Orang Tua Harus Hindari Mengatakan 7 Kalimat Ini, Jika Ingin Membesarkan Anak-Anak yang Tangguh Secara Emosional
Ilustrasi orang tua yang marah pada anaknya. (Pexels)
22:22
6 November 2024

Orang Tua Harus Hindari Mengatakan 7 Kalimat Ini, Jika Ingin Membesarkan Anak-Anak yang Tangguh Secara Emosional

Beberapa orang tua pasti pernah memarahi anaknya dan berkata seperti “jangan berlebihan” atau “jangan menangis lagi.” Itu mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi itu akan membuat anak merasa tidak diperhatikan dan tidak penting.

Anak yang tumbuh menjadi tangguh secara emosional sering kali dibesarkan dalam lingkungan di mana emosi mereka dihargai dan diakui.

Para ahli menunjukkan beberapa kalimat ataupun frasa yang harus dihindari orang tua untuk kesejahteraan mental anak.

Dilansir dari baselinemag.com, perubahan sederhana dalam bahasa dapat memberdayakan anak untuk mengelola emosi mereka dengan lebih baik, yang mengarah pada rasa harga diri dan ketahanan yang lebih kuat.

  1. “Kamu terlalu sensitif”

Beberapa orang mungkin sering mendengar kalimat ini saat tumbuh dewasa. Memberitahu anak bahwa mereka “terlalu sensitif” adalah reaksi umum ketika orang tua mengekspresikan emosi atau reaksi yang kuat.

Frasa ini meremehkan perasaan anak, memberitahu mereka bahwa reaksi emosional mereka salah atau berlebihan. Ini dapat membuat anak merasa tidak penting dan tidak diperhatikan. Frasa ini mengajarkan anak untuk menekan emosi mereka, menyembunyikannya karena dianggap berlebihan.

Hal ini dapat merusak kekuatan emosional anak dalam jangka panjang. Juga membuat anak kesulitan untuk mengekspresikan dan menangani emosi dengan cara yang sehat seiring bertambahnya usia. Alih-alih mengatakan “terlalu sensitif”, cobalah untuk mengatakan “Tidak apa-apa untuk merasa kesal atau sedih.”

Ini membuat perasaan mereka lebih dihargai dan membantu mereka memahami bahwa tidak apa-apa untuk merasakan dan mengekspresikan diri mereka sendiri. Sehingga memperkuat ketahanan emosional mereka.

  1. “Aku kecewa padamu”

Beberapa orang tua mungkin pernah merasa kecewa pada anaknya karena tidak dapat memenuhi harapan mereka. Ketika merasa kesal, orang tua mungkin secara tidak sadar mengatakan “Aku kecewa padamu.”

Itu membuat anak akan merasa bahwa mereka tidak cukup baik dan merasa gagal dalam melakukan sesuatu. Ini dapat menyebabkan anak menyamakan harga diri mereka atau kasih sayang orang tua mereka dengan pencapaian mereka.

Hal itu memberi tekanan yang tidak perlu pada anak untuk selalu menjadi sempurna demi menghindari kekecewaan orang tua mereka. Jadi, cobalah untuk fokus pada perilaku dan usaha mereka dalam memperoleh pencapaian.

Katakanlah “Aku melihatmu sudah berusaha tetapi tidak mendapatkan hasil yang kamu inginkan. Mungkin kamu bisa coba dengan cara lain.” Hal ini membuat percakapan yang mengarah pada pemecahan masalah daripada menghakimi anak dengan kekecewaan.

  1. “Berhenti menangis, itu bukan masalah besar”

Beberapa orang tua seringkali mengajarkan anak mereka untuk menahan air mata, terutama untuk anak laki-laki. Orang tua sering mengaitkan tangis dengan kelemahan, tetapi itu merupakan respons emosional yang alami.

Dengan mengatakan “Berhenti menangis, ini bukan masalah besar,” ini membuat anak merasa dipermalukan. Seakan-akan rasa sakit mereka tidak berarti apa-apa.

Sebaliknya, orang tua harus mengajarkan anak mereka bahwa menangis itu boleh, dan menunjukkan emosi adalah hal yang wajar. Sebagai orang tua ketika anak akan menangis, cobalah dengan menghibur daripada mengatakan “jangan menangis.”

Hal ini menunjukkan kepada anak bahwa perasaan mereka berarti dan mereka dapat mengandalkan orang tua untuk memberikan dukungan emosional. itu adalah kunci membesarkan anak agar memiliki ketahanan emosional.

  1. “Mengapa kamu tidak bisa lebih seperti saudaramu”

Dalam keluarga, persaingan antarsaudara adalah hal yang wajar. Sebagai orang tua mungkin pernah ingin membandingkan pencapaian anak-anak mereka. Terutama jika orang tua ingin perilaku salah satu anaknya menjadi lebih baik.

Namun, membandingkan anak-anak sangat jarang berhasil. Itu hanya akan membuat anak merasa tidak cukup disayangi seperti saudara mereka.

Setiap kali orang tua berkata “Kamu kenapa tidak seperti kakak atau adikmu?”, itu membuat anak akan merasa kurang, tidak baik, dan terus menerus merasa dibayang-bayang saudara mereka. Perbandingan akan menimbulkan kebencian dan merusak harga diri seorang anak.

Daripada membandingkan anak-anak, cobalah untuk mengenali bakat dan kelebihan unik mereka. beritahu mereka bahwa anda menghargai semua usaha yang sudah dilakukan, dan dukung bakat mereka secara menyeluruh.

  1. “Kamu selalu…” atau “kamu tidak pernah…”

Beberapa orang tua mungkin cenderung fokus pada pengalaman negatif daripada pengalaman positif terhadap anak mereka. Ini adalah fenomena yang disebut oleh para psikolog sebagai ‘bias negatif’.

Ketika orang tua mengatakan “Kamu selalu saja ceroboh” atau “Kamu tidak pernah memperhatikan nasihat,” frasa ini dapat membuat anak merasa mereka selalu melakukan kesalahan, dan tidak memiliki perubahan.

Sebagai orang tua, cobalah untuk tidak terlalu fokus hanya pada hal negatif yang dilakukan oleh anak. Namun, dengan selalu mengingatkan dan memberikan nasihat yang baik, itu dapat membuat anak merasa sadar bahwa mereka harus berubah menjadi lebih baik.

  1. “Kita bicarakan ini nanti”

Setiap orang tua tentu ada waktu di mana mereka sibuk dengan aktivitas lain. Mereka mungkin sibuk dengan pekerjaan atau melakukan pekerjaan rumah, sehingga secara tidak sadar mengesampingkan permintaan atau mendengarkan anak mereka.

Bila orang tua mengesampingkan urusan anak-anaknya, secara tidak sengaja mereka menunjukkan bahwa masalah anak mereka tidak penting atau tidak cukup mendesak untuk mereka tangani.

Daripada mengabaikan anak, cobalah untuk meluangkan waktu dan mengatakan, “Ini cukup penting untuk kamu, tunggu aku akan periksa.” Ini membuat anak merasa dihargai dan merasa kasih sayang orang tua mereka tidak tergantikan.

  1. “Makanya aku bilang begitu”

Sebagai orang tua mungkin sering merasa lelah dan ingin mengakhiri diskusi dengan mengatakan “Makanya aku bilang begitu.” Kalimat ini dapat mematikan rasa ingin tahu anak dan merusak kemampuan mereka untuk memahami alasan di balik aturan dan keputusan.

Hal ini membuat anak merasa diabaikan atau tidak dihargai pendapat mereka. Sebagai orang tua, cobalah untuk menjelaskan alasan anda dengan cara yang dimengerti anak.

Ini dapat membuat anak lebih memahami kepedulian orang tua daripada larangan yang tidak mendasar.

Editor: Bayu Putra

Tag:  #orang #harus #hindari #mengatakan #kalimat #jika #ingin #membesarkan #anak #anak #yang #tangguh #secara #emosional

KOMENTAR