuanya. Kemudian, ia diam-diam bergabung dengan teman-temannya. Ia merasa sedikit kewalahan, tenggelam dalam kebisingan dan aktivitas, tetapi ia berkata pada dirinya sendiri untuk rileks dan meyakinkan diri untuk nyaman. Untuk sementara, kaum introvert mungkin busa bersenang-senang di tengah kafe ramai itu. Namun, itu tidak bertahan lama. Tak lama kemudian, si introvert mulai merasa lelah. Benar-benar lelah. Tubuhnya tidak hanya terasa lelah secara fisik, tetapi pikirannya pun menjadi kabur dan lamban. Nah, jika Anda pernah merasa lelah karena bersosialisasi, ada alasan yang sangat nyata secara ilmiah. Dikutip dari Introvert Dear, Selasa (3/12), mari kita perjelas beberapa hal. Skenario di atas hanyalah contoh dan generalisasi. Sebenarnya tidak semua orang ekstrovert menghabiskan akhir pekan mereka untuk berpesta, dan terkadang, kita yang introvert juga menikmati pesta. Menurut Carl Jung, pendiri psikologi analitis, tidak ada yang namanya introvert atau ekstrovert yang 'murni'. Kita semua berada di suatu tempat dalam spektrum yang mendefinisikan introversi dan ekstroversi. Bersosialisasi pada akhirnya akan menguras tenaga bagi semua orang. Hal ini didukung aebuah studi tahun 2016 dari Universitas Helsinki yang menemukan bahwa peserta melaporkan tingkat kelelahan yang lebih tinggi tiga jam setelah bersosialisasi, baik mereka yang introvert maupun ekstrovert. Seberapa lelah yang mereka rasakan bergantung pada beberapa faktor seperi berapa banyak orang yang mereka temui, intensitas interaksi, dan apakah mereka memiliki tujuan tertentu dalam pikiran. Wajar saja jika orang introvert dan ekstrovert merasa lelah setelah bersosialisasi karena hal itu memang menghabiskan energi. Anda harus berbicara, mendengarkan, dan memproses apa yang dikatakan, di antara hal-hal lainnya. Namun, ada beberapa perbedaan yang sangat nyata antara kaum introvert dan ekstrovert. Perbedaan ini muncul dari cara kita menanggapi penghargaan. Penghargaan bisa berupa hal-hal seperti mendapatkan nomor telepon orang asing yang menarik, mendapat promosi di tempat kerja, atau menikmati hidangan lezat. Kita semua menikmati penghargaan, dan kita semua menginginkannya. Namun, orang introvert dan ekstrovert bereaksi secara berbeda terhadap penghargaan. Untuk memahami mengapa bersosialisasi dapat dengan cepat melelahkan kaum introvert dibanding ekstrovert, Colin De Young, seorang profesor psikologi di Universitas Minnesota, percaya bahwa kaum ekstrovert memiliki sistem dopamin yang lebih aktif daripada kaum introvert. Dopamin adalah neurotransmitter yang memainkan peran penting dalam sistem komunikasi tubuh, membantu mengendalikan berbagai fungsi dengan mengirimkan sinyal antara otak dan tubuh. Sering disebut sebagai 'hormon rasa senang', hormon ini dikaitkan dengan emosi positif seperti kebahagiaan, euforia, dan konsentrasi. Dopamin sangat penting untuk berbagai fungsi tubuh, mulai dari gerakan hingga tidur hingga pengaturan suasana hati. Nah, saat Anda merasakan kenikmatan seperti menyantap makanan favorit atau saat berhubungan seks, otak Anda melepaskan dopamin. Namun, dopamin memiliki sisi gelap berupa kecanduan. Misalnya, beberapa obat-obatan terlarang merangsang pelepasan dopamin dan meningkatkan kadarnya di otak. Hal itu kemudian menyebabkan ketergantungan. Begitulah dahsyatnya dopamin. Platform media sosial memanfaatkan kekuatan dopamin, memberi Anda dorongan dopamin saat Anda menonton video lucu atau menerima like pada postingan Anda. Inilah yang membuat Anda terus menggulir, bahkan saat Anda tahu ada hal yang lebih baik untuk dilakukan daripada menatap ponsel. Dengan cara ini, dopamin dapat membuat kita kecanduan untuk terus menggulir tanpa henti. Jadi, apa hubungannya ini dengan bersosialisasi Itu berarti orang ekstrovert memiliki sistem dopamin yang lebih aktif. Mereka akan lebih bersemangat dengan kemungkinan mendapatkan hadiah. Dopamin memberi mereka energi untuk memulai percakapan dengan orang asing atau tetap berada di bar hingga panggilan terakhir. Meskipun kegiatan ini melelahkan, dopamin mengurangi biaya usaha, seperti minum segelas espresso sebelum berlari. Dopamin bahkan menjelaskan mengapa orang ekstrovert mungkin berbicara lebih keras, lebih cepat, dan lebih percaya diri . Perilaku ini menarik lebih banyak perhatian pada diri mereka sendiri dan meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan penghargaan sosial. Kaum introvert juga memiliki dopamin, tetapi sistem dopaminnya tidak 'berfungsi' seperti kaum ekstrovert. Mereka tidak terdorong untuk mengejar imbalan yang sama seperti yang dikejar kaum ekstrovert.
Editor: Nurul Adriyana Salbiah
Tag: #alasan #bersosialisasi #membuat #energi #orang #introvert #cepat #habis #menurut #sains