Warga Israel Larang Orang Afrika Masuk Bunker: Ini Khusus Bangsa Yahudi
Cuplikan gambar dari video yang bertebaran di media sosial, dengan narasi warga Arab Israel dan Yahudi Ethiopia dilarang warga Israel kulit putih masuk bunker, saat dihujani rudal Iran. [X]
20:32
21 Juni 2025

Warga Israel Larang Orang Afrika Masuk Bunker: Ini Khusus Bangsa Yahudi

Tatkala sirene meraung-raung dan ancaman rudal Iran memaksa semua orang mencari perlindungan, krisis lain yang lebih busuk justru muncul ke permukaan di Israel.

Laporan-laporan dari berbagai kota mengungkap pemandangan memilukan: warga Israel sendiri ditolak masuk ke dalam bunker hanya karena etnisitas dan warna kulit mereka.

Pengamat-pengamat mengungkap inilah wajah asli dari Israel, yang kerap memproklamirkan diri sebagai "satu-satunya demokrasi di Timur Tengah".

Ketika ketakutan akan serangan balasan mencengkeram, ruang-ruang perlindungan bawah tanah alias bunker yang seharusnya menjadi tempat aman bagi semua warga negara, justru berubah menjadi arena segregasi dan rasisme yang terang-terangan.

Puluhan kesaksian yang menyebar di media sosial dan dilaporkan oleh aktivis hak asasi manusia melukiskan gambaran yang suram.

Di kota-kota seperti Tel Aviv, Ashdod, dan Beersheba, keluarga-keluarga Arab-Israel—yang notabene adalah warga negara sah—diusir dan dilarang masuk ke bunker-bunker publik maupun yang berada di gedung apartemen pribadi.

Alasan yang diberikan seringkali brutal dan tanpa tedeng aling-aling: "Bunker ini hanya untuk orang Yahudi."

Jeritan dari Warga yang Dianggap "Liyan"

Ironi yang paling pahit adalah, rudal tidak memilih target berdasarkan agama atau etnis.

Namun, di darat, manusia justru menciptakan diskriminasi mereka sendiri.

Seorang warga Palestina berkewarganegaraan Israel dari Jaffa berbagi pengalamannya dengan getir.

"Kami berlari bersama anak-anak kami saat mendengar sirine. Kami mencoba masuk ke bunker di gedung sebelah, tapi seorang pria menghalangi pintu dan berteriak, 'Tidak ada tempat untuk orang Arab di sini!'" kata dia.

"Di momen itu, saya lebih takut pada tetangga Yahudi saya daripada pada rudal di atas kepala saya. Mereka melihat kami sebagai musuh internal, bukan sebagai sesama warga negara yang juga ketakutan," ungkapnya kepada sebuah LSM lokal.

Fenomena ini bukanlah hal baru dan tidak hanya menimpa warga Arab.

Komunitas Yahudi Ethiopia (Beta Israel) juga telah lama melaporkan perlakuan diskriminatif serupa.

Dianggap "kurang Yahudi" oleh sebagian kalangan Yahudi Ashkenazi (keturunan Eropa), mereka juga seringkali menjadi korban terakhir yang dipikirkan dalam situasi darurat.

Seorang aktivis hak asasi manusia di Tel Aviv menyimpulkan masalah ini sebagai gejala dari penyakit yang lebih dalam.

"Ini bukan sekadar ulah beberapa oknum rasis. Ini adalah manifestasi dari rasisme sistemik yang tertanam dalam masyarakat dan negara Israel."

Dia melanjutkan, "Ketika negara secara hukum dan sosial memprioritaskan satu kelompok etnis di atas yang lain melalui UU Negara-Bangsa dan kebijakan lainnya, jangan kaget jika warganya mempraktikkan apartheid di tingkat paling dasar, bahkan di dalam bunker."

Iron Dome Israel Jadi Lelucon

Klaim keperkasaan militer dan teknologi Israel kembali menjadi bahan tertawaan di panggung dunia.

Pada Jumat (20/6) pagi, rudal balistik Iran berhasil melakukan hal yang dianggap mustahil oleh pemerintah Israel: menembus sistem pertahanan udara berlapis dan menghantam langsung jantung kota Be'er Sheva di selatan wilayah jajahan.

Insiden ini bukan sekadar serangan, melainkan sebuah penghinaan telak terhadap Iron Dome, perisai pertahanan yang selama ini dibanggakan dan dijual sebagai sistem anti-rudal paling canggih di planet ini.

Satu rudal tunggal sukses membongkar seluruh narasi keamanan Israel dan menyebar kepanikan massal di kalangan pemukim.

Pagi itu, ketenangan di wilayah Negev dan sekitar Laut Mati pecah oleh raungan sirene serangan udara.

Kepanikan seketika menyebar di antara para pemukim Israel saat mereka menyadari bahwa sistem pertahanan jutaan dolar mereka telah gagal total.

Sesaat kemudian, ledakan keras mengguncang Be'er Sheva.

Rekaman video yang dengan cepat beredar di media regional dan kanal Telegram menunjukkan pemandangan yang tak terbantahkan: gumpalan asap hitam tebal mengepul dari lokasi jatuhnya rudal di tengah kawasan perkotaan.

Pukulan telak ini membuktikan bahwa Iran tidak hanya memiliki kemauan, tetapi juga kapabilitas presisi untuk menjangkau target-target strategis di kedalaman wilayah musuh.

Di tengah upaya militer Israel untuk meredam berita, surat kabar liberal Israel, Haaretz, justru mengeluarkan laporan yang menampar muka para jenderal dan politisi mereka sendiri.

Mengutip sumber resmi, surat kabar itu secara blak-blakan mengakui kegagalan memalukan dari sistem pertahanan rezim tersebut.

"Rudal yang diluncurkan Iran tidak dicegat," tulis Haaretz dalam laporannya.

Pengakuan singkat namun menghancurkan ini mengungkap kerentanan fatal dari perisai pertahanan Israel.

Pihak militer Israel (IDF), dalam pernyataannya hanya bisa mengonfirmasi secara minimalis.

"Kami telah menerima laporan mengenai serangan rudal di lokasi di selatan," kata juru bicara militer.

Untuk diketahui, Iran sepekan terakhir menghujani wilayah-wilayah Israel, terutama fasilitas vital militer dan ekonominya.

Serangan rudal-rudal Iran ini merupakan balasan dari agresi dan pengeboman Israel di sejumlah wilayah, termasuk ibu kota Teheran.

Editor: Bernadette Sariyem

Tag:  #warga #israel #larang #orang #afrika #masuk #bunker #khusus #bangsa #yahudi

KOMENTAR