2 Jenderal Iran Dibunuh, Front Perlawanan akan Balas Dendam ke Israel
Sembilan orang lainnya yang terdiri dari enam anggota Garda Revolusi Iran (IRGC) dan tiga warga sipil juga tewas dalam serangan itu.
Iran berulangkali memperbarui ancamannya bahwa serangan Israel yang menargetkan konsulat Iran di Damaskus tidak akan dibiarkan begitu saja.
Ismail Kothari, anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri di Parlemen Iran dan mantan anggota Garda Revolusi, mengumumkan Iran berhak untuk menyerang Israel di tempat yang tepat.
"Dengan penyerangan terhadap konsulat Iran di Suriah, Israel jelas-jelas melakukan pelanggaran terhadap Konvensi PBB tahun 1961, yaitu invasi terhadap suatu wilayah, karena menyerang konsulat dan kedutaan sama saja dengan invasi ke wilayah suatu negara," katanya kepada kantor berita ILNA, Rabu (3/4/2024).
Mengenai hak Iran untuk merespons, Ismail Kothari menunjuk pada hak negaranya untuk merespons, namun dalam tempat dan waktu yang tepat juga, mengingat Israel harus bertanggung jawab atas tindakannya.
"Ada banyak elemen dalam Front Perlawanan yang akan merespons," katanya.
“Dan jika perlu… kami akan merespons sendiri,” lanjutnya.
Pernyataan itu mengacu pada kelompok pro-Iran di Suriah, Irak dan Yaman, yang selalu melakukan serangan terhadap Israel sebagai dukungan terhadap warga Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza.
Faksi-faksi tersebut mengatakan serangan mereka terhadap Israel adalah pembalasan atas agresi yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, sementara Barat menuduh mereka menerima dukungan Iran.
Ia menuduh AS membantu Israel dalam melancarkan serangannya terhadap konsulat Iran di Damaskus yang membunuh dua jenderalnya, lima anggota IRGC dan tiga warga sipil.
"Kami menekankan perlunya anggota utama PBB bertemu sesegera mungkin untuk mengambil keputusan mengenai masalah ini dan menangani secara tegas para pelakunya," lanjutnya, dikutip dari Maan News.
Dia menekankan bahwa serangan ini tidak dapat dilakukan tanpa koordinasi dengan AS, hal yang berulang kali dibantah oleh Washington.
Ia memastikan Iran akan menerapkan langkah-langkah yang diputuskannya sehingga situasi seperti ini tidak terulang kembali.
Meskipun Iran dan sekutunya menyalahkan Israel, Israel belum secara resmi mengomentari serangan tersebut.
Segera setelah serangan itu, Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran bertemu dengan Presiden Iran, Ebrahim Raisi dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk mendiskusikan tanggapan.
“Kami akan membuat mereka menyesal atas kejahatan dan tindakan serupa,” kata Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, dikutip dari ABC7.
Sementara Departemen Pertahanan AS (Pentagon) mengatakan Israel berada di balik serangan itu.
Hubungan Iran dan Israel memburuk setelah revolusi Iran pada tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomenei.
Iran menerapkan kebijakan anti-Israel dan Israel menuduh Iran bekerja sama dengan faksi perlawanan seperti Hizbullah, Perlawanan Islam di Irak, Hamas, dan faksi lainnya untuk menentang Israel.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 32.975 jiwa dan 75.577 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (3/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, ada kurang lebih 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, ada lebih dari 8.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Tag: #jenderal #iran #dibunuh #front #perlawanan #akan #balas #dendam #israel