Mengenal Impulsive Buying, Melakukan Belanja Tanpa Direncanaka hingga Sering Kali Berakhir pada Penyesalan
Impulsive buying merupakan pembelian secara berlebih di mana melakukan pembelian secara spontan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.
Impulsive buying biasanya dipicu oleh faktor eksternal seperti iklan atau penjualan.
Pengambilan keputusan spontan ini berbeda dengan pembelian yang direncanakan, karena tidak disertai niat sadar atau pemikiran sebelumnya.
Hal ini berpotensi menyebabkan pengeluaran secara berlebihan. Disisi lain keadaan emosional, seperti nilai sosial budaya, ciri kepribadian, dan rangsangan lingkungan dapat memengaruhi pembelian impulsif.
Melansir dari Geeks for Geeks berikut fakta serta hal-hal yang berkaitan dengan impulsive buying.
Penyebab melakukan impulsive buying
Pembelian impulsif adalah fenomena yang dibentuk oleh berbagai faktor yang dapat memengaruhi perilaku konsumen.
Hal ini mencakup ciri-ciri kepribadian, keyakinan pembelian, demografi, nilai-nilai sosiokultural, dan rangsangan lingkungan. Contoh penyebab orang melakukan impulsive buying diantaranya.
- Keadaan emosional seperti marah, bahagia, atau kegembiraan berfungsi sebagai pendorong yang kuat untuk pembelian impulsif. Disamping daya tarik produk yang menarik, promosi, atau lingkungan toko yang ramah.
- Takut ketinggalan, dan kepuasan langsung yang diperoleh dari pembelian juga berkontribusi pada kecenderungan pembelian impulsif.
- Cenderung memiliki harga diri yang rendah, hal ini mengarah pada gangguan kecemasan yang meningkat, suasana hati yang negatif, dan kerentanan untuk mengembangkan gangguan obsesif kompulsif.
- FOMO atau pengaruh pada hal yang sedang trending, hal ini memainkan peran penting dalam membentuk dan mendorong perilaku pembelian impulsif.
Jenis-jenis impulsive buying
- Pembelian impulsif murni: Pembelian impuls murni adalah bentuk yang paling mudah dikenali, ditandai dengan keputusan spontan tanpa perencanaan sebelumnya.
Contohnya seperti saat sedang mengambil sebatang cokelat di kasir, didorong oleh keinginan atau dorongan tiba-tiba. Ini sering kali melibatkan tindakan cepat dan tidak direncanakan yang dipengaruhi oleh keinginan langsung.
- Pembelian impulsif pengingat: Dalam kategori ini, pelanggan tiba-tiba teringat akan suatu kebutuhan saat mereka menemukan barang yang relevan.
Misalnya, mengingat untuk membeli pasta gigi saat berbelanja telur setelah melewati sikat gigi merupakan contoh pembelian impulsif. Hal ini memanfaatkan kekuatan pengingat untuk memengaruhi keputusan pembelian.
- Pembelian impulsif saran: Pembelian impuls saran berasal dari perspektif yang lebih beralasan, di mana individu dibujuk untuk membeli pesan pemasaran atau strategi persuasif.
Pembelian impulsif jenis ini melibatkan penciptaan kebutuhan yang dirasakan akan suatu produk melalui upaya pemasaran dan pesan yang efektif. Jenis ini menekankan peran saran dan persuasi dalam memengaruhi pilihan konsumen.
- Pembelian impulsif terencana: Bertentangan dengan namanya, pembelian impulsif terencana berpusat pada diskon, promosi, atau barang yang sudah dipertimbangkan untuk dibeli oleh individu.
Contohnya adalah ketika menemukan album musik yang sebelumnya dipertimbangkan sedang diobral dan memutuskan untuk membelinya karena diskon yang menarik, memadukan perencanaan dengan pengambilan keputusan impulsif.
Hal ini menyoroti bagaimana perencanaan strategis masih dapat berperan dalam skenario pembelian impulsif.
Alasan melakukan impulsive buying
- Perasaan mendapatkan penawaran: Konsumen sering kali termotivasi untuk melakukan pembelian berdasarkan persepsi penghematan yang ditawarkan suatu produk.
Promosi penjualan memiliki dampak yang signifikan dalam memengaruhi perilaku konsumen, khususnya di antara individu yang peduli dengan harga.
Keyakinan bahwa suatu produk akan memberikan penghematan jangka panjang dapat mendorong keputusan pembelian impulsif karena konsumen mencari nilai dan efektivitas biaya.
- Rangsangan Fisik: Elemen eksternal seperti papan nama toko, suasana toko, aktivitas pemasaran, dan pajangan jendela berperan penting dalam membentuk perilaku konsumen.
Riset konsumen telah menyoroti pengaruh rangsangan fisik ini dalam menarik perhatian dan mendorong pembelian impulsif. Lingkungan dan penyajian produk secara keseluruhan dapat memengaruhi pengambilan keputusan konsumen secara signifikan.
- Daya Tarik Emosional: Pembelian impulsif sering kali berakar pada faktor emosional, seperti keinginan untuk mendapatkan kepuasan instan atau kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial.
Daya tarik emosional suatu produk, baik yang terkait dengan kegembiraan, kegembiraan, atau rasa memiliki, dapat memicu keputusan impulsif.
Memahami dan memanfaatkan faktor pendorong emosional berperan penting dalam mendorong pembelian impulsif.
- Pengaruh Sosial: Pengaruh teman sebaya dan ekspektasi masyarakat merupakan faktor penting dalam pembelian impulsif.
Orang sering melakukan pembelian agar sesuai dengan lingkungan sosialnya atau untuk menampilkan citra tertentu.
Pengaruh sosial berkontribusi pada aspek emosional pembelian impulsif, karena individu berusaha menyesuaikan diri dengan preferensi dan perilaku teman sebayanya.
- Personalisasi: Tren personalisasi telah menjadi faktor kunci dalam mendorong pembelian impulsif. Pengalaman dan produk yang disesuaikan menciptakan ikatan emosional, menumbuhkan rasa keunikan dan koneksi.
Penawaran yang dipersonalisasi berkontribusi pada spontanitas pembelian, karena konsumen tertarik pada produk yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan masing-masing.
***
Tag: #mengenal #impulsive #buying #melakukan #belanja #tanpa #direncanaka #hingga #sering #kali #berakhir #pada #penyesalan