



3 Cara Gen Z Mengatasi Burnout Kerja, Perbanyak Me Time
– Ada beragam cara mengatasi burnout kerja yang dilakukan generasi Z (Gen Z). Misalnya seperti apa yang dilakukan oleh Yasmin (27) dan Siti (24) dari Kota Bekasi, Jawa Barat.
Ada yang memperbanyak waktu me time, ada pula yang lebih sering mengobrol dengan orang lain. Seperti apa?
Cara Gen Z mengatasi burnout kerja
1. Perbanyak me time
Ilustrasi menonton drama. Sebagai Gen Z, Yasmin menghadapi burnout saat bekerja dengan me-time menonton drama korea (drakor).
Yasmin bekerja sebagai marketing sebuah perusahaan developer perumahan. Ia merasa burnout awal tahun ini ketika banjir lima tahunan tiba.
Sebab, properti yang dipasarkan kebanjiran sehingga membuat para konsumen menghujat, memaki, dan menyumpahinya.
Tidak hanya itu, kantornya menyuruh tim marketing untuk menalangi angsuran sekaligus menagih angsuran kepada konsumen, padahal di luar tugas profesi marketing.
“Aku sih banyakin me time, ngelakuin apa yang membuatku senang, yang sebelumnya enggak bisa dilakukan karena jadwal kerja yang padat,” ucap dia kepada Kompas.com, Jumat (13/6/2025).
Yasmin menuturkan, ada banyak hal yang belum sempat dilakukan karena jadwal kerja yang padat, seperti mendaki, menonton drama Korea (drakor), dan berolahraga lari.
Jadwal kerja yang padat disebabkan oleh banjir lima tahunan tersebut. Banyaknya komplain dan pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan, membuat Yasmin memanfaatkan hari libur untuk beristirahat.
Mengajukan cuti selama beberapa hari pun tidak bisa lantaran kala itu beban kerjanya sedang menumpuk.
“Pas sudah agak kosong kerjaannya sekitar dua bulan lalu, baru bisa ngelakuin hal-hal yang membuatku senang pas hari libur dan ambil cuti,” kata Yasmin.
Yasmin mengaku, ia merasa malas untuk berkegiatan saat hari libur, meskipun kegiatan yang dilakukan adalah yang membuatnya senang.
Niat mengambil cutinya pun untuk beristirahat. Sebab, ia tidak lagi merasa lelah secara mental, tetapi juga fisik.
“Tapi aku sadar kalau burnout yang enggak diatasi bakal bikin aku semakin enggak optimal dalam bekerja,” kata dia.
“Makanya aku paksain diri untuk berkegiatan. Untungnya kegiatan yang bikin aku senang sebelum burnout, masih bikin aku senang. Jadinya aku sudah enggak burnout lagi,” sambung Yasmin.
View this post on Instagram
2. Bertemu teman
Selain me-time, seorang Gen Z bernama Yasmin juga menghadapi burnout dengan bertemu temannya.
Cara lainnya yang Yasmin lakukan ketika burnout adalah sering mengobrol dengan teman-temannya.
Di antara beragam hal yang Yasmin lakukan saat me time, ia selalu menyempatkan diri untuk bermain dengan teman-temannya.
“Aku mengatasi burnout juga dengan banyak ketemu teman, sekalian catch up. Ada banyak teman-temanku yang sudah lama enggak sempat ketemu, sebatas ngobrol lewat chat saja,” ujar dia.
Oleh karena itu, ketika bertemu dengan teman-temannya, Yasmin selalu menghabiskan waktu sampai berjam-jam karena ada banyak topik yang terlewat.
3. Ngobrol dengan senior
Siti adalah wartawan media daring. Ia sempat merasa burnout beberapa waktu lalu karena ditempatkan di pos tentang isu perkotaan, menggantikan dua senior yang rekam jejaknya terkenal baik.
Tekanan mental karena ditempatkan di pos yang terkenal sebagai “istana” para wartawan metropolitan, serta posisinya yang menggantikan dua senior mumpuni, membuat Siti mengalami burnout beberapa waktu lalu.
“Aku mengatasi burnout dengan sharing dengan senior,” tutur dia, Jumat.
Siti menuturkan, ia banyak mengobrol dengan wartawan lainnya yang sudah lebih dulu di pos tersebut tentang keluh kesahnya sebagai cara mengatasi burnout kerja.
“Sejauh ini cara itu efektif karena aku sudah enggak merasakannya lagi. Kalau merasakannya lagi, aku tinggal sharing lagi,” ujar Siti.