Yaman Ledek Kapal Perang Jerman yang Mundur dari Laut Merah, Houthi: Kembali ke Jalan yang Benar
kapal perang Jerman, Hessen dilaporkan ditarik ke luar dari perairan Laut Merah pada Sabtu (21/4/2024) setelah ambil bagian dalam satuan tugas koalisi pimpinan AS dalam menghalau serangan Houthi di jalur perdagangan di kawasan tersebut. 
18:10
22 April 2024

Yaman Ledek Kapal Perang Jerman yang Mundur dari Laut Merah, Houthi: Kembali ke Jalan yang Benar

Pemerintah Yaman yang berpusat di Sanaa dan terafiliasi gerakan Houthi, dilaporkan merespons manuver Jerman yang menarik mundur kapal perang mereka dari perairan Laut Merah.

Bernada meledek, Deputi Menteri Luar Negeri Pemerintah Yaman, Hussein Al Ezzi, Minggu (21/4/2024), menyebut keluarnya kapal perang Jerman dari Laut Merah sebagai "langkah di jalan yang benar".

Dilansir PT, Al Ezzi menekankan, di tengah aksi blokade Laut Merah yang mereka lakukan untuk mendukung perjuangan Palestina dan Gaza, concern terbesar pemerintah Yaman adalah melindungi keselamatan pelayaran.

Dia mengklaim, Yaman sangat menghormati hak serta kepentingan bangsa-bangsa lain.

"Tidak ada seorang pun di dunia ini yang terpaksa memusuhi kami, tapi siapa pun yang melakukannya, telah melakukan kesalahan fatal terhadap dirinya sendiri dan kami," kata Al Ezzi dikutip dari PT, Senin (22/4/2024).

Deputi Menlu Yaman tersebut menambahkan, negara-negara lain juga harus memiliki pemahanan yang sama dengan Yaman, dalam memperhatikan pelayaran. 

"Negara-negara lain harus melakukan hal yang sama, dan menghormati Yaman," katanya.

kapal perang Jerman Hessen di Laut Merah kapal perang Jerman, Hessen dilaporkan ditarik ke luar dari perairan Laut Merah pada Sabtu (21/4/2024) setelah ambil bagian dalam satuan tugas koalisi pimpinan AS dalam menghalau serangan Houthi di jalur perdagangan di kawasan tersebut.

Bagian dari Koalisi Maritim Pimpinan AS

Seperti dilaporkan, kapal perang Jerman yang dilaporkan ditarik dari Laut Merah tersebut adalah kapal perang Hessen.

Kapal ini meninggalkan perairan Laut Merah pada Sabtu (20/4/2024).

Kapal yang membawa 240 awak ini pada 8 Februari 2024 ditempatkan di Laut Merah, setelah sebelumnya bertugas di Laut Mediterania.

Kapal perang Hessen, merupakan bagian dari Koalisi Maritim Uni Eropa, yang dibentuk di Laut Merah.

Sebagaimana diketahui negara-negara Eropa, dipimpin Amerika Serikat (AS), membentuk koalisi maritim untuk melawan Yaman.

Sebelumnya pada hari Kamis, Sekjen Ansarullah Yaman, Sayid Abdul Malik Al Houthi, mengancam negara-negara Eropa, dan meminta mereka untuk menarik peralatan perang dari Laut Merah.

Adapun Washington diam-diam menjajal cara baru melumpuhkan Houthi Yaman, yang aksinya berdampak pada kelangsungan konflik Israel-Palestina.

Pemerintah AS menawarkan sejumlah opsi dengan syarat Houthi Yaman menyudahi aksi-aksinya menyerang kapal di jalur perdagangan Selat Hormuz.

Sebaliknya, Gedung Putih menawarkan pengakuan Houthi sebagai entitas penting di Yaman, penghapusan Houthi dari daftar kelompok teroris, dan pengakhiran agresi militer koalisi Arab.

Tawaran ini secara nyata memperlihatkan kegagalan koalisi AS-Inggris mencegah Houthi Yaman menunjukkan dukungan ke Palestina, sekaligus permusuhan terhadap Israel.

Sinyal melunaknya AS sebagai bagian mengurangi tekanan terhadap Israel itu tampak dari pernyataan Utusan Khusus AS untuk Yaman, Timothy Lenderking pada 3 April 2024.

Lenderking memuji pentingnya mencari solusi diplomatik di Yaman dibandingkan solusi militer.

Kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Delbert D. Black (DDG 119), berlayar di Laut Mediterania. (31 Desember 2023). (Nolan PENNINGTON / Departemen AS Pertahanan/AFP) Kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Delbert D. Black (DDG 119), berlayar di Laut Mediterania. (31 Desember 2023). (Nolan PENNINGTON / Departemen AS Pertahanan/AFP) (AFP/NOLAN PENNINGTON)

Ironi AS

Ini ironi bagi AS yang berbulan-bulan memilih jalan militer melawan Houthi Yaman.

Pada Desember 2023, Washington mengumumkan pembentukan koalisi multinasional melawan pasukan pimpinan Ansarallah Yaman.

Koalisi ini ingin melindungi pelayaran internasional di Laut Merah, dan secara efektif melindungi perdagangan terkait Israel dari blokade laut besar-besaran di Selat Hormuz.

Jalur ini sangat vital bagi kelangsungan hidup Israel. Namun koalisi ala AS-Inggris ini tak bersambut baik. Banyak negara sekutu AS ragu-ragu.

Jet-jet tempur AS dan Inggris bahu membahu menggempur basis Houthi Yaman, sebagai bagian upaya koalisi membendung meluasnya ofensif pasukan Ansharullah.

Lewat Oman, yang masih mempertahankan hubungan dengan Sanaa, Washington menawarkan proposal ke pemerintahan de facto Yaman di Sanaa yang didukung Houthi.

Secara sederhana, proposal AS itu bisa digambarkan dalam tawaran, “Hentikan dukungan Anda (Houthi) terhadap Gaza, dan kami akan memberikan segalanya.”

Sumber informasi di Yaman mengungkapkan kepada The Cradle AS menawarkan Sanaa, sebagai imbalan atas netralitasnya dalam perang Gaza, pengakuan atas legitimasi kelompok mereka.

Opsi ini praktis akan mereduksi Dewan Kepresidenan Yaman yang dipimpin Rashid al-Alimi yang didukung Arab Saudi.

Opsi ini juga baakal mempercepat penandatanganan peta jalan damai dengan Riyadh dan Abu Dhabi (Emirat Arab) untuk mengakhiri agresi terhadap Yaman.

Sumber tersebut lebih lanjut mengungkapkan AS berjanji segera melepaskan gaji sektor publik Yaman yang ditahan di National Saudi Bank.

Blokade ke Yaman akan sepenuhnya dicabut. Bandara Sanaa akan dibuka kembali untuk penerbangan internasional.

Pelabuhan laut Hodeidah akan terbuka, dan memfasilitasi perjanjian pertukaran tahanan yang komprehensif dengan semua pihak yang terlibat perang.

“(Washington) berjanji memperbaiki kerusakan, menyingkirkan pasukan asing dari seluruh wilayah dan pulau yang diduduki Yaman, dan menghapus Ansarallah dari ‘daftar terorisme’ Departemen Luar Negeri, segera setelah mereka menghentikan serangan mereka untuk mendukung Gaza,” sambung sumber The Cradle di Sanaa.

Meskipun ada tawaran menggiurkan, yang telah menjadi subyek negosiasi antara Sanaa dan Riyadh selama lebih dari dua tahun, Houthi Yaman agaknya tetap teguh.

Houthi Yaman telah merekrut 2.000 pasukan baru untuk membantu melancarkan serangan ke kapal-kapal dagang yang terafiliasi dengan Israel dan sekutunya di Laut Merah. Houthi Yaman telah merekrut 2.000 pasukan baru untuk membantu melancarkan serangan ke kapal-kapal dagang yang terafiliasi dengan Israel dan sekutunya di Laut Merah. (Al Jazeera)

Sikap Konsisten Pemimpin Houthi 

Posisi konsisten pemimpin Ansarallah Abdel Malik al-Houthi, sebagaimana ditegaskan kembali dalam pidatonya, adalah terus meneruskan operasi selama agresi Israel terhadap Gaza masih berlanjut.

Sikap Abdel Malik al-Houthi ini mencerminkan kuatnya pengaruh Iran, yang bertahun-tahun menyokong perjuangan Houthi untuk tampil memimpin di Yaman.

Artinya, proposal Washington akan berhadapan dengan realitas dalamnya persekutuan Houthi dan Teheran, dan ini jalan tak mudah bagi para pendukung Israel.

Tawaran AS jelas sangat menggiurkan. Houthi akan menemukan eksistensinya, memiliki daya tawar luar biasa, dan akan menentukan masa depan Yaman.

Sejak 7 Oktober 2023, begitu kelompok Hamas menyeberangi perbatasan dan menyerbu permukiman Israel, Sanaan mengungkapkan dukungannya secara terbuka.  

Mereka turut meluncurkan serangan drone jarak jauh dan rudal balistik terhadap kota pelabuhan Umm al Rashrash atau Eilat di ujung Laut Merah.

Aksi lainnya, Ansharullah menyita kapal kargo lewat serangan komando 19 November 2023 yang mengejutkan banyak pihak. Ansharullah juga mampu menyerang kapal-kapal perang AS dan Inggris.

Pasukan komando Houti Yaman menyerbu kapal kargo raksasa Galaxy Leader yang dimiliki pebisnis Yahudi Inggris. Kapal itu kini masih disita Houthi di pesisir Yaman.

Posisi Houthi Yaman terkait konflik Israel-Palestina sejauh ini masih tak tergoyahkan. Mereka menegaskan, bukan bagian dari lingkaran pihak yang mudah didikte (AS).

Agresifnya armada laut Houthi Yaman ini mencerminkan kemampuan yang bahkan selama ini tidak pernah diperlihatkan di depan militer Arab Saudi dan Emirat Arab.

Tindakan angkatan laut Yaman yang berani ini lantas mendorong AS untuk menerapkan dua strategi militer.

Pertama, mengintimidasi dan menyiapkan koalisi angkatan laut untuk mendukung Israel dan mengamankan jalur laut.

Kdua, mendorong keterlibatan diplomatik melalui mediator Arab dan internasional untuk menghentikan operasi angkatan laut Sanaa yang berdampak signifikan.

Pada akhirnya, elite Sanaa tak hanya menolak tawaran tersebut, namun memperluas blokade laut hingga mencakup kapal-kapal non-Israel.

Semua kapal yang menuju Pelabuhan Israel terancam. Operasi Houthi diperluas hingga Samudera Hindia, untuk memutus “rute panjang alternatif” pengiriman Israel.

Penolakan tegas Yaman untuk menyerah pada bujukan atau intimidasi membuat AS dan Inggris memulai operasi militer agresif terhadap negara Teluk Persia yang dilanda perang bertahun-tahun itu.

Tiga bulan lalu operasi militer dijalankan untuk menetralisir ancaman Yaman dengan kedok melindungi kebebasan navigasi maritim.

Sebagai tindakan balasan, Sanaa meningkatkan respons militernya dengan memperluas operasi yang menargetkan tidak hanya kapal-kapal AS dan Inggris tetapi juga memasukkan persenjataan canggih ke dalam gudang senjatanya.

Hal ini termasuk penenggelaman kapal kargo Inggris Rubymar, penyerangan terhadap kapal-kapal lain.

Wilayah operasi diperluas hingga ke Laut Arab dan Samudera Hindia – sebuah langkah strategis untuk meningkatkan tekanan terhadap pihak-pihak yang melakukan perang brutal di Gaza.

(oln/xna/pt/*)

Tag:  #yaman #ledek #kapal #perang #jerman #yang #mundur #dari #laut #merah #houthi #kembali #jalan #yang #benar

KOMENTAR