



Mengapa Seseorang Bisa Merasa Bersalah Usai Selamat dari Tragedi?
Rasa bersalah tak selalu muncul karena berbuat salah. Dalam beberapa kasus, seseorang bisa merasa sangat bersalah hanya karena ia berhasil selamat dari tragedi, di saat orang lain tidak. Fenomena psikologis ini dikenal sebagai survivor guilt.
“Survivor guilt adalah perasaan bersalah yang muncul pada orang-orang yang selamat dari kejadian mematikan, seperti kecelakaan, bencana, atau kekerasan. Mereka merasa tidak pantas untuk selamat,” kata Psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi., kepada Kompas.com, Senin (16/6/2025).
Meity menjelaskan, survivor guilt bisa menimbulkan gangguan psikologis yang berat, seperti stres berkepanjangan, depresi, hingga keinginan mengakhiri hidup.
Bahkan, rasa bersalah ini bisa berkembang menjadi gangguan stres pascatrauma (PTSD) jika tidak ditangani dengan tepat.
Bukan karena bersalah, tapi merasa seharusnya tak selamat
Perasaan bersalah yang dialami penyintas biasanya tidak didasarkan pada logika.
Meski secara rasional tahu dirinya bukan penyebab tragedi, survivor guilt membuat seseorang merasa punya andil dalam kematian atau luka orang lain.
Gejalanya beragam, mulai dari keluhan fisik seperti mual, sakit kepala, gangguan pencernaan, jantung berdebar, hingga gejala emosional seperti:
- Mood mudah berubah dan mudah tersinggung
- Mimpi buruk dan kilas balik kejadian
- Menarik diri dari lingkungan sosial
- Obsesi terhadap apa yang ia lakukan saat kejadian
- Perasaan tidak berdaya dan keinginan untuk mati
“Banyak yang merasa seharusnya mereka bisa mencegah kejadian itu atau menukar posisi dengan korban,” ujar Meity.
Apa penyebab survivor guilt?
Menurut Meity, survivor guilt bisa dipicu oleh kombinasi faktor psikologis dan sosial. Beberapa di antaranya:
- Riwayat trauma masa lalu, termasuk pengalaman di masa kecil
- Kondisi kesehatan mental seperti depresi
- Kurangnya dukungan dari keluarga dan orang terdekat
- Faktor genetik dan penyalahgunaan zat
- Empati yang sangat tinggi sehingga menyerap penderitaan orang lain
Meski tidak semua penyintas mengalaminya, survivor guilt cenderung lebih mudah muncul pada mereka yang sebelumnya sudah mengalami luka batin atau tidak memiliki sistem dukungan yang memadai.
Pulih bukan berarti melupakan
Meity menekankan pentingnya dukungan dari orang terdekat untuk membantu seseorang yang mengalami survivor guilt. Perhatian kecil, pelukan, atau sekadar mendengarkan sudah sangat berarti.
Psikolog atau psikiater bisa membantu menyusun strategi coping, menenangkan emosi, dan membimbing penyintas untuk memproses rasa bersalah secara sehat.
Merasa bersalah karena selamat bukanlah sesuatu yang memalukan. Justru, itu menunjukkan adanya empati dan sensitivitas.
Namun jika perasaan itu terus menghantui dan mengganggu keseharian, maka penting untuk mencari pertolongan, bukan diam dan memendamnya sendiri.
Tag: #mengapa #seseorang #bisa #merasa #bersalah #usai #selamat #dari #tragedi