



Misi Rahasia CIA Terkuak, Gulingkan Presiden Venezuela atas Perintah Trump
- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui bahwa ia memberi wewenang kepada badan intelijen CIA untuk melakukan operasi rahasia di Venezuela selama masa kepemimpinannya.
Pernyataan ini muncul setelah The New York Times, dalam laporan eksklusif yang terbit pada Rabu (15/10/2025), mengungkap adanya dokumen rahasia bertajuk presidential finding yang disahkan secara diam-diam oleh Trump.
Dokumen ini memberi izin CIA menjalankan misi tersembunyi untuk menggulingkan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.
“Para pejabat Amerika menegaskan secara pribadi bahwa tujuan akhir operasi tersebut adalah menggulingkan Maduro dari kekuasaan,” tulis New York Times, mengutip sumber-sumber anonim di internal pemerintahan AS.
Dalih perangi narkoba
Tangkapan layar video serangan militer AS ke speedboat kartel narkoba Tren de Aragua di lepas pantai Venezuela, perairan internasional, Selasa (2/9/2025). Menanggapi laporan tersebut, Trump membenarkan bahwa CIA memang telah diberi lampu hijau untuk beroperasi di Venezuela.
Namun, ia berdalih bahwa tujuan utama operasi tersebut adalah menghentikan peredaran narkotika dari Venezuela ke wilayah Amerika Serikat.
“Kami tentu sedang melihat opsi di darat sekarang, karena laut sudah kami kendalikan dengan baik,” ujar Trump kepada wartawan, beberapa jam setelah laporan New York Times dipublikasikan.
Sebelumnya, militer AS menargetkan kapal-kapal yang dicurigai membawa narkoba di perairan lepas pantai Venezuela, dalam operasi yang menewaskan 27 orang.
Otorisasi operasi CIA di Venezuela ini disebut merupakan bagian dari strategi besar yang dirancang oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Direktur CIA John Ratcliffe.
Meski belum diungkap secara terbuka detail rencana yang dijalankan, laporan menyebut bahwa militer AS telah menyiagakan sekitar 10.000 tentara di kawasan Karibia, termasuk di Puerto Rico. Delapan kapal perang dan satu kapal selam disebut juga berada dalam posisi siaga.
John Ratcliffe sebelumnya memang dikenal sebagai sosok yang ingin menjadikan CIA lebih agresif dan siap mengambil risiko.
Dalam sidang konfirmasi di Kongres ia menyatakan, “CIA akan melakukan hal-hal yang tak bisa dilakukan siapa pun, di tempat yang tak bisa dijangkau siapa pun.”
Kecaman keras dari Venezuela
Hubungan AS-Venezuela memanas setelah Presiden Donald Trump mengerahkan kapal perang ke Karibia dan menuduh Preisden Nicolas Maduro memimpin jaringan narkoba.Pemerintah Venezuela merespons keras laporan tersebut dan menuding Amerika Serikat berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah melalui jalur militer.
“AS mencoba menjustifikasi perubahan kekuasaan dengan tujuan akhir menguasai sumber daya minyak Venezuela,” bunyi pernyataan resmi yang dirilis Caracas.
Pemerintahan Maduro juga menyebut tindakan AS sebagai bentuk pelanggaran berat terhadap Piagam PBB dan berencana membawa persoalan ini ke Dewan Keamanan PBB.
Langkah CIA ini memperpanjang rekam jejak operasi rahasianya di Amerika Latin.
Sebelumnya, CIA terlibat dalam penggulingan Presiden Jacobo Arbenz di Guatemala (1954), invasi Teluk Babi ke Kuba (1961), kudeta di Brasil (1964), pembunuhan Che Guevara di Bolivia, dan kudeta terhadap Presiden Salvador Allende di Chile (1973).
Pada dekade 1980-an, CIA juga mendukung kelompok pemberontak Contra dalam perangnya melawan pemerintahan Sandinista di Nikaragua.
Bagi banyak pengamat, langkah terbaru terhadap Venezuela dianggap sebagai kelanjutan dari pola intervensi Washington di wilayah Amerika Latin.
Meski begitu, klaim Trump yang menyebut operasi CIA bertujuan memberantas narkoba dari Venezuela dibantah oleh sejumlah laporan intelijen Amerika sendiri. Mereka menilai, keterlibatan langsung pemerintah Maduro dalam jaringan narkotika tidak memiliki bukti kuat.
Tag: #misi #rahasia #terkuak #gulingkan #presiden #venezuela #atas #perintah #trump