OCHA: Kekerasan Pemukim Israel Capai Rekor Tertinggi pada 2024
Seorang anak Palestina mendorong kursi roda yang membawa botol plastik berisi air di kamp pengungsi di Deir el-Balah, Jalur Gaza, 12 Desember. Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Selasa (31/12/2024) melaporkan jumlah tertinggi insiden yang melibatkan pemukim ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki. 
12:20
1 Januari 2025

OCHA: Kekerasan Pemukim Israel Capai Rekor Tertinggi pada 2024

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan jumlah insiden yang melibatkan pemukim ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur mencapai rekor tertinggi pada 2024.

Laporan ini mencatatkan jumlah tertinggi sejak lembaga tersebut mulai menyimpan catatan hampir dua dekade lalu.

OCHA mencatat sekitar 1.400 insiden yang melibatkan pemukim, termasuk serangan fisik, pembakaran, penggerebekan terhadap komunitas Palestina, dan perusakan pohon buah.

Insiden-insiden ini telah menyebabkan korban jiwa, kerusakan properti, atau keduanya, dengan hampir empat insiden setiap harinya, menurut laporan yang dikutip dari Al Jazeera dan Anadolu Agency.

Selain itu, sekitar 12 persen dari 4.700 orang yang mengungsi secara internal di Tepi Barat pada tahun lalu menyebutkan kekerasan pemukim dan pembatasan akses sebagai alasan utama mereka meninggalkan rumah atau komunitas mereka.

Peningkatan kekerasan ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah yang sudah dilanda ketegangan dan ketidakstabilan.

OCHA juga menambahkan bahwa tahun 2024 menandai jumlah kematian warga Palestina tertinggi kedua di Tepi Barat, setelah tahun 2023 yang mencatatkan angka tertinggi.

Lebih dari 480 warga Palestina, termasuk anak-anak, dilaporkan tewas di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki, dengan sebagian besar korban dibunuh oleh pasukan Israel.

Laporan ini semakin menyoroti kondisi buruk yang dialami oleh warga Palestina di wilayah tersebut, yang terus menghadapi kekerasan dan pembatasan dalam kehidupan sehari-hari.

Israel Sita 198 Jenazah Palestina

Militer Israel menahan 198 jenazah warga Palestina yang terbunuh sepanjang tahun 2024.

Jumlah tersebut hanya sepertiga dari seluruh jenazah warga Palestina yang dibunuh oleh otoritas Israel di kamar mayat dan “kuburan bernomor,” menurut laporan kantor berita Palestina, Wafa.

Kampanye Nasional untuk Pemulihan Jenazah Korban Perang Palestina dan Arab serta Pengungkapan Nasib Orang Hilang mengatakan kepada Wafa bahwa total 641 jenazah Palestina ditahan oleh Israel.

Angka tersebut tidak termasuk penyitaan dan penahanan jenazah warga Palestina yang tewas di Gaza, kata kelompok kampanye tersebut.

Meskipun pasukan Israel telah mengembalikan jenazah 325 warga Palestina yang terbunuh ke Gaza, "tidak ada informasi akurat yang tersedia" mengenai jumlah total jenazah yang dimiliki oleh otoritas Israel, kata Wafa, mengutip kelompok tersebut.

Organisasi hak-hak anak, Defense for Children International, mengatakan pada bulan Desember bahwa jenazah 39 anak Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel telah disembunyikan dari keluarga mereka sejak tahun 2016.

Angka tersebut mencapai 45 jenazah anak-anak yang disita oleh pasukan Israel, tetapi enam dari mereka telah dikembalikan ke keluarga mereka.

“Praktik otoritas Israel dalam menyita dan menahan jenazah warga Palestina merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional,” kata organisasi tersebut.

“Bagi keluarga, praktik ini sama saja dengan hukuman kolektif yang melanggar hukum humaniter internasional,” tambahnya.

PBB: Dunia Diam Saat Anak-Anak jadi Korban Konflik

PBB mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya jumlah anak-anak yang menjadi korban dalam konflik bersenjata di berbagai belahan dunia.

Virginia Gamba, perwakilan khusus PBB untuk anak-anak dan konflik bersenjata, menyatakan bahwa dunia cenderung diam saat anak-anak, yang seharusnya dilindungi, justru menjadi sasaran kekerasan di zona perang.

Hal ini mencakup wilayah seperti Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dan negara-negara lain yang terlibat dalam konflik bersenjata seperti Israel, Sudan, Lebanon, Myanmar, dan Ukraina.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Gamba menyoroti bahwa serangan terhadap sekolah dan rumah sakit, serta pembunuhan dan mutilasi anak-anak, menjadi pelanggaran yang semakin umum dalam konflik yang berlangsung.

Dia memperingatkan bahwa serangan udara, serangan roket dan rudal, serta penggunaan senjata peledak di wilayah sipil yang padat penduduknya dapat menyebabkan kerusakan luar biasa, menambah penderitaan anak-anak yang terjebak di dalamnya.

Menurut Gamba, serangan terhadap fasilitas pendidikan dan medis, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan, semakin menjadi target.

Ini menunjukkan betapa rentannya anak-anak terhadap ancaman dalam situasi konflik yang berlangsung tanpa henti.

Selain itu, pembunuhan dan kekerasan terhadap anak-anak semakin meningkat, memperburuk kondisi yang sudah sangat sulit.

"Dunia harus mengakui kenyataan ini dan tidak lagi membiarkan penderitaan anak-anak menjadi noda pada hati nurani kolektif kita," kata Gamba.

lihat fotoRoket diluncurkan oleh milisi perlawanan Palestina dari Gaza ke wilayah pendudukan Israel pada Agustus 2022, silam. Roket diluncurkan oleh milisi perlawanan Palestina dari Gaza ke wilayah pendudukan Israel pada Agustus 2022, silam.

Dia menegaskan bahwa penderitaan anak-anak di zona konflik adalah tangisan yang seharusnya memicu respons internasional yang lebih kuat dan lebih manusiawi.

Peringatan ini menjadi seruan bagi komunitas internasional untuk lebih memperhatikan hak-hak anak dalam konflik bersenjata dan berusaha menghentikan siklus kekerasan yang menimpa mereka.

Gamba mengingatkan bahwa tindakan konkret untuk melindungi anak-anak dari kekerasan di zona perang harus menjadi prioritas dalam kebijakan dunia di tahun-tahun mendatang.

Menurut laporan Al Jazeera, seruan PBB ini menggema di berbagai belahan dunia, namun sering kali dunia tetap diam meskipun penderitaan anak-anak semakin menjadi isu global yang mendesak untuk ditanggapi.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Febri Prasetyo

Tag:  #ocha #kekerasan #pemukim #israel #capai #rekor #tertinggi #pada #2024

KOMENTAR