Rabies: Penyakit Mematikan yang Ternyata Bisa Dicegah Asal Tahu 4 Kunci Antisipasi Ini
Ilustrasi hewan penyebab rabies (Dok. Freepik)
10:51
25 Oktober 2025

Rabies: Penyakit Mematikan yang Ternyata Bisa Dicegah Asal Tahu 4 Kunci Antisipasi Ini

- Memelihara hewan merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat menjadi salah satu cara ampuh untuk melepas penat. Akan tetapi, tentu harus tetap waspada dengan segala resiko yang mungkin saja hadir salah satunya rabies yang berasal dari gigitan hewan. Selain waspada penting juga bagi kita untuk mengetahui langkah awal yang harus segera dilakukan serta langkah preventif yang bisa diambil untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Rabies sering kali terdengar seperti penyakit masa lalu. Padahal, hingga kini masih menjadi ancaman nyata di banyak negara, termasuk Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO), rabies menyebabkan puluhan ribu kematian manusia setiap tahunnya di seluruh dunia, dan sebagian besar kasus terjadi akibat gigitan anjing yang terinfeksi. Ironisnya, penyakit ini sebenarnya 100% dapat dicegah dengan penanganan yang cepat dan vaksinasi yang tepat.

Apa Itu Rabies dan Bagaimana Penularannya Terjadi?

Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus, yang menyerang sistem saraf pusat dan pada akhirnya menyebabkan peradangan otak (ensefalitis). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa penularan umumnya terjadi melalui air liur hewan yang terinfeksi, biasanya lewat gigitan, cakaran, atau ketika air liur mengenai luka terbuka atau membran mukosa manusia.

Hewan yang paling sering menularkan rabies bervariasi tergantung wilayah. Di Indonesia, anjing menjadi sumber utama infeksi, sedangkan di beberapa negara lain bisa berasal dari kelelawar, rakun, atau rubah. WHO menegaskan bahwa rabies bukan hanya ancaman bagi manusia, tetapi juga bagi hewan peliharaan, sehingga pengendalian pada hewan adalah langkah kunci untuk melindungi manusia.

Menurut Mayo Clinic, masa inkubasi atau waktu antara paparan dan munculnya gejala penyakit rabies biasanya berlangsung antara dua minggu hingga tiga bulan, tergantung lokasi gigitan dan jumlah virus yang masuk ke tubuh. Pada tahap awal, gejalanya sering kali tidak spesifik dan menyerupai flu ringan yang ditandai dengan demam, lemas, atau sakit kepala ringan diikuti rasa nyeri, gatal, atau sensasi terbakar di area bekas gigitan.

Namun, dalam beberapa hari, gejala bisa berkembang cepat menjadi lebih serius. CDC menjelaskan bahwa setelah virus mencapai sistem saraf pusat, pasien dapat mengalami kegelisahan, kebingungan, halusinasi, kesulitan menelan, serta produksi air liur yang berlebihan. Pada beberapa kasus, pasien menunjukkan hidrofobia atau ketakutan ekstrim terhadap air karena kontraksi otot tenggorokan saat menelan cairan.

WHO menegaskan bahwa setelah gejala klinis muncul, rabies hampir selalu berakibat fatal. Oleh karena itu, penanganan cepat setelah gigitan menjadi faktor penentu keselamatan.

Langkah Antisipasi: Pencegahan Rabies sejak Dini

Pencegahan rabies jauh lebih mudah dibanding pengobatannya. WHO dan CDC sama-sama menekankan pentingnya tindakan cepat sesaat setelah terjadi gigitan atau kontak dengan hewan yang dicurigai rabies. Berikut langkah-langkah pencegahan yang disarankan oleh para ahli:

1. Segera Bersihkan Luka

DC menyebutkan, "mencuci luka gigitan dengan sabun dan air mengalir selama setidaknya 15 menit dapat secara signifikan mengurangi risiko infeksi." Tindakan sederhana ini bisa menyelamatkan nyawa.

2. Dapatkan Penanganan Medis Segera

Setelah luka dibersihkan, segera kunjungi fasilitas kesehatan. Petugas medis akan menilai apakah kamu perlu mendapatkan vaksin pasca-paparan (Post-Exposure Prophylaxis / PEP) yang terdiri atas kombinasi vaksin rabies dan imunoglobulin yang diberikan untuk mencegah virus berkembang.

3. Lindungi Hewan Peliharaan

WHO menyarankan agar semua anjing dan kucing mendapat vaksin rabies secara rutin. Hewan yang divaksinasi tidak hanya melindungi dirinya, tetapi juga menjadi "tameng pertama" bagi manusia di sekitarnya.

4. Hindari Kontak dengan Hewan Liar

Jangan pernah menyentuh hewan liar atau hewan peliharaan yang menunjukkan perilaku tidak biasa (agresif, mengeluarkan air liur berlebihan, atau tampak bingung). Jika terjadi kontak, segera laporkan ke dinas kesehatan atau petugas hewan setempat.

WHO juga menyoroti bahwa sebagian besar kasus rabies terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya dan pentingnya vaksinasi. Di daerah pedesaan, anak-anak menjadi kelompok paling rentan karena lebih sering bermain dengan hewan tanpa pengawasan.

Mayo Clinic menambahkan bahwa rabies tidak bisa didiagnosis secara pasti hanya dengan melihat luka gigitan, sehingga penanganan medis setelah gigitan tidak boleh ditunda, bahkan jika hewan tampak sehat. Virus rabies bisa berdiam di tubuh hewan tanpa gejala selama berminggu-minggu sebelum menjadi aktif.

Rabies memang terdengar menakutkan, tetapi juga menjadi contoh jelas bahwa pengetahuan bisa menyelamatkan nyawa. Dengan menjaga hewan peliharaan tetap di vaksin, menghindari kontak dengan hewan liar, dan segera mencuci luka setelah gigitan, risiko infeksi bisa ditekan hingga nol. Kesadaran, vaksinasi, dan tindakan cepat adalah kunci utama agar penyakit mematikan ini tidak lagi menjadi ancaman di sekitar kita.

Editor: Candra Mega Sari

Tag:  #rabies #penyakit #mematikan #yang #ternyata #bisa #dicegah #asal #tahu #kunci #antisipasi

KOMENTAR