Bahaya Kanker Paru, Simak Pencegahan dan Pengobatannya
ILUSTRASI: Model memperagakan mengalami gejala kanker paru. (Istimewa)
13:33
25 Februari 2024

Bahaya Kanker Paru, Simak Pencegahan dan Pengobatannya

 - Kanker paru merupakan salah satu penyakit ganas yang dapat menyebakan kematian bagi seseorang. Penyakit ini ditandai dengan sel abnormal yang berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan untuk merusak jaringan tubuh.

Berdasarkan data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) 2020 yang diperoleh dari International Agency for Research on Cancer, kanker paru tetap menjadi penyebab utama kematian di dunia.

Di Indonesia, berdasarkan data GLOBOCAN 2020, jumlah kasus baru kanker paru menempati urutan ketiga (8,8 persen), setelah kanker payudara (16,6 persen) dan kanker serviks (9,2 persen( pada perempuan. Kanker paru menempati urutan pertama (14,1 persen) pada laki-laki.

Nah, apa sebetulnya kanker paru itu dan bagaimana mengatasinya? Guru besar Departemen Penyakit Paru & Kedokteran Respirasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Prof. Dr. dr Laksmi Wulandari, Sp.P(K), FCCP, FISCM, FISR menjelaskan bahwa kanker paru mencakup semua penyakit keganasan di paru yang berasal dari paru (primer). Dalam pengertian klinis, kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus atau bronchogenic carcinoma).

"Kanker paru juga dapat merupakan tempat penyebaran (metastasis) dari kanker di organ lain," jelas Laksmi Wulandari kepada JawaPos.com.

Prof. Laksmi yang juga dokter spesialis paru dari Rumah Sakit (RS) Premier Surabaya itu melanjutkan, kanker paru dibagi menjadi dua jenis. Pertama, kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK)/non small cell carcinoma lung cancer. Kedua, kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK)/small cell carcinoma lung cancer. Mayoritas atau 80 - 85 persen kasus kanker paru adalah jenis KPKBSK.

"Saat ini angka kejadian kanker paru mulai ditemukan di usia kurang dari 40 tahun. Angka ini terus meningkat hingga kelompok usia 70 tahun," terang Prof. Laksmi yang juga Kepala Divisi Onkologi Thorax Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) itu.

Gejala Kanker Paru

Prof. Laksmi menjelaskan, kanker paru tidak memiliki gejala klinis yang khas. Namun, ada gejala respirasi yang berupa batuk, batuk darah, sesak napas, atau nyeri dada yang muncul sejak lama atau tidak kunjung sembuh dengan pengobatan standar selama dua minggu pada kelompok risiko tinggi. Kasus itu harus ditindaklanjuti untuk dilakukan prosedur diagnosis kanker paru.

"Karena gejala yang tidak spesifik, 85 persen pasien kanker paru terdeteksi di stadium lanjut dengan angka ketahanan hidup hanya sebesar 9 persen," jelasnya.

Organisasi internasional dan nasional kanker paru sepakat merekomendasikan menggunakan Low Dose Computed Tomography (LDCT) Scan untuk skrining kanker paru. LDCT merupakan jenis pencitraan medis yang menghasilkan gambar penampang tubuh secara detail menggunakan teknologi sinar-X dosis rendah.

Prof. Laksmi menjelaskan, LDCT scan dapat menggambarkan kondisi paru, termasuk apabila terdapat massa kanker. "Sebuah studi membuktikan skrining menggunakan LDCT dapat menurunkan kematian sebesar 20 persen," ujarnya.

Pada pasien berisiko tinggi, yaitu berusia di atas 45 tahun memiliki riwayat merokok, memiliki riwayat kanker keluarga, LDCT digunakan untuk mendeteksi kanker paru pada tahap awal.

LDCT mampu mendeteksi nodul lebih banyak dibandingkan rontgen dada. LDCT memiliki kemampuan deteksi nodul lebih kecil dari 1cm dan menampilkan gambar dalam bentuk 3D, dengan jumlah paparan radiasi yang lebih rendah.

Gaya Hidup Yang Harus Diterapkan

Kanker paru merupakan kanker tersering pada laki-laki dan kelima tersering dari seluruh kanker pada perempuan. Faktor risiko utama kanker paru adalah merokok. Secara umum, rokok menyebabkan 80 persen kasus kanker paru pada laki-laki dan 50 persen kasus pada perempuan.

Pencegahan kanker paru dapat dilakukan dengan menghindari merokok dan berhenti bila telah merokok (perokok aktif), baik rokok konvensional, rokok elektrik, maupun vape. Serta dengan menghindari paparan terhadap asap rokok (perokok pasif).

Menerapkan gaya hidup sehat melalui olahraga, tidur yang cukup, menghindari stres, pola makan sehat secara teratur, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Selain merokok, terdapat juga faktor risiko lain yang tidak dapat dikendalikan, yaitu adanya kerentanan genetik. Seseorang dengan riwayat kanker sebelumnya atau riwayat kanker pada keluarga, dan riwayat penyakit paru seperti penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), tuberkulosis atau penyakit fibrosis paru idiopatik, berisiko untuk terkena kanker paru meskipun tidak ada paparan rokok/karsinogen dan sudah menjalani gaya hidup sehat. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan sel bermutasi.

Pengobatan Kanker Paru

Pengobatan kanker paru tergantung pada stadium penyakit. Pengobatan dengan tujuan penyembuhan, pengendalian penyakit untuk memperpanjang hidup atau penanganan gejala dan pencegahan komplikasi untuk meningkatkan kualitas hidup. Pengobatan kanker paru merupakan pengobatan multimodalitas. Untuk pasien dengan stadium awal (I-II) pengobatan yang tersedia adalah Pembedahan. Sedangkan untuk pasien dengan stadium lanjut (III-IV) pengobatan yang tersedia adalah Radioterapi, Kemoterapi, Terapi target, Imunoterapi, dan Paliatif.

Sebagian besar pasien yang datang sudah dalam stadium lanjut, dengan angka ketahanan hidup yang rendah. Skrining dapat membantu mendeteksi kanker paru pada stadium awal.

Skrining merupakan kegiatan penemuan kasus pada kelompok risiko tinggi sebelum munculnya gejala yang dilakukan secara sukarela, dan terbagi dalam 2 kelompok. Pertama, berusia di atas 45 tahun dengan riwayat merokok atau berhenti merokok kurang dari 10 tahun. Atau, bekerja dengan pajanan dengan silika/bahan karsinogen atau perokok pasif atau memiliki riwayat tuberkulosis paru, penyakit paru fibrosis atau lesi fibrotik.

Kedua, berusia di atas 40 tahun, memiliki risiko tinggi dan disertai dengan riwayat keganasan pada keluarga.

Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki risiko terkena kanker paru atau tidak, salah satunya dengan meggunakan kuesioner NARU (keNAli paRU) yang dapat diakses secara online pada link berikut: https://qr.short.az/r/NARUSKRINING.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #bahaya #kanker #paru #simak #pencegahan #pengobatannya

KOMENTAR