Bukan Unggulan dan Tak Terkenal, Bagaimana Zohran Mamdani Jadi Wali Kota New York?
Calon Wali Kota New York Zohran Mamdani merayakan kemenangannya dalam pemilihan wali kota New York City, di Brooklyn Paramount Theater, New York, Amerika Serikat, Selasa (4/11/2025).(AFP/ANGELINA KATSANIS)
16:30
5 November 2025

Bukan Unggulan dan Tak Terkenal, Bagaimana Zohran Mamdani Jadi Wali Kota New York?

Zohran Mamdani resmi memenangkan pemilihan Wali Kota New York pada Selasa (4/11/2025) waktu setempat dengan perolehan suara lebih dari 50 persen.

Capaian ini menandai kemenangan besar bagi politikus berhaluan sosialis tersebut atas rivalnya, mantan Gubernur Andrew M. Cuomo — sosok kuat yang sebelumnya juga ia kalahkan dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat pada Juni lalu.

Kantor berita New York Times mencatat bagaimana politikus muda berusia 34 tahun itu berhasil menumbangkan Cuomo, figur yang lama dianggap tak tergoyahkan dalam peta politik New York.

Menurut analisis media tersebut, kemenangan Mamdani bukanlah hasil keberuntungan, melainkan buah dari strategi panjang, kecermatan membaca arah perubahan sosial, serta tekad untuk membenahi gaya politik kota dari dalam sistem itu sendiri.

Strategi kampanye yang anti-mainstream

Calon Wali Kota New York Zohran Mamdani ketika berkampanye di Queens, New York City, Amerika Serikat, 1 November 2025. Zohran resmi memenangi pemilihan Wali Kota New York pada Selasa (4/11/2025).GETTY IMAGES NORTH AMERICA/STEPHANIE KEITH via AFP Calon Wali Kota New York Zohran Mamdani ketika berkampanye di Queens, New York City, Amerika Serikat, 1 November 2025. Zohran resmi memenangi pemilihan Wali Kota New York pada Selasa (4/11/2025).

Saat awal mencalonkan diri, Mamdani hampir tak diperhitungkan dan tak terkenal. Survei-survei awal menunjukkan tingkat dukungannya tak sampai 1 persen. Namun, dari posisi itulah gerakan politiknya tumbuh menjadi gelombang sosial yang luas.

Selain sibuk membangun citra di media sosial seperti para pesaingnya, Mamdani juga menyapa langsung warga di lapangan.

Ia menyoroti persoalan paling nyata yang dirasakan penduduk New York: biaya hidup yang kian mencekik. Dengan pendekatan personal, ia mengajak warga berdiskusi di taman, pasar, dan pusat komunitas.

“Kami ingin orang keluar ke dunia nyata dan bertemu satu sama lain di ruang-ruang publik,” kata Katie Riley, direktur operasional kampanye Mamdani.

“Politik selama sembilan tahun terakhir hanya berisi orang-orang yang saling menyerang di Twitter,” tambahnya.

Alih-alih menjual atribut kampanye atau barang berlogo, tim Mamdani hanya membuat topi rajut biru dan kipas kertas sederhana yang dibagikan kepada para sukarelawan.

Pendekatan itu menciptakan kedekatan emosional yang kuat antarpengikutnya dan menjadikan kampanye Mamdani terasa lebih seperti gerakan sosial ketimbang mesin politik tradisional.

Menghidupkan politik di dunia nyata

Untuk menjangkau pemilih muda, tim kampanye Mamdani menggunakan cara-cara kreatif — mulai dari menggelar perburuan harta karun di berbagai distrik, turnamen sepak bola di Coney Island, hingga sesi diskusi santai di taman kota.

Banyak yang awalnya menganggap langkah itu aneh, tetapi strategi tersebut justru berbuah manis: kampanye Mamdani berhasil membangun jaringan sukarelawan paling besar di antara seluruh kandidat.

“Medium itu penting,” ujar Jonathan Rosen, penasihat Demokrat yang pernah membantu kemenangan Bill de Blasio pada 2013.

“Mamdani paham cara langsung berhubungan dengan warga, mengabaikan wasit-wasit lama politik,” imbuhnya.

Pendekatan berbasis komunitas ini sangat berbeda dengan Cuomo, yang kampanyenya lebih bertumpu pada jaringan lama dan dukungan para elite bisnis.

Mengubah krisis jadi kesempatan politik

Titik balik kampanye Mamdani terjadi setelah penembakan massal di gedung perkantoran Midtown yang menewaskan seorang polisi.

Cuomo mencoba menggunakan tragedi tersebut untuk menyerangnya, mengingat Mamdani dikenal sebagai pendukung gerakan defund the police.

Namun, keadaan justru berbalik. Polisi yang menjadi korban adalah seorang muslim asal Bangladesh, dan keluarga korban secara pribadi mengundang Mamdani ke rumah mereka.

Dalam konferensi pers terpanjang sejak masa pemilihan pendahuluan, Mamdani menyampaikan belasungkawa sembari menegaskan komitmennya pada reformasi kepolisian yang lebih adil dan berimbang.

Sikap tenang dan empatinya dalam menghadapi krisis itu mengubah persepsi publik. Banyak warga mulai melihat Mamdani sebagai pemimpin yang matang dan mampu bertindak bijak di tengah tekanan politik.

Menenangkan elite bisnis

Setelah berhasil melewati badai politik tersebut, Mamdani menyadari pentingnya menjalin hubungan dengan kalangan bisnis besar yang punya pengaruh besar di New York.

Ia mulai mengadakan pertemuan pribadi dengan para eksekutif ternama — termasuk Larry Fink dari BlackRock dan Hamilton James dari Blackstone — untuk menjelaskan bahwa kebijakan pro-rakyatnya tetap membuka ruang kerja sama dengan sektor swasta. Langkah itu dinilai berhasil menurunkan kekhawatiran dunia usaha.

“Saya tidak berpikir isi bicaranya yang penting, tapi fakta bahwa ia tahu mereka cukup penting untuk diluangkan waktu,” ujar Kathryn S Wylde dari Partnership for New York City.

Di forum Association for a Better New York, Mamdani bahkan mengusulkan reformasi perizinan pembangunan yang sejalan dengan kebutuhan para pengembang, menunjukkan kemampuannya menjembatani kepentingan progresif dan ekonomi.

Membangun koalisi luas

Menjelang hari pemungutan suara, Mamdani memperlihatkan kecakapan politiknya dengan membentuk koalisi lintas kelompok.

Hubungannya yang sempat renggang dengan Gubernur Kathy Hochul membaik setelah ia menyampaikan permintaan maaf dan berjanji bekerja sama, khususnya dalam isu layanan anak.

Di tahap akhir kampanye, ia tampil di panggung bersama sejumlah tokoh besar seperti Senator Bernie Sanders, Alexandria Ocasio-Cortez, Gubernur Hochul, serta para pemimpin legislatif negara bagian di Forest Hills Stadium, Queens.

Acara itu menjadi simbol persatuan antara kelompok progresif, moderat, dan komunitas minoritas — sesuatu yang jarang terjadi di politik New York.

Pada usia 34 tahun, Zohran Mamdani akhirnya mencatat sejarah sebagai wali kota termuda New York dalam lebih dari seratus tahun. Ia juga menjadi wali kota muslim pertama sekaligus tokoh keturunan Asia Selatan pertama yang memimpin kota terbesar di Amerika Serikat tersebut.

Tag:  #bukan #unggulan #terkenal #bagaimana #zohran #mamdani #jadi #wali #kota #york

KOMENTAR