Hubungan Antara Pola Makan dan Kesejahteraan Mental, Benarkah 'Kita Adalah Apa yang Kita Makan?'
Seorang wanita yang membawa tiga buah jeruk (dok. Freepik)
09:48
7 Oktober 2025

Hubungan Antara Pola Makan dan Kesejahteraan Mental, Benarkah 'Kita Adalah Apa yang Kita Makan?'

Banyak penelitian menunjukkan bahwa apa yang kita makan tidak hanya berpengaruh pada tubuh, tetapi juga pada pikiran.

Sebuah studi yang dipublikasikan di British Journal of Health Psychology mencoba menggali hubungan antara konsumsi makanan sehat dan kesejahteraan mental positif.

Berbeda dari kebanyakan penelitian yang berfokus pada penurunan stres atau depresi, riset ini justru melihat bagaimana makanan dapat meningkatkan kebahagiaan dan rasa bermakna dalam hidup.

Penelitian tersebut menemukan bahwa konsumsi buah, sayuran, dan ikan berkaitan dengan tiga aspek utama kesejahteraan mental, sedangkan asupan asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acids atau PUFAs) berhubungan dengan dua aspek.

Setelah dilakukan penyesuaian model analisis, konsumsi buah dan sayuran tetap memiliki hubungan kuat dengan kesejahteraan eudemonik, sementara konsumsi ikan lebih terkait dengan tingkat kebahagiaan.

Melansir Medical News Today, temuan ini mengindikasikan bahwa makanan memiliki peran penting dalam memengaruhi kesejahteraan psikologis positif.

Dengan kata lain, pola makan sehat mungkin mampu mendorong seseorang untuk merasa lebih bahagia, puas, dan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas.

Tiga Dimensi Kesejahteraan Mental

Penelitian ini membagi kesejahteraan positif ke dalam tiga domain. Pertama, eudemonic well-being, yang mencakup rasa tujuan hidup, hubungan sosial positif, dan makna hidup.

Kedua, affective well-being, yaitu kesejahteraan emosional yang terkait dengan perasaan bahagia dan positif. Ketiga, evaluative well-being, yaitu kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan.

Data penelitian diambil dari English Longitudinal Study of Ageing dengan melibatkan 3.103 peserta berusia paruh baya hingga lanjut usia di Inggris.

Makanan yang dianalisis meliputi buah, sayur, ikan, serta PUFAs, yaitu lemak sehat yang mengandung omega-3 dan omega-6 yang penting bagi fungsi otak dan saraf.

Para peneliti juga mempertimbangkan berbagai faktor seperti usia, tingkat kekayaan, isolasi sosial, dan gejala depresi. Dengan lima model statistik berbeda, penelitian ini berusaha menyesuaikan hasil agar lebih akurat, terutama dengan memperhitungkan kondisi depresi yang sering diabaikan dalam riset sebelumnya.

Peran Buah, Sayuran, dan Ikan dalam Kebahagiaan

Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi pengaruh dari tiap jenis makanan terhadap kesejahteraan mental. Konsumsi buah dan sayur secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan eudemonik, bahkan setelah mempertimbangkan faktor lain. Sebaliknya, pengaruh PUFAs menurun setelah penyesuaian terhadap gejala depresi, dan ikan hanya berpengaruh hingga model kedua.

Menariknya, konsumsi ikan memiliki hubungan kuat dengan tingkat kebahagiaan dalam semua model penelitian. Buah dan sayuran juga terkait dengan kepuasan hidup, meski hubungan ini melemah setelah faktor penyakit kronis diperhitungkan. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara PUFAs dan kepuasan hidup, dan untuk ikan, hubungan hanya muncul di model awal.

Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayuran memiliki kaitan paling kuat dengan kesejahteraan psikologis positif.

Penulis studi, Pepper Theeraoat, MSc dari University College London, menjelaskan bahwa setiap jenis makanan memiliki pengaruh berbeda.  Buah dan sayur meningkatkan rasa bermakna dalam hidup, sementara ikan berperan dalam meningkatkan kebahagiaan emosional.

Keterbatasan Studi dan Pentingnya Penelitian Lanjutan

Walaupun hasilnya menarik, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Data yang digunakan bersifat laporan mandiri, sehingga bisa terjadi bias dalam mengingat atau melaporkan makanan yang dikonsumsi.

Selain itu, informasi tentang diet hanya didapat dari dua survei recall selama 24 jam, sehingga belum mencerminkan pola makan jangka panjang.

Mayoritas peserta merupakan individu kaukasia berusia paruh baya dan lanjut usia, sehingga hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk kelompok muda atau etnis lain. Selain itu, tingkat konsumsi ikan dan PUFAs yang rendah di antara peserta bisa membuat hubungan antara nutrisi tersebut dan kesejahteraan menjadi kurang terlihat.

Para ahli menilai bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami hubungan sebab-akibatnya. Karena sifat penelitian ini bersifat cross-sectional, belum dapat dipastikan apakah makanan sehat meningkatkan kesejahteraan atau justru orang dengan kesejahteraan tinggi cenderung memilih makanan sehat.

Penulis juga menekankan pentingnya studi jangka panjang dan intervensi langsung di mana pola makan dimodifikasi (misalnya dengan menambah konsumsi buah, sayuran, atau ikan) untuk melihat dampaknya terhadap kebahagiaan dan kesehatan mental dari waktu ke waktu.

Pendidikan Gizi Sejak Dini dan Pentingnya Pola Hidup Sehat
Menurut Dr. Mir Ali, ahli bedah bariatrik dari California, hasil penelitian ini menjadi pengingat pentingnya pendidikan gizi sejak usia dini.

Kurangnya pemahaman tentang pengaruh makanan terhadap seluruh aspek kesehatan, termasuk mental, berkontribusi pada meningkatnya berbagai penyakit seiring bertambahnya usia. Ia menegaskan bahwa perubahan pola makan sejak dini dapat memberi dampak besar terhadap kesehatan jangka panjang.

Sementara itu, Pepper Theeraoat menambahkan bahwa karena pola makan adalah faktor yang dapat dimodifikasi, peningkatan konsumsi buah, sayur, ikan, dan lemak sehat tidak hanya membantu menjaga kesehatan fisik, tetapi juga berperan dalam menjaga keseimbangan psikologis.

Menurutnya, gaya hidup sehat sebaiknya dipadukan dengan perawatan medis standar untuk hasil yang optimal. Ungkapnya, “Ungkapan ‘you are what you eat’ memang benar adanya, apa yang kita konsumsi dapat menjadi sumber manfaat atau justru kerugian bagi kesehatan tubuh dan pikiran kita.” (*)

Editor: Siti Nur Qasanah

Tag:  #hubungan #antara #pola #makan #kesejahteraan #mental #benarkah #kita #adalah #yang #kita #makan

KOMENTAR