Waspadai Kecanduan Media Sosial, Pakar Psikologi Unair Surabaya Beri Penjelasan Dampak dan Cara Mengatasinya
Dampak dan cara mengatasi kecanduan media sosial menurut pakar Unair./Pexels/mikoto.raw Photographer
11:58
7 April 2024

Waspadai Kecanduan Media Sosial, Pakar Psikologi Unair Surabaya Beri Penjelasan Dampak dan Cara Mengatasinya

- Kecanduan media sosial adalah fenomena kontemporer yang semakin menjadi perhatian serius bagi pakar psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Dengan semakin meluasnya penggunaan platform media sosial, Atika Dian Ariana pakar Psikologi Unair Surabaya memperingatkan tentang dampak negatif yang dapat terjadi pada penggunanya.

Dampak kecanduan media sosial

Dikutip dari unair.ac.id pada Minggu (7/4), ia menjelaskan mengenai dampak dari ketagihan menjelajah media sosial yang dialami masyarakat hari ini.

Atika menjelaskan bahwa sekurang-kurangnya terdapat dua dampak dari pemakaian jejaring online secara berlebihan, yakni kesehatan fisik dan mental.

Secara fisik gejala-gejala yang patut diwaspadai karena lamanya di depan gawai adalah mengenai posisi duduk yang tidak sehat, berkurangnya aktivitas gerak fisik yang berpotensi pada masalah fisik seperti gangguan tidur dan mata lelah.

Sedangkan secara kesehatan mental, terlalu lama berselancar di media sosial dapat menyebabkan depresi dan kecemasan bagi penggunanya.

Bahkan tidak hanya itu, mereka yang berlebihan dalam bermedia sosial akan berpotensi mengalami OCD (Obsessive Compulsive Disorder) yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengontrol perilaku berulang untuk berselancar di medsos.

Dikutip dari ners.unair.ac.id pada Minggu (7/4) bahwa OCD merupakan gangguan kecemasan yang membuat seseorang memiliki pemikiran berulang mengenai ide atau sensasi (obsesif) tertentu, sehingga merasa terdorong harus mewujudkan ide tersebut secara berulang-ulang (kompulsif).

Cara Mengatasi

Lantas bagaimana untuk mengatasi kecanduan pada media sosial?

Atika memberikan salah satu solusi untuk penanganan kecanduan tersebut, yakni dengan cara terapi psikologis.

Terapi psikologis ini memang diperuntukkan pada penanganan kecanduan baik yang melibatkan zat maupun non-zat. Untuk konteks ini, penanganannya lebih berfokus pada modifikasi perilaku.

Beberapa hal yang dilakukan dalam praktiknya mulai dari psikoedukasi serta pembentukan pola pikir yang sehat.

“Terapi psikologis yang biasanya digunakan untuk kecanduan, lebih banyak berbasis terapi perilaku. Ada beberapa modifikasi perilaku yang biasanya diberikan kepada individu yang kecanduan, termasuk diiringi dengan psikoedukasi. Jadi kita percaya bahwa perilaku itu sebenarnya adalah produk dari pola pikir,” ungkap psikolog tersebut.

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa perlunya untuk memberikan mekanisme alternatif lain bagi mereka yang kecanduan media sosial.

Harapannya adalah dapat meminimalisir perilaku berjejaring sosial yang berlebihan dan mengurangi gejala-gejala masalah mental.

“Pentingnya memberikan alternatif bagi individu yang cenderung menggunakan media sosial sebagai solusi atas masalah atau stres yang mereka hadapi. Strategi coping yang terus-menerus menggunakan medsos dapat memperburuk masalah kesehatan mental mereka,” lanjutnya.

Sebagai informasi, dilansir dari We Are Social pada Minggu (7/4) bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 212,9 juta users, alias 77% dari total populasi di Indonesia yang mencapai 276,4 juta jiwa.

Sedangkan yang aktif menggunakan media sosial mencapai 167 juta warganet, atau 60,4% dari total populasi di Indonesia.

Adapun durasi penggunaan di depan gawai adalah rata-rata 7 jam lebih 42 menit untuk berselancar di internet, kemudian disusul 3 jam 18 menit untuk mengakses media sosial dalam sehari.

Padahal, menurut Atika, penggunaan internet termasuk media sosial akan disebut sebagai problematic internet use atau problematik penggunaan internet ketika melebihi 5 jam dalam sehari.

Dengan kata lain, mereka yang menggunakan internet maupun media sosial melebih durasi tersebut disebut berlebihan.

“Penggunaan yang melebihi 5 jam sehari dapat dianggap sebagai problematik. Terutama jika seseorang kehilangan kontrol dan terobsesi untuk terus mengakses platform tersebut. Faktor lain yang mencakup kecanduan media sosial adalah pengabaian terhadap aktivitas di dunia nyata, di mana individu lebih memilih untuk terlibat dalam kehidupan maya daripada kehidupan nyata,” jelas Dosen Psikologi Unair Surabaya tersebut.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #waspadai #kecanduan #media #sosial #pakar #psikologi #unair #surabaya #beri #penjelasan #dampak #cara #mengatasinya

KOMENTAR