Ribka Tjiptaning Anak Siapa? Berani Melawan Stigma, Kini Dipolisikan karena Kritik Rezim Orba
Nama Ribka Tjiptaning Proletariyati, A.Ak., tentu tidak asing di dunia politik Indonesia. Sosoknya dikenal sebagai politisi yang tegas, berani, dan tak jarang menimbulkan kontroversi. Namun, di balik ketegasan dan keberaniannya, mungkin banyak orang bertanya-tanya, Ribka Tjiptaning anak siapa?
Pertanyaan itu membawa kita menelusuri jejak sejarah keluarga Ribka yang sarat dengan nuansa ideologis dan tragedi politik. Berikut ulasannya.
Silsilah Keluarga Ribka Tjiptaning
Lahir di Yogyakarta pada 1 Juli 1959, Ribka adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ia merupakan putri pasangan Raden Mas Soeripto Tjondro Saputro dan Bandoro Raden Ayu Lastri Suyati.
Sang ayah merupakan bangsawan Kasunanan Solo sekaligus pengusaha kaya yang juga dikenal sebagai aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia memiliki pabrik paku di Solo dan dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap ketidakadilan sosial.
Sementara ibunya, Bandoro Raden Ayu Lastri Suyati, berasal dari lingkungan Kraton Kasultanan Yogyakarta, menjadikan Ribka lahir dari garis darah bangsawan Jawa yang berpadu dengan semangat perjuangan rakyat kecil.
Namun, kehidupan keluarga Tjondro Saputro berubah drastis setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S).
PKI dibubarkan dan anggotanya diburu. Ayah Ribka menghilang tanpa kabar, sementara ibunya ditangkap militer.
Kala itu Ribka masih sangat kecil, namun luka sejarah itu meninggalkan jejak dalam hidupnya, membentuk pandangan dunia yang keras, teguh, dan penuh empati terhadap rakyat kecil.
Meski lahir dari keluarga yang dicap “berdosa politik”, Ribka berhasil bangkit dan membuktikan bahwa masa lalu bukan penghalang untuk berkontribusi bagi bangsa.
Pendidikan dan Karier
Ia menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Kristen Indonesia (UKI) sejak 1978 dan meraih gelar dokter pada 2002. Kemudian, ia melanjutkan studi di Universitas Indonesia (UI) dan mendapatkan gelar Ahli Asuransi Kesehatan pada 2012.
Sebelum menapaki karier politik, Ribka aktif berpraktik sebagai dokter, antara lain di Klinik Partuha Ciledug, Klinik Waluya Sejati Abadi, dan RS Tugu Ibu Cimanggis.
Ia juga sempat bekerja sebagai dokter perusahaan di lingkungan keluarga Puan Maharani selama periode 1992–2009. Pengalaman panjang di dunia medis inilah yang menjadi modal utamanya ketika kelak membidangi isu kesehatan di parlemen.
Ribka mulai menapaki jalur politik dengan bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada 1996. Dari situlah kariernya menanjak pesat.
Ia terpilih menjadi Ketua Komisi IX DPR RI periode 2009–2014, lembaga yang membidangi isu kesehatan, ketenagakerjaan, transmigrasi, dan kependudukan. Dalam posisinya ini, Ribka dikenal sebagai politisi vokal yang sering mengkritisi kebijakan pemerintah, terutama yang dianggap tak berpihak pada rakyat kecil.
Ia kemudian terpilih kembali sebagai anggota DPR RI untuk periode 2014–2019 dan 2019–2024, mewakili daerah pemilihan Jawa Barat IV (Kabupaten dan Kota Sukabumi). Dalam partainya, Ribka juga dipercaya sebagai Ketua Bidang Penanggulangan Bencana DPP PDI-P.
Namun, nama Ribka tak pernah lepas dari sorotan publik. Ia pernah mendapat sanksi dari Badan Kehormatan DPR RI karena dugaan pelanggaran etika dalam pembahasan RUU Kesehatan, tepatnya terkait hilangnya Ayat (2) Pasal 113 yang mengatur zat adiktif seperti tembakau.
Ia juga menuai kontroversi saat menyatakan penolakannya terhadap vaksinasi Covid-19 di awal masa pandemi, dengan alasan kehati-hatian dan kurangnya transparansi pemerintah.
Meski sering menjadi pusat perdebatan, Ribka tidak gentar untuk menunjukkan sikapnya sebagai politisi yang membela kepentingan rakyat kecil, sesuatu yang ia anggap sebagai warisan nilai dari ayahnya yang seorang aktivis.
Pada 2002, Ribka menulis buku berjudul Aku Bangga Jadi Anak PKI, yang menceritakan bagaimana ia tumbuh dengan stigma sosial sebagai keturunan "orang terlarang".
Buku itu memicu polemik luas, namun sekaligus memperlihatkan keberaniannya untuk berdamai dengan masa lalu dan berbicara terbuka tentang sejarah yang selama ini dianggap tabu.
Dilaporkan ke Polisi
Kontroversi terbaru datang pada November 2025, ketika Ribka dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh Aliansi Rakyat Anti Hoaks.
Ia dituduh melakukan pencemaran nama baik terhadap almarhum Presiden Soeharto setelah menyebut dalam wawancara bahwa Soeharto adalah "pembunuh jutaan rakyat."
Ucapannya dianggap sebagai ujaran kebencian dan penyebaran berita bohong. Ribka sendiri menanggapi laporan itu dengan tenang dan menyatakan tak gentar menghadapi proses hukum apa pun.
Secara keseluruhan, kisah Ribka Tjiptaning memberi kesan ia memang bukan sosok yang mudah dipahami. Ia bisa keras dan kontroversial, namun juga menunjukkan keberpihakan terhadap rakyat kecil.
Di balik semua itu, darah bangsawan dan jejak perjuangan ayahnya yang hilang karena sejarah membentuk dirinya menjadi pribadi yang berani berdiri di garis depan, bahkan saat banyak orang memilih diam.
Demikian itu informasi soal Ribka Tjiptaning anak siapa. Ia bukan sekadar "anak dari Soeripto Tjondro Saputro dan Lastri Suyati." Ia adalah anak dari sejarah, dari masa lalu yang penuh luka, namun melahirkan seorang perempuan yang berani menantang stigma.
Kontributor : Mutaya Saroh
Tag: #ribka #tjiptaning #anak #siapa #berani #melawan #stigma #kini #dipolisikan #karena #kritik #rezim #orba