Pentingnya Bijak Pilih Informasi agar Tak Terjebak Mom Guilt
Di tengah derasnya arus informasi tentang pengasuhan anak di media sosial, banyak ibu justru merasa semakin cemas dan diliputi rasa bersalah. Alih-alih merasa terbantu, paparan informasi yang berlebihan justru membuat ibu mempertanyakan kemampuan dirinya sendiri.
Kondisi inilah yang kerap memicu mom guilt atau perasaan bersalah karena merasa tidak cukup baik dalam menjalankan peran sebagai ibu.
“Kalau terlalu banyak informasi yang berulang, menurutku stop dulu, boleh di-unfollow dulu, walaupun terkadang informasi yang sangat berguna,” ucap Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Farraas Afiefah Muhdiar saat diwawancarai Kompas.com di Jakarta Selatan, (10/12/2025).
Ia mengungkapkan, salah satu kunci agar ibu tidak terjebak dalam mom guilt berkepanjangan adalah dengan lebih selektif dalam memilah informasi, terutama yang berasal dari media sosial.
Ketika informasi berubah menjadi sumber kecemasan
Farraas menjelaskan, pada dasarnya informasi tentang tumbuh kembang anak memang penting. Namun, ketika informasi tersebut dikonsumsi secara berlebihan dan tanpa disaring, dampaknya justru bisa berlawanan.
Ia mencontohkan pengalamannya sendiri saat menghadapi masalah berat badan anak.
Paparan konten tertentu yang terus-menerus muncul di media sosial justru memperburuk kecemasan.
“Misalnya, aku dulu punya masalah dengan berat badan anakku, yang aku lakukan adalah mute sementara Instagram ahli-ahli yang selalu bilang soal stunting bisa memengaruhi IQ anak,” ujar Farraas.
Ilustrasi stres dan kehabisan energi.
Langkah tersebut, lanjut Farraas, bukan berarti menutup diri dari ilmu yang benar. Justru, hal itu dilakukan sebagai bentuk perlindungan kesehatan mental agar ibu tidak terus-menerus berada dalam kondisi cemas.
“Ini bukan menutup atau menolak ilmu yang benar, tetapi terkadang unggahan tersebut bikin ibu semakin khawatir,” lanjutnya.
Fokus pada masalah anak tapi tetap batasi paparan informasi
Farraas menegaskan, menyadari adanya masalah pada anak bukan berarti ibu harus terus menerus terpapar informasi yang memicu rasa bersalah.
Sebaliknya, ketika ibu sudah memahami kondisi anaknya, paparan informasi yang berlebihan sebaiknya dikurangi.
“Jika ibu sudah tahu dan sadar kondisi anaknya bermasalah, silahkan di-stop sementara paparan informasi yang berlebih, tapi tetap fokus untuk memperbaiki kondisi anak,” jelas Farraas.
Menurutnya, fokus utama ibu seharusnya adalah langkah konkret yang bisa dilakukan sesuai kondisi dan sumber daya yang dimiliki, bukan terus membandingkan diri dengan standar ideal yang sering kali tidak realistis.
Pentingnya konten yang sesuai realitas hidup
Farraas mengingatkan bahwa tidak semua konten relevan dengan kondisi setiap keluarga.
“Konten yang kita tonton atau orang yang kita follow di media sosial juga sebaiknya yang relate dengan realitas kehidupan kita,” ujarnya.
Ia menambahkan, mengikuti akun atau figur yang kehidupannya sangat jauh dari realitas sehari-hari justru dapat memperbesar rasa tidak seimbang dalam diri ibu.
Selain membatasi konten yang memicu kecemasan, Farraas juga menyarankan ibu untuk aktif mencari komunitas yang suportif, termasuk di media sosial.
Lingkungan yang saling menguatkan dinilai dapat membantu ibu merasa lebih diterima dan dipahami.
“Selain itu, bisa juga cari komunitas yang suportif di media sosial, yang kalau kita nge-post tentang anak justru menyemangati bukan membandingkan dengan anaknya,” ungkapnya.
Komunitas semacam ini dapat menjadi ruang aman bagi ibu untuk berbagi cerita tanpa rasa takut dihakimi atau dibandingkan.
Lebih jauh, Farraas menekankan, ibu tidak mungkin mengontrol semua informasi yang beredar di luar sana. Namun, ibu tetap memiliki kendali atas apa yang ingin dikonsumsi dan siapa yang ingin diikuti.
“Penting untuk ibu memfilter siapa yang ingin dia lihat dan ikuti. Sebab kita tidak bisa mengontrol unggahan orang lain, tapi kita bisa memilih siapa yang ingin kita dengarkan dan ikuti,” pungkas Farraas.
Dengan lebih selektif memilah informasi, ibu diharapkan dapat menjaga kesehatan mentalnya, merasa lebih tenang, dan terhindar dari mom guilt yang berlarut-larut.
Ibu yang lebih tenang dan percaya diri juga akan berdampak positif pada pengasuhan dan hubungan dengan anak.
Tag: #pentingnya #bijak #pilih #informasi #agar #terjebak #guilt