9 Fakta Soal Usulan Netanyahu Agar Negara Palestina Didirikan di Arab Saudi
TANAH ARAB SAUDI - Tanah Arab Saudi dalam tangkapan layar melalui Google Earth pada Jumat (7/2/2025). PM Israel Benjamin Netanyahu menyebut Arab Saudi punya tanah luas dan dapat mendirikan Negara Palestina. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuai kecaman setelah mengusulkan negara Palestina bisa didirikan di Arab Saudi, berikut adalah beberapa fakta terkait usulannya. 
15:20
10 Februari 2025

9 Fakta Soal Usulan Netanyahu Agar Negara Palestina Didirikan di Arab Saudi

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu baru-baru ini menuai kecaman setelah mengusulkan negara Palestina bisa didirikan di Arab Saudi.

Saran ini memicu reaksi keras dari negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi, yang dengan tegas menentang ide tersebut.

Berikut adalah beberapa fakta terkait usulan tersebut.

1. Pernyataan Netanyahu

Usulan tersebut bermula saat Netanyahu diwawancarai oleh Channel 14 Israel pada Kamis (6/2/2025).

Dalam wawancara tersebut, ia mengatakan, “Saudi dapat mendirikan negara Palestina di Arab Saudi; mereka memiliki banyak tanah di sana.”

Ketika pewawancara menjawab bahwa ide tersebut patut dieksplorasi, pernyataan ini langsung memicu kontroversi.

2. Kecaman Arab Saudi

Arab Saudi langsung mengecam saran Netanyahu yang menyebutkan bahwa tanah kerajaan bisa digunakan untuk mendirikan negara Palestina.

Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (9/2/2025), Kementerian Luar Negeri Saudi menuduh Netanyahu berusaha "mengalihkan perhatian" dari kejahatan yang sedang berlangsung di Gaza, termasuk apa yang mereka sebut sebagai "pembersihan etnis" yang dilakukan oleh Israel.

3. Respons Negara-negara Arab

Pernyataan Netanyahu mendapat kecaman keras dari berbagai negara Arab, termasuk Qatar, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, serta Dewan Kerjasama Teluk (GCC), Al Jazeera melaporkan.

Sekretaris Jenderal GCC, Jasem Mohamed Albudaiwi, menyebut pernyataan ini sebagai "berbahaya dan tidak bertanggung jawab", serta menyatakan bahwa pernyataan tersebut menegaskan pendekatan Israel yang tidak menghormati hukum internasional.

Kementerian luar negeri Yordania menyebut pernyataan itu sebagai “pelanggaran hukum internasional” yang jelas.

Sementara kementerian luar negeri Uni Emirat Arab menyebutnya sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa."

4. Kritikan dari Liga Arab

Kepala Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, mengatakan bahwa pemikiran di balik pernyataan Netanyahu "tidak dapat diterima" dan hanya mencerminkan keterpisahan dari kenyataan.

Ia menambahkan bahwa ide tersebut hanya "fantasi" dan "ilusi", TRT World melaporkan.

5. Sikap Kementerian Luar Negeri Saudi

Kementerian Luar Negeri Saudi dengan tegas menolak pernyataan Netanyahu.

Kemenlu menegaskan bahwa rakyat Palestina memiliki hak atas tanah mereka dan bukan imigran yang bisa diusir begitu saja.

Mereka juga mengucapkan terima kasih kepada negara-negara sahabat yang turut mengecam usulan tersebut.

6. Krisis di Gaza

Perang yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan lebih dari 61.700 warga Palestina tewas, termasuk sekitar 18.000 anak-anak.

Infrastruktur Gaza hampir sepenuhnya hancur, dan lebih dari 14.000 orang lainnya diperkirakan telah tewas atau hilang.

Serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.139 orang dan lebih dari 250 orang ditawan.

7. Usulan Serupa dari Donald Trump

Sebelum Netanyahu, Presiden AS Donald Trump juga mengusulkan sebuah langkah kontroversial untuk "mengambil alih" Gaza dan memindahkan penduduk Palestina.

Usulan tersebut juga mendapat kecaman keras dari dunia Arab, termasuk Riyadh yang menegaskan bahwa tidak ada hubungan normalisasi dengan Israel yang bisa terjadi tanpa pembentukan negara Palestina.

8. Kenangan tentang Nakba

Bagi banyak warga Palestina, setiap usulan yang berupaya memaksa mereka keluar dari Gaza mengingatkan mereka pada "Nakba" atau bencana, yang merujuk pada pemindahan paksa warga Palestina pada saat pendirian Israel pada tahun 1948.

Usulan untuk menggusur mereka dari tanah kelahiran mereka menimbulkan kenangan kelam akan sejarah tersebut.

9. Pandangan Arab Saudi terhadap Tanah Palestina

Arab Saudi menekankan bahwa "mentalitas pendudukan ekstremis" Israel tidak memahami arti tanah Palestina bagi rakyat Palestina.

Negara ini menegaskan bahwa pola pikir seperti itu hanya merusak hak-hak rakyat Palestina untuk hidup, mengingat kehancuran yang terjadi di Gaza dan korban jiwa yang telah jatuh tanpa sedikit pun rasa kemanusiaan.

Secara keseluruhan, usulan Netanyahu telah memicu ketegangan dan kecaman yang luas di kawasan tersebut.

Negara-negara Arab menegaskan bahwa penyelesaian atas masalah Palestina harus melibatkan pengakuan atas hak negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di wilayah yang mereka anggap sebagai tanah air mereka.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Bobby Wiratama

Tag:  #fakta #soal #usulan #netanyahu #agar #negara #palestina #didirikan #arab #saudi

KOMENTAR