Kenali Tanda-tanda Kurang Tidur yang Bisa Jadi Pemicu Stroke
Orang dengan kebiasaan kurang tidur. Kebiasaan kurang tidur bisa menjadi pemicu stroke. Sayangnya, waktu tidur sering dikorbankan untuk memenuhi hal lain. Ketahui fakta selengkapnya.(Shutterstock/Stokkete)
21:06
11 Juni 2025

Kenali Tanda-tanda Kurang Tidur yang Bisa Jadi Pemicu Stroke

Kurang tidur telah terbukti terkait dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk stroke yang menjadi penyebab utama disabilitas dan kematian di Indonesia.

Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia Dr. Santi mengatakan bahwa kebiasaan kurang tidur meningkatkan risiko stroke baik jenis iskemik (akibat penyumbatan) maupun hemoragik (akibat pendarahan).

“Gangguan tidur secara umum akan meningkatkan risiko terkena stroke 5 kali lipat,” kata Santi kepada Kompas.com pada Kamis (5/6/2025).

Kisah aktor dan presenter Harry Pantja juga telah menjadi contoh bahwa kebiasaan kurang tidur secara nyata bisa memicu munculnya serangan stroke di masa depan.

Seperti yang telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, Harry Pantja mengungkapkan bahwa kurang tidur adalah faktor risiko utama yang dimilikinya sebelum mengalami stroke pertama pada 2016.

Kemudian, ia mengalami stroke berulang pada 2017 dan 2020 dengan dampak yang semakin lebih parah.

Menurut Medical News Today, setiap orang yang memiliki riwayat stroke, akan mendapatkan risiko tinggi untuk mengalaminya lagi dengan tingkat keparahan yang meningkat.

Saat ini, prevalensi stroke di Indonesia sudah tinggi. Menurut data Survei Kesehatan Indonesia pada 2023, prevalensinya mencapai 8,3 per 1.000 penduduk.

Oleh karena itu, kurang tidur tidak boleh dibiasakan. Artikel ini akan menjelaskan lebih lanjut hubungan kurang tidur dan stroke.

Lalu, menunjukkan tanda-tanda orang kurang tidur dan durasi yang tepat untuk tidur setiap hari.

Efek kurang tidur yang jadi pemicu stroke

Santi mengatakan bahwa stroke bisa terjadi karena kurang tidur bisa menyebabkan tekanan darah tinggi atau disebut sebagai hipertensi.

“Kurang tidur secara kronis akan menimbulkan hutan tidur yang akan meningkatkan risiko terkena hipertensi. Seperti kita ketahui, hipertensi merupakan faktor risiko utama dalam terjadinya stroke,” ujarnya.

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa kurang tidur bisa menyebabkan peningkatan hormon stres bernama kortisol.

Kadar kortisol yang tinggi akan menyebabkan respons peradangan pada pembuluh darah yang seiring waktu bisa mengalami kerusakan. Jika kerusakan terjadi di pembuluh darah otak, akan terjadi stroke.

“Kurang tidur juga kerap menimbulkan gangguan pada irama jantung atau aritmia. Gangguan ini berpotensi meningkatkan angka kejadian pembentukan gumpalan darah, yang akhirnya bisa menyebabkan sumbatan pembuluh darah,” ungkapnya.

“Dan jika terjadi penyumbatan pembuluh darah di area otak, maka terjadilah stroke,” terangnya.

Selain itu, Santi mengatakan bahwa kurang tidur erat kaitannya dengan gangguan sensitivitas insulin, yang dapat berkembang menjadi diabetes.

“Diabetes merupakan faktor risiko terjadinya stroke,” ucapnya.

Tanda-tanda kurang tidur

Santi mengatakan, orang kurang tidur bisa memunculkan beberapa tanda, meliputi:

  • Mudah merasa lelah atau lemah
  • Emosi tidak stabil atau mudah tersinggung
  • Sering menguap
  • Sulit mengingat sesuatu dan fokus
  • Sulit bangun dari tempat tidur di pagi hari
  • Butuh alarm, berulang kali menekan tombol snooze, atau butuh bantuan orang lain untuk membangunkan
  • Merasa sulit untuk tetap terjaga saat beraktivitas, misalnya rapat, mengemudi, atau setelah makan berat
  • Sering merasa lelah di siang hari dan harus tidur siang
  • Perlu tidur lebih lama di akhir pekan
  • Minat terhadap kehidupan seksual menurun
  • Pernah mengalami gangguan suasana hati, contohnya merasa tertekan, cemas, stres, paranoia, atau ingin bunuh diri

“Jika mengalami tanda-tanda kurang tidur di atas, cobalah untuk tidur 15-30 menit lebih awal atau bangun lebih lambat. Setelah itu, nilai kembali, jika masih juga mengalami tanda kurang tidur, majukan lagi waktu tidur 15-30 menit atau mundurkan waktu bangun. Ulangi semua proses sampai seluruh tanda kurang tidur hilang,” jelasnya.

Durasi tidur yang dibutuhkan setiap hari

Santi menyebutkan bahwa pada umumnya orang dewasa membutuhkan 7-9 jam untuk tidur.

Namun, ia menambahkan bahwa itu bukanlah angka yang bisa tepat untuk semua orang.

“Sebagian orang butuh kurang dari 7 jam dan sebagian lagi butuh waktu lebih dari 9 jam. Kebutuhan ini dipengaruhi oleh genetik, umur, kesehatan, dan lainnya,” ucapnya.

Rata-rata kebutuhan durasi tidur setiap hari, jika menurut usia meliputi:

  • Bayi 0-3 bulan: 14-17 jam
  • Bayi 4-11 bulan: 12-15 jam
  • Bayi 1-2 tahun: 11-14 jam
  • Anak 3-5 tahun: 10-13 jam
  • Anak 6-13 tahun: 9-11 jam
  • Remaja 14-17 tahun: 8-10 jam
  • Dewasa 18-25 tahun: 7-9 jam
  • Dewasa 26-64 tahun 7-9 jam
  • Lansia lebih dari 65 tahun 7-8 jam

Santi mengatakan bahwa orang yang memiliki banyak aktivitas harian cenderung membutuhkan waktu tidur lebih banyak untuk memulihkan kondisi.

Menurutnya, orang-orang sering kali kesulitan mencukupi kebutuhan durasi tidur.

Tidur hampir selalu dikorbankan demi mengejar waktu untuk hal lain, seperti pekerjaan, sekolah, kuliah, kehidupan sosial, pekerjaan domestik, dan sebagainya.

“Jika hal itu terjadi, buatlah catatan apa saja yang dikerjakan sejak bangun tidur sampai waktu tidur tiba dan beberapa waktu yang dihabiskan untuk melakukan berbagai aktivitas tersebut,” sarannya.

 

Tag:  #kenali #tanda #tanda #kurang #tidur #yang #bisa #jadi #pemicu #stroke

KOMENTAR