Trump Tarik AS dari Perjanjian Iklim Paris, Apa Dampaknya bagi Negara-negara Berkembang di Dunia?
Penilaian itu disampaikan oleh Peneliti dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) bidang Ekonomi, Dandy Rafitrandi yang mulanya menyatakan, keputusan serupa bukan pertama kali dilakukan oleh Trump.
Pada saat menjabat Presiden AS di periode pertama, Trump kata dia, pernah melakukan keputusan tersebut.
"Ini bukan pertama kalinya Donald Trump keluar dari Paris Aggrement gitu, pas dia juga menjabat di 1.0 hal tersebut juga pernah terjadi," kata Dandy saat media briefing CSIS dengan tema Pelantikan Trump, Dinamika Baru persaingan AS-China dan Tantangan bagi Indonesia, di Auditorium CSIS, Jakarta, Selasa (21/1/2025).
Kata dia, perjanjian iklim Paris tersebut akan tetap berjalan meski AS menarik diri dari perjanjian tersebut.
Namun menurut Dandy, akan memiliki dampak atau konsekuensi terhadap pendanaan iklim yang digunakan untuk mengatasi perubahan iklim atau climate financing.
"Paris Aggreement tetap berjalan walaupun dengan konsekuensi bahwa climate financing akan lebih sulit gitu," kata dia.
Pasalnya menurut Dandy, keputusan AS yang menarik diri tersebut, akan membuat goyahnya komitmen negara-negara maju lainnya.
Berdasarkan pandannya, keputusan AS yang dipandang sebagai leader bagi negara Konferensi G7 akan membuat negara lain memiliki kekurangan gairah untuk tetap tergabung dalam Paris Aggreement tersebut.
"Komitmen dari negara-negara maju lainnya kemungkinan juga akan terdampak kalau biasanya Amerika Serikat ya kita lihat sebagai leader untuk misalnya di G7 dan lain-lain apabila tidak ada appetite terkait dengan climate financing kemungkinan ya akan luntur juga," beber dia.
Sehingga menurut Dandy, yang nantinya akan berdampak lebih besar dari keputusan Trump tersebut yakni para negara berkembang.
Pasalnya, kebanyakan negara berkembang memiliki keterbatasan budget untuk mengatasi persoalan lingkungan atau bahkan transisi energi.
"Akhirnya yang terdampak paling besar itu adalah negara-negara berkembang yang tentunya memiliki limited financing dan budget untuk mengddress isu-isu lingkungan ataupun juga melakukan transisi energi berkelanjutan ke depannya," ujar dia.
"Jadi Paris Aggreement akan tetap berjalan walaupun akan sangat sulit mendapatkan target dengan keinginan dari pihak internasional," tandas Dandy.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengumumkan keputusan untuk menarik Amerika Serikat (AS) keluar dari Perjanjian Iklim Paris.
Ini adalah langkah yang Trump ambil melalui perintah eksekutif yang ditandatanganinya pada Senin (20/1/2025), sebagai salah satu tindakan pertamanya setelah dilantik sebagai Presiden, NBC melaporkan.
Perjanjian Paris ditandatangani pada 2016, mengharuskan negara-negara peserta untuk berkomitmen menjaga suhu global agar tidak naik lebih dari 1,5 derajat Celsius (2,7 derajat Fahrenheit) di atas tingkat pra-industri, dengan membuat janji tahunan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Selain itu, negara-negara peserta juga berkomitmen untuk memberikan miliaran dolar untuk membantu negara berkembang dalam mengadaptasi dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Gedung Putih menjelaskan bahwa Amerika Serikat tidak lagi merasa perjanjian tersebut mencerminkan nilai-nilai negara atau kontribusinya terhadap tujuan ekonomi dan lingkungan.
Perintah eksekutif itu menyatakan bahwa perjanjian tersebut mengarahkan uang pembayar pajak Amerika ke negara-negara yang dianggap tidak membutuhkan atau tidak layak menerima bantuan finansial demi kepentingan rakyat AS.
Dalam perintah tersebut, disebutkan bahwa duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan mengirim pemberitahuan tertulis mengenai penarikan AS dari Perjanjian Paris.
Penarikan tersebut akan dianggap efektif segera setelah pemberitahuan diberikan.
Dengan penarikan ini, Amerika Serikat akan bergabung dengan Libya, Yaman, dan Iran sebagai negara yang tidak menjadi bagian dari Perjanjian Paris.
Beberapa pakar khawatir bahwa langkah ini bisa memicu negara-negara lain untuk mengikuti jejak AS dan berpotensi merugikan kebijakan iklim internasional.
Kelompok-kelompok iklim segera mengutuk keputusan Trump tersebut.
Tag: #trump #tarik #dari #perjanjian #iklim #paris #dampaknya #bagi #negara #negara #berkembang #dunia