seseorang yang lebih disiplin di akhir tahun 2025. (Freepik/DC Studio)
Jika Anda Ingin Menjadi Lebih Disiplin di Akhir Tahun 2025, Ucapkan Selamat Tinggal pada 8 Kebiasaan yang Merusak Diri Sendiri Menurut Psikologi
Akhir tahun sering menjadi momen kita bercermin—meninjau kembali apa yang berhasil, apa yang gagal, dan apa yang perlu diperbaiki. Banyak orang ingin menjadi pribadi yang lebih disiplin: lebih fokus mengejar tujuan, lebih rapi mengelola hidup, serta lebih konsisten dalam kebiasaan baik. Namun menurut psikologi, kedisiplinan bukan hanya tentang menambah kebiasaan baru. Ia juga menuntut kita untuk melepaskan pola perilaku merusak yang diam-diam menyabotase diri sendiri.
Dilansir dari Expert Editor, terdapat 8 kebiasaan yang sebaiknya Anda tinggalkan sebelum memasuki babak baru di akhir tahun 2025—agar disiplin bukan sekadar resolusi di atas kertas, tetapi menjadi kenyataan yang membentuk masa depan Anda.
1. Menunda Pekerjaan (Procrastination)
Menunda pekerjaan mungkin terasa seperti istirahat, padahal sering menjadi akar stres dan penyesalan. Banyak penelitian psikologi menunjukkan bahwa kebiasaan ini lahir bukan dari malas, melainkan dari ketakutan dan kecemasan—takut gagal, takut tidak sempurna, atau takut dinilai.
Jika Anda ingin lebih disiplin, mulai ganti dengan aksi kecil yang mudah dimulai. Kedisiplinan tumbuh dari langkah pertama, bukan dari rencana besar yang tak pernah dilakukan.
2. Perfeksionisme yang Tidak Realistis
Ada garis tipis antara kualitas dan perfeksionisme. Perfeksionisme yang berlebihan membuat kita sulit bergerak karena fokus pada kesalahan daripada kemajuan. Akhirnya, kita stagnan.
Psikologi menunjukkan bahwa perfeksionis cenderung menunda pekerjaan, mudah stres, dan sulit merayakan pencapaian. Mulailah memberi ruang bagi “cukup baik” sebagai standar awal. Sempurna itu proses, bukan titik awal.
3. Terlalu Keras pada Diri Sendiri (Self-Criticism)
Sedikit kritik dapat memotivasi, tetapi kritik berlebihan melumpuhkan. Otak merespons kritik tajam seolah sedang menghadapi ancaman, meningkatkan hormon stres, dan membuat kita menghindar.
Ganti dengan self-compassion—bersikap hangat pada diri sendiri saat gagal. Orang yang penuh belas kasih pada diri justru lebih gigih, bukan sebaliknya.
4. Terlalu Banyak Menerima (People Pleasing)
Mengatakan “iya” pada semua orang membuat Anda tampak baik, namun perlahan menghabiskan energi dan waktu. Psikologi menyebut kondisi ini sebagai kehilangan batas personal. Belajarlah mengatakan “tidak”—bukan karena Anda jahat, tetapi karena Anda menghargai prioritas diri. Kedisiplinan tidak mungkin terwujud jika waktu Anda dihabiskan untuk tujuan orang lain, bukan yang terpenting bagi diri sendiri.
5. Konsumsi Media Berlebihan
Scrolling tanpa henti memberikan ilusi istirahat, padahal justru menguras fokus. Paparan informasi berlebih melemahkan atensi dan menurunkan kemampuan otak untuk fokus intens.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa media berlebih dapat memicu kecemasan, FOMO, dan gangguan tidur—musuh besar produktivitas. Atur batas waktu layar agar pikiran Anda kembali tajam dan sadar.
6. Menghindari Tantangan
Menghindari kesulitan adalah naluri dasar manusia, tetapi manusia berkembang justru melalui tantangan. Dalam psikologi, ada istilah growth mindset, bahwa kemampuan dapat berkembang melalui usaha.
Jika Anda selalu mengambil jalan yang mudah, Anda hanya akan bergerak di tempat. Kedisiplinan tumbuh saat Anda berani keluar dari zona nyaman—walau sedikit demi sedikit.
7. Tidak Menjaga Rutinitas Dasar (Tidur, Makan, Ruang Kerja)
Disiplin bukan hanya mental, tapi sistem. Kurang tidur, pola makan buruk, atau ruang kerja yang berantakan membuat keputusan sehari-hari lebih sulit.
Psikologi menyebut kondisi ini sebagai decision fatigue—saat otak kelelahan mengambil keputusan, sehingga akhirnya memilih yang cepat dan salah. Mulailah dari rutinitas sederhana: tidur cukup, makan baik, ruangan rapi. Kedisiplinan membutuhkan fondasi fisik yang stabil.
8. Lingkaran Sosial yang Tidak Sehat
Lingkungan memengaruhi kebiasaan secara signifikan. Jika dikelilingi orang yang pesimis, malas, atau sinis, upaya Anda untuk disiplin lebih sulit terwujud.
Menurut riset psikologi sosial, manusia cenderung meniru perilaku orang terdekat. Cari lingkungan yang mendorong Anda berkembang, bukan yang menghambat. Apresiasi diri Anda dengan memilih orang-orang yang mendukung perjalanan Anda.
Penutup: Disiplin Adalah Hadiah untuk Diri Anda di Masa Depan
Menjadi pribadi yang lebih disiplin bukan tentang mengubah diri secara drastis dalam semalam. Ini perjalanan panjang, dimulai dari melepaskan kebiasaan yang merusak dan menggantinya dengan pola yang mendukung pertumbuhan.
Delapan kebiasaan di atas mungkin terasa sepele, tetapi setiap harinya mencuri waktu, energi, dan masa depan Anda. Dengan mengucapkan selamat tinggal pada mereka, Anda membuka ruang bagi kejelasan, fokus, dan kemajuan yang nyata.
Akhir tahun 2025 adalah pintu menuju babak baru. Jangan biarkan kebiasaan lama menahan langkah Anda. Kedisiplinan adalah hadiah yang Anda berikan untuk diri di masa depan—agar ia hidup lebih terarah, lebih kuat, dan lebih bermakna. ***
Editor: Novia Tri Astuti
Tag: #jika #anda #ingin #menjadi #lebih #disiplin #akhir #tahun #2025 #ucapkan #selamat #tinggal #pada #kebiasaan #yang #merusak #diri #sendiri #menurut #psikologi