seseorang yang berusaha memperbaiki hubungan pernikahan. (Freepik/tirachardz)
Jika Anda Ingin Memperbaiki Hubungan Pernikahan Anda, Segera Hentikan 7 Kebiasaan Ini Menurut Psikologi
Dalam sebuah hubungan, terutama pernikahan, cinta yang dulu terasa hangat dan mudah sering kali berubah menjadi rumit dan penuh tantangan seiring waktu. Bukan karena cinta itu hilang, melainkan karena kebiasaan-kebiasaan kecil yang perlahan-lahan merusak fondasi emosional yang telah dibangun bersama.
Psikologi modern menegaskan bahwa keharmonisan rumah tangga tidak ditentukan oleh seberapa sering pasangan bertengkar, tetapi oleh bagaimana mereka memperlakukan satu sama lain di antara pertengkaran-pertengkaran itu. Dan sering kali, justru kebiasaan sehari-hari yang tampak “biasa” lah yang paling berbahaya.
Dilansir dari Geediting pada Jumat (24/10), terdapat 7 kebiasaan yang harus segera dihentikan jika Anda benar-benar ingin memperbaiki dan menyelamatkan pernikahan Anda.
1. Mengabaikan Komunikasi Emosional
Banyak pasangan berbicara setiap hari—tentang anak, pekerjaan, atau tagihan—namun jarang benar-benar berkomunikasi secara emosional.
Menurut psikolog John Gottman, pasangan yang bahagia adalah mereka yang mau mendengarkan bukan hanya kata-kata, tapi juga perasaan di balik kata-kata.
Mengabaikan komunikasi emosional membuat pasangan merasa tak terlihat, tak dipahami, dan akhirnya menjauh. Jika Anda ingin memperbaiki hubungan, berhentilah menutup diri. Dengarkan dengan empati, bukan untuk membalas, tetapi untuk memahami.
2. Terlalu Sering Menyalahkan Pasangan
Menyalahkan mungkin terasa melegakan sesaat—karena Anda merasa benar. Tapi dalam psikologi hubungan, ini adalah racun halus.
Kebiasaan menyalahkan menggeser fokus dari “kita melawan masalah” menjadi “aku melawan kamu”. Padahal, dalam hubungan sehat, tidak ada musuh, hanya dua orang yang mencoba memahami satu sama lain di tengah perbedaan.
Mulailah mengganti kalimat “Kamu selalu…” dengan “Aku merasa…” —perubahan kecil dalam bahasa bisa membawa pergeseran besar dalam hubungan emosional.
3. Menganggap Remeh Hal-Hal Kecil
Ciuman pagi, ucapan “terima kasih”, atau sekadar menatap mata pasangan sebelum tidur—hal-hal kecil ini sering kali terlupakan dalam rutinitas.
Padahal menurut psikologi positif, kebahagiaan dalam hubungan jangka panjang justru dibangun dari rangkaian momen kecil yang penuh makna, bukan dari kejutan besar sesekali.
Berhentilah menunggu momen istimewa. Jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk menunjukkan kasih, perhatian, dan penghargaan kecil yang tulus.
4. Membandingkan Pasangan dengan Orang Lain
Salah satu kebiasaan paling destruktif adalah membandingkan pasangan—baik dengan mantan, teman, atau suami/istri orang lain.
Psikolog sosial menyebut fenomena ini sebagai comparison trap, jebakan perbandingan yang perlahan mengikis rasa syukur.
Setiap pasangan punya dinamika unik, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Berhentilah fokus pada kekurangan yang dimiliki pasangan, dan mulai hargai apa yang ia lakukan dengan caranya sendiri. Tidak ada yang lebih mematikan cinta daripada perasaan “tidak pernah cukup baik.”
5. Menyimpan Dendam atau Luka Lama
Menyimpan dendam ibarat membawa batu besar di punggung Anda sendiri.
Psikologi hubungan menekankan bahwa forgiveness atau kemampuan memaafkan bukan berarti melupakan kesalahan, melainkan memilih untuk tidak lagi hidup di bawah bayangannya.
Jika Anda terus mengungkit masa lalu, Anda tidak sedang menyelesaikan masalah—Anda hanya memperpanjang luka. Belajar melepaskan bukan demi pasangan Anda, tetapi demi ketenangan hati Anda sendiri.
6. Menghindari Konflik Sama Sekali
Banyak orang berpikir bahwa tidak pernah bertengkar berarti hubungan mereka baik-baik saja. Padahal, menurut riset psikologi, ketidakhadiran konflik sering kali menandakan jarak emosional.
Menghindari pertengkaran bukan berarti menjaga kedamaian, melainkan menumpuk ketegangan yang suatu saat akan meledak.
Konflik, jika dikelola dengan sehat, justru menjadi sarana untuk mengenal pasangan lebih dalam dan memperkuat hubungan. Jadi, bukan hindari konflik—tapi pelajari cara sehat untuk bertengkar.
7. Berhenti Berusaha Karena Merasa “Sudah Terlambat”
Salah satu kebiasaan paling berbahaya adalah menyerah diam-diam. Tidak ada lagi upaya memperbaiki, tidak ada lagi inisiatif untuk menghangatkan hubungan—hanya rutinitas tanpa jiwa.
Padahal psikologi perubahan menunjukkan bahwa setiap hubungan dapat diperbaiki, selama kedua pihak mau berusaha.
Mungkin tidak akan kembali seperti masa awal, tapi bisa tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dewasa, lebih dalam, dan lebih tulus.
Cinta yang bertahan bukan yang tanpa luka, tetapi yang mau sembuh bersama.
Kesimpulan: Cinta Butuh Disiplin, Bukan Hanya Perasaan
Pernikahan yang sehat tidak tumbuh dari keberuntungan, melainkan dari disiplin dalam menjaga kebiasaan.
Setiap kali Anda memilih untuk memahami alih-alih menyalahkan, mendengarkan alih-alih menuntut, atau mengasihi alih-alih menyerah—Anda sedang menanam kembali benih cinta yang mungkin sempat layu.
Psikologi mengajarkan bahwa perubahan besar sering dimulai dari langkah kecil. Jadi, berhentilah melakukan tujuh kebiasaan ini, dan biarkan cinta Anda menemukan jalannya kembali—bukan ke masa lalu, tapi ke versi terbaik dari hubungan yang Anda miliki hari ini. ***
Editor: Novia Tri Astuti
Tag: #jika #anda #ingin #memperbaiki #hubungan #pernikahan #anda #segera #hentikan #kebiasaan #menurut #psikologi