Lebih dari 100 Juta Orang di Dunia Kini Memakai Vape
ilustrasi kandungan diasetil pada vape yang dapat membuat penyakit paru-paru popcorn.(canva.com)
08:36
9 Oktober 2025

Lebih dari 100 Juta Orang di Dunia Kini Memakai Vape

 

Jumlah perokok tembakau memang mengalami penurunan, tapi ancaman baru justru muncul dari arah yang tak terduga yaitu vape dan rokok elektronik. 

Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia kini menggunakan rokok elektrik, termasuk setidaknya 15 juta anak-anak berusia 13–15 tahun.

Temuan ini mencengangkan karena terjadi di tengah tren global yang menunjukkan penurunan drastis jumlah perokok konvensional. Secara global jumlah perokok turun dari 1.38 miliar pengguna di tahun 2000 ke 1.2 miliar di tahun 2024.

Namun, di balik angka positif itu, WHO memperingatkan adanya “gelombang baru kecanduan nikotin” yang dipicu oleh popularitas vape, terutama di kalangan remaja.

“Jutaan orang berhasil berhenti atau tidak lagi mengonsumsi tembakau berkat kebijakan pengendalian tembakau yang diterapkan di berbagai negara,” ujar Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. 

“Namun, industri tembakau kini melawan balik dengan memperkenalkan produk nikotin baru yang secara agresif menyasar kaum muda. Pemerintah harus bertindak lebih cepat dan tegas dalam menerapkan kebijakan pengendalian yang terbukti efektif.”

Dengan kemasan trendi, aroma manis, dan pemasaran yang dikemas layaknya gaya hidup modern, vape berhasil menembus pasar anak muda dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Jumlah anak-anak pengguna vape

Untuk pertama kalinya, WHO memiliki data pengguna rokok elektrik global – dan angkanya mengkhawatirkan. Lebih dari 100 juta orang kini menggunakan vape, termasuk sekitar 86 juta orang dewasa dan 15 juta remaja berusia antara 13 dan 15 tahun. 

Di negara-negara yang datanya tersedia, anak-anak sembilan kali lebih mungkin menggunakan vape dibandingkan orang dewasa.

“Rokok elektrik memicu gelombang baru kecanduan nikotin,” kata Etienne Krug, direktur Departemen Penentu, Promosi, dan Pencegahan Kesehatan WHO.

“Produsen memasarkan produk ini sebagai upaya pengurangan bahaya rokok, tetapi pada kenyataannya, justru membuat anak-anak kecanduan nikotin sejak dini dan berisiko merusak kemajuan yang telah dicapai selama beberapa dekade”.

Laporan tersebut juga menunjukkan perbedaan gender yang signifikan dalam penurunan penggunaan tembakau global.

Perempun jadi kelompok terbanyak yang berhasil berhenti merokok, dengan prevalensi turun dari 11 persen pada tahun 2010 menjadi hanya 6,6 persen pada tahun 2024. 

Jumlah pengguna rokok tembakau perempuan telah turun dari 277 juta menjadi 206 juta selama periode 5 tahun tersebut.

Sebaliknya, kemajuan bagi laki-laki lebih lambat. Lebih dari empat dari lima pengguna tembakau di seluruh dunia adalah laki-laki, dengan prevalensi turun dari 41,4 persen menjadi 32,5 persen dalam 14 tahun terakhir.

Tingkat penurunan yang lebih lambat berarti target pengurangan 30 persen kemungkinan baru akan tercapai pada tahun 2031.

Data WHO ini menjadi pengingat bahwa meskipun bentuknya berbeda, ancaman nikotin tetap sama dan mungkin kini justru lebih berbahaya karena tampil lebih menarik.

Menggunakan vape sering menjadi jembatan untuk merokok tembakau. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa vape bukanlah produk yang tak memiliki risiko bagi kesehatan.

Sebuah makalah utama di New England Journal of Medicine tahun lalu menunjukkan bahwa vaping meningkatkan risiko stroke sampai 32 persen.

 

Tag:  #lebih #dari #juta #orang #dunia #kini #memakai #vape

KOMENTAR