11 Bulan Tak Jua Menang di Gaza, Kepala Staf IDF: Kami Tak Akan Biarkan Hamas Angkat Kepala 
Kepala Staf Militer Israel (IDF), Herzi Halevi memberi pengarahan lapangan ke pasukan tempur IDF dalam perang Gaza. Israel dilaporkan mengalami krisis personel militer seiring berlarutnya perang di Jalur Gaza yang sudah berlangsung sembilan bulan. 
22:10
15 Agustus 2024

11 Bulan Tak Jua Menang di Gaza, Kepala Staf IDF: Kami Tak Akan Biarkan Hamas Angkat Kepala 

Kepala Staf Umum Pasukan Israel (IDF), Herzi Halevi memberikan pernyataan terkait situasi agresi militer IDF di Jalur Gaza yang sudah berlangsung 11 bulan sejak 7 Oktober 2023 silam.

Herzi Halevi mengakui, hingga kini IDF belum mencapai target perang yang mereka tetapkan, membebaskan sandera Israel yang ditahan di Gaza dan memberangus gerakan perlawanan Palestina, Hamas.

"Kembalinya tahanan adalah tujuan perang - dan kami berupaya mencapainya dengan tekad yang besar," kata Herzi Halevi saat berkunjung ke wilayah Koridor Philadelphia, Gaza Selatan, dilansir Khaberni, Kamis (15/8/2024).

Dia menambahkan: "Hamas harus tahu bahwa setiap hari mereka menyandera (warga Israel) kami akan menjadi lebih pahit (keras) dibandingkan hari sebelumnya."

"Kami akan bersikap lebih keras sampai kami dapat memulangkan para tahanan, dan setelah itu kami tidak akan membiarkan Hamas angkat kepala," tambahnya.

Pernyataan ini dilontarkan pada saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan rapat sebelum delegasi yang ditunjuknya berangkat, Kamis, ke Doha, dalam kerangka pertemuan puncak yang diserukan oleh mediator Amerika Serikat, Qatar dan Mesir.

Tentara Israel (IDF) mengawal para sandera yang dibebaskan dari Nuseirat, Gaza Tengah, Sabtu (8/6/2024). Demi empat sandera ini, IDF membombardir wilayah tersebut yang menewaskan 270 orang warga Palestina. Bombardemen dilakukan saat penyamaran pasukan IDF terbongkar oleh milisi perlawanan Palestina. Tentara Israel (IDF) mengawal para sandera yang dibebaskan dari Nuseirat, Gaza Tengah, Sabtu (8/6/2024). Demi empat sandera ini, IDF membombardir wilayah tersebut yang menewaskan 270 orang warga Palestina. Bombardemen dilakukan saat penyamaran pasukan IDF terbongkar oleh milisi perlawanan Palestina. (IDF/Press)

Netanyahu memberi wewenang kepada delegasi Israel untuk “menjembatani kesenjangan (perbedaan tuntutan dengan Hamas) tersebut,” namun hal itu “tidak berarti menyelesaikan perbedaan yang ada,” menurut laporan surat kabar Israel Yedioth Ahronoth.

Surat kabar tersebut mengutip sumber Israel yang mengatakan, “Mandat tersebut tidak berarti fleksibilitas dalam prinsip, namun memberikan solusi terhadap perubahan yang dilakukan oleh Hamas secara umum .”

Ketua tim perunding Israel yang akan berangkat ke Doha adalah pimpinan Mossad, Dedi Barnea, yang akan didampingi oleh pimpinan Shin Bet, Ronan Bar, Mayor Jenderal Nitzan Alon, yang mengoordinasikan berkas tahanan dan tahanan, dan Ofir Flake, penasihat perdana menteri.

Di sisi lain, sumber politik mengatakan, “Bertentangan dengan laporan media, Netanyahu sangat berpegang pada prinsip bahwa tentara Israel akan tetap berada di poros Philadelphia.”

Pasukan Pendudukan Israel (IDF) berjibaku dengan abu dan debu saat mengevakuasi rekan mereka yang terbunuh dan terluka ke helikopter penyelamat dalam pertempuran melawan Milisi Pembebasan Palestina di Jalur Gaza. Pasukan Pendudukan Israel (IDF) berjibaku dengan abu dan debu saat mengevakuasi rekan mereka yang terbunuh dan terluka ke helikopter penyelamat dalam pertempuran melawan Milisi Pembebasan Palestina di Jalur Gaza. (khaberni)

IDF Kehabisan Opsi Militer

Terkait tak juganya IDF mencapai target perangnya di Gaza, Surat Kabar Amerika Serikat (AS), The New York Times mengutip para pejabat AS dan Israel mengulas seputar kegagalan agresi militer Tentara Israel (IDF) ke Jalur Gaza yang sudah berlangsung berbulan-bulan sejak Oktober 2023 silam.

Narasumber media tersebut mengatakan kalau “kemungkinan melemahkan Hamas semakin berkurang,”.

Pengakuan para pejabat AS-Israel ini menekankan kalau “Israel telah melakukan segala yang bisa dilakukannya pada tingkat militer di Gaza.”

Para pejabat menjelaskan kalau “sandera yang ditahan di Gaza tidak dapat diperoleh kembali dengan cara militer.”

Para pejabat tersebut menambahkan, “Israel mencoba merusak jaringan terowongan di Gaza, namun gagal menghancurkannya,”.

Ulasan itu juga mencatat pengakuan dari para pejabat tersebut kalau “jaringan terowongan milik milisi Perlawanan terbukti lebih besar dari perkiraan Israel, dan merupakan sarana yang efektif untuk Hamas.”

Menurut surat kabar tersebut, “Pejabat Pentagon percaya bahwa Israel belum membuktikan kemampuannya untuk mengamankan wilayah yang dikuasainya di Gaza.”

Para pejabat menekankan bahwa diplomasi (perundingan) adalah satu-satunya cara yang memungkinkan Israel memulangkan para tahanan Israel yang disandera milisi Perlawanan di Jalur Gaza.

Dalam beberapa kesempatan, tentara pendudukan mengakui ketidakmungkinan mencapai tujuan utama agresi brutalnya terhadap Jalur Gaza, yaitu menghancurkan Gerakan Perlawanan Hamas,".

Juru Bicara Tentara Israel (IDF), Daniel Hagari bahkan menekankan bahwa Hamas adalah sebuah gagasan yang tidak dapat dihancurkan.

“Berbicara tentang penghancuran Hamas seperti membuang abu di mata masyarakat, karena hal itu tertanam di hati masyarakat,” kata Daniel Hagari Juni silam.

Dalam sebuah wawancara dengan Hebrew Channel 13, Hagari juga mengkritik para pemimpin politik Israel yang menyerukan penghapusan gerakan Hamas sebagai syarat 'kemenangan mutlak'.

“Hamas adalah sebuah ide, dan Anda tidak dapat menghancurkan sebuah ide. Tingkat politik (politisi Israel) harus menemukan alternatif terhadapnya, jika tidak maka akan tetap ada,” kata Hagari.

Dia juga menekankan bahwa pasukan IDF “membayar harga yang mahal dalam perang ini.

"Namun kita tidak bisa tinggal diam, tidak semua tahanan dapat dikembalikan dengan cara militer,” tambah Hagari.

Orang-orang berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat pemboman Israel di Khan Yunis, di Jalur Gaza Selatan. Selasa (16 April 2024), saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Pejuang Palestina Hamas. (STR/AFP) Orang-orang berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat pemboman Israel di Khan Yunis, di Jalur Gaza Selatan. Selasa (16 April 2024), saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Pejuang Palestina Hamas. (STR/AFP) (AFP/AFP)

Pembantaian Israel Berlanjut

Laporan Khaberni, pada Kamis (15/8/2024) Pembantaian keji pendudukan Israel berlanjut selama 313 hari berturut-turut di Jalur Gaza, sehari sebelum perundingan yang diserukan oleh para mediator, untuk membahas formula kesepakatan yang akan mengarah pada gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan.

Dalam konteks terkait, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengumumkan pada Rabu (14/8/2024) kalau jumlah korban tewas akibat perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 39,965 orang tewas, dan 92,294 orang luka-luka, sejak 7 Oktober 2023.

Kementerian tersebut mengatakan dalam laporan statistik hariannya:

“Jumlah korban agresi Israel telah meningkat menjadi 39.965 orang yang tewas dan 92.294 orang terluka sejak 7 Oktober lalu.”

Dia menambahkan kalau tentara Israel “melakukan dua pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, menyebabkan 36 orang meninggal dan 54 orang terluka dilarikan ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir.”

Kementerian mengindikasikan sejumlah korban masih berada “di bawah reruntuhan dan di jalan, di mana ambulans dan kru pertahanan sipil tidak dapat menjangkau mereka” karena menjadi sasaran serangan Tentara Israel.

Jumlah orang hilang telah melebihi 10.000 orang sejak awal perang yang dilancarkan oleh pendudukan Israel dengan dukungan Amerika Serikat, menurut statistik terbaru dari kantor media pemerintah di Gaza.

Perang terus berlanjut di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang telah merenggut nyawa puluhan anak-anak, yang merupakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengevakuasi rekan mereka yang terluka. Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengevakuasi rekan mereka yang terluka. (khaberni)

Akan Ada 100 Ribu Prajurit IDF Cacat

Sementara itu, Kementerian pertahanan Israel mengumumkan pada 14 Agustus bahwa divisi rehabilitasi tentara telah merawat lebih dari 10.000 tentara sejak 7 Oktober.

Lebih dari 10.000 tentara telah dirawat oleh divisi rehabilitasi tentara sejak dimulainya perang genosida di Gaza.

Menurut data tersebut, 37 persen dari mereka yang dirawat mengalami "trauma fisik pada anggota tubuh mereka," sementara 35 persen "menderita PTSD atau gangguan mental lain yang disebabkan oleh trauma." Enam puluh delapan persen dari mereka yang dirawat adalah anggota cadangan.

Lebih jauh lagi, divisi rehabilitasi memperkirakan bahwa pada tahun 2030, akan ada sekitar 100.000 veteran cacat, dengan setengahnya terkait dengan kesehatan mental.

“Kementerian Pertahanan kini tengah mendiskusikan strategi untuk menyerap dan merawat mereka yang terluka dalam perang, di samping sekitar 62.000 veteran IDF cacat yang telah dirawat oleh divisi tersebut sebelum perang,” Haaretz melaporkan pada hari Rabu.

Angka yang mencengangkan ini muncul saat genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza mendekati tahun pertama.

Meskipun telah meratakan wilayah itu dan membantai puluhan ribu orang, analisis terkini menunjukkan bahwa tentara hanya berhasil mengalahkan tiga batalyon Brigade Qassam , sayap bersenjata Hamas.

“Hingga 1 Juli, hanya tiga dari 24 batalyon ini yang tidak efektif dalam pertempuran, artinya mereka dihancurkan oleh militer Israel,” CNN melaporkan pada 5 Agustus, mengutip data yang dikumpulkan oleh Critical Threats Project (CTP) dan Institute for the Study of War (ISW).

"Delapan batalion efektif dalam pertempuran, mampu melaksanakan misi melawan tentara Israel di Gaza. Sebanyak 13 batalion sisanya telah terdegradasi, hanya mampu melakukan serangan gerilya sporadis dan sebagian besar tidak berhasil," tambahnya.

Pada bulan Maret, tentara Israel mengklaim 20 dari 24 batalyon Qassam telah “dibubarkan.”

Selain Brigade Al Qassam, Brigade Al Quds dari gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), Brigade Syuhada Al-Aqsa, Brigade Mujahidin, dan beberapa faksi lain tetap bertahan di seluruh jalur tersebut dan terlibat dalam konfrontasi melawan tentara Israel.

Hampir dua persen dari seluruh penduduk Jalur Gaza telah dibunuh oleh Israel selama perang genosida di jalur tersebut, menurut angka yang dirilis pada 11 Agustus oleh Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS).

(oln/khbrn/twp/TC*)

Tag:  #bulan #menang #gaza #kepala #staf #kami #akan #biarkan #hamas #angkat #kepala

KOMENTAR