Hari Lingkungan Hidup 2025: Dunia Bersatu Cari Solusi Atasi Polusi Plastik
Pekerja mengolah sampah botol plastik di Waste Treatment Plant Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (27/5/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
11:16
6 Juni 2025

Hari Lingkungan Hidup 2025: Dunia Bersatu Cari Solusi Atasi Polusi Plastik

Dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia setiap tanggal 5 Juni, dengan fokus tahun ini terhadap salah satu ancaman terbesar untuk planet bumi: polusi plastik.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, dalam pidatonya menyampaikan pesan tegas soal dunia tidak bisa lagi menunda aksi konkret dalam menghadapi krisis plastik yang kini telah meresap hingga ke dalam tubuh manusia.

Polusi plastik mencekik planet kita—merusak ekosistem, kesejahteraan manusia, dan iklim. Limbah plastik ditemukan di puncak Gunung Everest, dasar laut terdalam, hingga dalam otak manusia dan air susu ibu,” ujar Guterres, mengutip situs resmi PBB, Kamis (5/6/2025).

Polusi plastik bukan hanya masalah visual atau sanitasi, melainkan krisis sistemik yang menyentuh aspek kesehatan, ekonomi, dan lingkungan secara menyeluruh.

Saat ini, diperkirakan sekitar 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahun di seluruh dunia, dan lebih dari 36 persen di antaranya digunakan hanya sekali sebelum dibuang, menurut data dari Program Lingkungan PBB (UNEP).

Dari jumlah itu, sekitar 19 hingga 23 juta ton limbah plastik masuk ke danau, sungai, dan laut setiap tahunnya, menyebabkan kerusakan serius pada kehidupan laut dan ekosistem perairan.

Hanya 9 persen dari sampah plastik global yang berhasil didaur ulang, sementara sisanya dibakar, ditimbun di tempat pembuangan akhir (TPA), atau mencemari lingkungan secara langsung.

Aktivis lingkungan dari komunitas Aksi Muda Jaga Iklim saat pawai yang bertajuk Plastik Gak Asik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (27/10/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]Aktivis lingkungan dari komunitas Aksi Muda Jaga Iklim saat pawai yang bertajuk Plastik Gak Asik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (27/10/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Situasi di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Berdasarkan laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan World Bank (2021), Indonesia menghasilkan sekitar 7,8 juta ton sampah plastik per tahun, dan sekitar 620 ribu ton di antaranya diperkirakan berakhir di laut.

Hal ini menempatkan Indonesia di posisi kedua sebagai penyumbang sampah plastik laut terbesar di dunia setelah Tiongkok.

Beberapa jenis plastik paling umum ditemukan di perairan Indonesia adalah kantong plastik, bungkus makanan, dan sedotan. Di sisi lain, tingkat daur ulang plastik nasional masih rendah—sekitar 11 hingga 14 persen saja, menurut riset dari Sustainable Waste Indonesia (SWI).

Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk mengurangi 70 persen sampah plastik laut pada tahun 2025, salah satunya melalui Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 dan pelarangan kantong plastik sekali pakai di sejumlah daerah.

Namun, implementasi di lapangan masih menghadapi kendala dalam bentuk rendahnya kesadaran publik, lemahnya sistem pengelolaan sampah, dan terbatasnya infrastruktur daur ulang.

Kesepakatan Global: Harapan Baru?

Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, menyebut bahwa jika tren saat ini tidak berubah, kebocoran plastik ke lingkungan diperkirakan akan meningkat sebesar 50 persen pada tahun 2040. Ia mengajak dunia untuk merancang ulang sistem produksi dan konsumsi plastik guna melindungi kesehatan, lingkungan, dan masyarakat.

Polusi itu meresap ke dalam tubuh kita melalui makanan, air, bahkan udara yang kita hirup,” ujar Andersen. “Tapi kita masih bisa bertindak. Solusi inovatif ada dan bisa kita dorong bersama.”

Saat ini, dunia sedang berada di ambang tercapainya perjanjian internasional yang bersifat mengikat secara hukum untuk mengakhiri polusi plastik. Proses negosiasi akan kembali berlangsung pada Agustus 2025, dan diharapkan selesai sebelum akhir tahun.

Perjanjian ini diharapkan mencakup seluruh siklus hidup plastik—dari desain produk, produksi, penggunaan, hingga pembuangan dan daur ulang—dengan pendekatan ekonomi sirkular yang berkeadilan.

Tindakan Lokal Tetap Penting

Di Indonesia, sejumlah daerah seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali telah mengeluarkan peraturan pelarangan plastik sekali pakai. Namun, menurut data dari Greeneration Foundation, 70 persen masyarakat masih menggunakan plastik secara rutin dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan perlunya pendekatan lebih kuat dalam edukasi dan perubahan perilaku.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia menjadi momentum untuk merefleksikan dan mengintensifkan upaya kolektif, baik di tingkat global maupun lokal. Polusi plastik adalah masalah bersama yang menuntut tanggung jawab bersama—dari pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat umum.

"Bersama-sama, mari kita akhiri bencana polusi plastik dan membangun masa depan yang lebih baik bagi kita semua," pungkas Guterres.

Editor: M. Reza Sulaiman

Tag:  #hari #lingkungan #hidup #2025 #dunia #bersatu #cari #solusi #atasi #polusi #plastik

KOMENTAR