Ribuan Tentara Rusia Dilaporkan Masih Terjebak di Suriah, Pangkalan Militer Terancam
Presiden Suriah yang digulingkan itu telah melarikan diri ke Rusia.
Presiden yang berkuasa 24 tahun itu menerima suaka dari sekutu lamanya, menurut media Rusia.
Dia melarikan diri setelah seluruh negeri dikuasai pemberontak kelompok Islam Hayat Tahrir al Sham (HTS).
Rusia tidak mampu atau tidak mau memberikan dukungan militer untuk mempertahankan kekuasaan Assad seperti yang dilakukannya pada tahun 2016.
Aset-aset militer Rusia di Suriah juga kini terancam seperti pangkalan angkatan laut di kota pelabuhan Tartus.
Saluran media sosial Rusia melaporkan bahwa pasukan Rusia terjebak di negara itu.
"Sekelompok personel militer Rusia dilaporkan dikepung di Suriah," lapor media berita pro-Ukraina UAWire.org, mengutip para blogger militer Rusia.
Salah satu dari mereka, Fighterbomber, mengatakan bahwa masih ada "beberapa ribu" personel militer Rusia dan puluhan peralatan militer di negara tersebut.
"Ada banyak unit berbeda dengan senjata mereka sendiri, dibagi menjadi beberapa kelompok," imbuh postingan tersebut, yang mencatat kehadiran Rusia di pangkalan angkatan laut Tartus dan pangkalan udara di Khmeimim, tenggara Latakia, tanpa memberikan lokasi spesifik keberadaan mereka.
"Beberapa hari yang lalu, mereka semua pindah ke balik pegunungan, lebih dekat ke laut, di mana mereka sekarang menunggu penempatan kembali," kata postingan tersebut dilansir Newsweek, Senin (9/12/2024).
"Beberapa personel militer sekarang dikepung dalam pertahanan melingkar dan menunggu bantuan atau koridor menuju pintu keluar."
Postingan lain, oleh saluran RAG&E, menuliskan setidaknya satu kelompok prajurit Rusia masih terputus dari pangkalan utama di wilayah tersebut.
"Mereka tidak punya peluang untuk menerobos sendiri. Tidak ada bantuan yang bisa diharapkan dari mana pun," imbuhnya.
Pemimpin oposisi Suriah yang tidak disebutkan namanya telah menjamin keamanan lokasi militer dan diplomatik Rusia di negara itu, menurut kantor berita negara Rusia TASS.
Namun tidak menjelaskan apakah hal itu hanya berlaku untuk pangkalan di Khmeimim dan Tartus, atau pos terdepan lainnya seperti Bandara Qamishli di timur laut.
Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al Jalali mengatakan bahwa otoritas Suriah yang baru akan membuat keputusan tentang masa depan pangkalan militer Rusia di Suriah, menurut media milik Saudi, Al Arabiya.
Situasi yang Tidak Stabil
Institut Studi Perang ( ISW ) mengatakan pada hari Minggu bahwa rincian pengaturan ini "masih belum jelas mengingat situasi politik yang tidak stabil dan berkembang pesat."
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pangkalan militernya di Suriah "dalam keadaan siaga tinggi.
Saat ini, tidak ada ancaman serius terhadap keselamatan mereka."
Citra satelit dari hari Sabtu menunjukkan tiga pesawat Rusia, sebuah Ilyushin Il-76 dan sebuah pesawat angkut militer Antonov An-124 di Pangkalan Udara Khmeimim, mungkin untuk mengevakuasi aset militer dari negara tersebut.
Moskow akan membutuhkan "sejumlah besar" serangan udara untuk mengevakuasi Suriah dengan baik, kata ISW.
Lembaga pemikir di Washington, DC, itu juga mengatakan bahwa jatuhnya rezim Assad "merupakan kekalahan politik strategis bagi Moskow dan telah melemparkan Kremlin ke dalam krisis karena berupaya mempertahankan pangkalan militer strategisnya."
Tag: #ribuan #tentara #rusia #dilaporkan #masih #terjebak #suriah #pangkalan #militer #terancam