11 Kebiasaan Gen Z yang Dianggap Kurang Ajar oleh Baby Boomer Padahal Benar
ilustrasi Gen Z dan Baby Boomer (freepik/jcomp)
13:45
1 Mei 2025

11 Kebiasaan Gen Z yang Dianggap Kurang Ajar oleh Baby Boomer Padahal Benar

Setiap generasi memiliki batasan yang berbeda dalam menilai perilaku sosial yang dianggap pantas. Apa yang bagi satu generasi terasa seperti bentuk sopan santun, bisa saja dianggap berlebihan atau sudah ketinggalan zaman oleh generasi lainnya.

Kesenjangan perilaku sosial ini bisa terlihat dari generasi Baby Boomer dan Gen Z. Generasi baby boomer tumbuh dengan pandangan tegas tentang sopan santun, sehingga sering bingung melihat generasi muda yang bersikap lebih santai atau tampak tidak peduli.

Sebaliknya, Gen Z lebih mengutamakan keaslian dan efisiensi, dan menganggap sebagian aturan lama sebagai hal yang tidak relevan atau bahkan dibuat-buat. Akibatnya, tak jarang kebiasaan Gen Z dianggap kurang ajar oleh baby boomer, padahal seharusnya tidak masalah. Apa saja contohnya?

1. Tidak langsung menjawab telepon

Bagi para boomer, mengabaikan dering telepon bisa terasa seperti mengabaikan orang yang berdiri tepat di depanmu. Namun berbeda bagi Gen Z. Mereka justru menganggap panggilan telepon sebagai sesuatu yang mengganggu kecuali jika sudah dijadwalkan sebelumnya.

Bagi Gen Z, mengirim pesan teks terlebih dahulu dianggap lebih sopan ketimbang langsung menelepon. Ini karena memberi orang lain pilihan tentang kapan harus menjawab.

Penelitian bahkan menunjukkan bahwa generasi muda merasa lebih cemas dengan panggilan yang tidak terduga. Bagi Gen Z, tidak menjawab sampai kamu merasa 100 persen siap hanyalah kesopanan umum.

2. Berbicara dengan santai kepada figur otoritas

Generasi boomer sering kali tumbuh dengan memanggil semua orang "tuan," "nyonya," atau "Tuan dan Nyonya," terutama ketika berbicara dengan guru, bos, atau orang dewasa yang lebih tua. Di sisi lain, Gen Z cenderung menyukai nama depan dan percakapan santai, tidak peduli dengan siapa mereka berbicara.

Karyawan yang lebih muda saat ini merasa lebih nyaman dan lebih produktif dalam lingkungan yang tidak terlalu formal. Menggunakan bahasa yang santai adalah cara untuk menyamakan kedudukan. Bagi Gen Z, menjadi nyata lebih penting daripada menjaga jarak formal demi formalitas.

3. Membatalkan rencana melalui chat

Generasi boomer sering menganggap membatalkan rencana di menit-menit terakhir sebagai pelanggaran tata krama yang serius, apalagi melakukannya lewat pesan chat bisa terasa lebih buruk.

Namun bagi Gen Z, membatalkan rencana lewat chat adalah cara standar dan penuh hormat untuk memberi kabar kepada seseorang. Dalam benak mereka, mengirim pesan teks yang cepat dan jujur lebih baik daripada memaksakan permintaan maaf palsu secara langsung, atau menghilang begitu saja.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang lebih muda sangat menghargai kejujuran. Mereka hanya melihat pesan teks sebagai cara tercepat untuk bersikap jelas dan menghargai waktu setiap orang.

4. Berbicara terbuka tentang masalah kesehatan mental

Generasi baby boomer sering diajarkan bahwa perjuangan melawan kecemasan atau depresi harus dirahasiakan. Sebaliknya, Gen Z menjadi bagian dari pergeseran budaya besar menuju keterbukaan tentang kesehatan mental. Bagi Gen Z, berbicara terbuka tentang kesehatan mental adalah bagian menjadi manusia.

Orang-orang di generasi yang lebih muda cenderung mencari terapi dan berbicara tentang perjuangan emosional tanpa rasa malu. Bagi mereka, kejujuran tentang kesehatan mental adalah bentuk kebaikan dan kekuatan, bukan kekasaran dan kelemahan.

5. Menggunakan ponsel saat makan

Bagi banyak generasi boomer, mengeluarkan ponsel di meja makan adalah salah satu tindakan paling kasar yang dapat kamu lakukan. Namun Gen Z sering kali melihat waktu makan hanya sebagai momen mengerjakan banyak hal sekaligus. Mereka mungkin mengambil foto, membalas pesan, atau bahkan menggulir layar sebentar sambil tetap terlibat dalam percakapan.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang lebih muda merasa tidak terlalu terganggu dengan penggunaan ponsel di lingkungan sosial dibandingkan dengan generasi yang lebih tua. Gen Z sangat nyaman dalam hal memadukan kehidupan daring dan luring dengan lebih lancar daripada generasi boomer.

6. Berterus terang tentang keinginan dan kebutuhan

Generasi yang lebih tua sering kali dibesarkan untuk memberi isyarat atau bersikap tidak langsung ketika mereka membutuhkan sesuatu, karena mereka pikir akan lebih sopan jika tidak bersikap terlalu terbuka. Gen Z cenderung lebih langsung, karena mereka percaya bahwa komunikasi yang jelas dapat mencegah kesalahpahaman.

Psikolog telah menunjukkan bahwa generasi yang lebih muda lebih menghargai persetujuan, kejelasan, dan batasan daripada sebelumnya.

Bagi Gen Z, mengatakan apa yang kamu inginkan secara tepat dipandang sebagai cara untuk menghargai waktu dan energi setiap orang. Itu hanya gaya yang berbeda dalam bersikap penuh perhatian.

7. Resign tanpa pemberitahuan sebelumnya

Generasi baby boomer diajarkan untuk tetap setia kepada atasan, bahkan ketika keadaan sulit. Mereka juga selalu diajarkan untuk memberi tahu perusahaan sebelum meninggalkan pekerjaan.

Sebaliknya, Generasi Z memandang pekerjaan secara berbeda. Bagi Gen Z, pekerjaan adalah kesepakatan yang saling menguntungkan, bukan komitmen seumur hidup. Pekerja yang lebih muda memprioritaskan kesejahteraan pribadi dan pertumbuhan karier daripada kesetiaan kepada perusahaan.

Daripada khawatir akan merusak hubungan, Gen Z memilih meninggalkan pekerjaan dengan cepat sebagai cara untuk melindungi diri dari lingkungan yang tidak sehat. Bagi mereka, kesetiaan harus diperoleh, bukan otomatis.

8. Melewatkan ucapan terima kasih tradisional

Ucapan terima kasih yang ditulis tangan dulunya dianggap tidak bisa ditawar lagi, khususnya setelah seseorang menerima hadiah atau bantuan. Tetapi Gen Z sering kali memilih teks singkat, memo suara, atau bahkan pesan media sosial yang menyentuh hati.

Meskipun ungkapan terima kasih masih penting bagi generasi muda, formatnya tidak terlalu penting. Pesan yang tepat waktu dan tulus terasa lebih bermakna bagi mereka daripada kartu formal yang tertunda.

9. Berani bertanya alih-alih mengikuti instruksi secara membabi buta

Generasi baby boomer sering kali tumbuh dalam lingkungan di mana mempertanyakan otoritas dianggap tidak sopan. Namun, Gen Z dibesarkan untuk berpikir kritis, bertanya mengapa, dan menantang sistem yang tidak masuk akal.

Siswa kini didorong untuk terlibat secara kritis alih-alih menerima informasi secara pasif, dengan bertanya dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman. Bagi Gen Z, bertanya "mengapa" adalah tanda penghormatan terhadap kecerdasan mereka sendiri, alih-alih penghinaan terhadap orang yang memberi arahan.

10. Berbagi pendapat secara bebas saat online

Bagi generasi baby boomer, menyiarkan pendapat pribadi secara online mungkin tampak kurang ajar atau mementingkan diri sendiri. Namun, Gen Z melihat media sosial sebagai perpanjangan alami dari ekspresi diri.

Generasi yang lebih muda merasakan rasa identitas dan komunitas yang lebih kuat secara online. Mereka senang berbagi pandangan, baik tentang politik, kesehatan mental, atau kehidupan sehari-hari.

Itu tidak dianggap sebagai tindakan yang berlebihan, tetapi sebagai cara alami untuk berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

11. Memprioritaskan waktu pribadi daripada kewajiban keluarga

Generasi baby boomer sering kali menempatkan kewajiban keluarga di pusat kalender sosial mereka, menghadiri setiap pertemuan dan acara apa pun yang terjadi. Generasi Z lebih cenderung mempertimbangkan kebutuhan pribadi dan kesehatan mental sebelum berkomitmen.

Orang yang lebih muda sekarang lebih nyaman menetapkan batasan, bahkan dengan kerabat dekat, dibandingkan dengan orang-orang di masa lalu.

Mereka melihat melewatkan makan malam keluarga sesekali sebagai cara untuk melindungi rasa keseimbangan internal mereka sendiri, karena mereka percaya bahwa hubungan yang sehat harus menghormati kebutuhan setiap individu.

Editor: Ruth Meliana

Tag:  #kebiasaan #yang #dianggap #kurang #ajar #oleh #baby #boomer #padahal #benar

KOMENTAR