



Berkaca dari Harry Pantja, Benarkah Kurang Tidur Picu Stroke? Ini Kata Dokter…
Aktor dan presenter Dunia Lain Harry Pantja mengungkapkan kurang tidur menjadi pemicu ia mengalami stroke.
Pada 2016, Harry Pantja pertama kali mengalami stroke dengan tingkat keparahan masih ringan, di mana masih jari saja yang mengalami dampaknya.
Sayangnya, serangan stroke kembali ia alami dengan lebih parah pada 2017, di mana sudah hampir bagian tangan kanan yang mengalami kelumpuhan.
Pada 2020, Harry Pantja kembali mengalami stroke berulang, dimana dia harus beraktivitas dengan menggunakan
Dengan riwayat kesehatan tersebut, pria usia 58 tahun ini merenung dan menganggap bahwa kurang tidur adalah pemicu awal stroke pertamanya.
“Dulu kan terbalik hidupnya, dari malam ke siang, siang ke malam,” ujar Harry tentang rutinitasnya saat masih aktif syuting.
“Tidur kurang, enggak istirahat. Makan sih aman,” imbuhnya.
Lalu, benarkah tidur bisa memicu stroke? Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia Dr. Santi akan menjelaskannya.
Hubungan tidur dengan stroke
Santi menguatkan pernyataan Harry Panjta bahwa tidur memang bisa menjadi pemicu terjadinya stroke.
Kepada Kompas.com pada Kamis (5/6/2025), Santi mengatakan bahwa kurang tidur adalah faktor risiko stroke.
“Kebiasaan kurang tidur secara bermakna akan meningkatkan risiko terkena stroke, baik stroke akibat sumbatan atau pendarahan,” kata Santi.
Ia menjelaskan bahwa kurang tidur dalam jangka waktu lama (kronis) akan menimbulkan hutang tidur yang akan meningkatkan risiko terkena hipertensi.
“Seperti kita ketahui, hipertensi merupakan faktor risiko utama dalam terjadinya stroke,” ucapnya.
Hormon stres atau kortisol akan meningkat ketika kita kurang tidur. Akibatnya, itu akan menyebabkan reaksi peradangan dalam pembuluh darah dan berujung pada kerusakan pembuluh darah.
“Kurang tidur erat kaitannya dengan gangguan sensitivitas insulin, yang dapat berkembang menjadi diabetes. Diabetes merupakan faktor risiko terjadinya stroke,” tambahnya.
Selain itu, ia mengatakan, kurang tidur juga kerap menimbulkan gangguan pada irama jantung (aritmia).
“Gangguan ini berpotensi menimbulkan kejadian pembentukan gumpalan darah yang akhirnya bisa menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Dan jika terjadi penyumbatan pembuluh darah di area otak, makan terjadilah stroke,” terangnya.
Dengan demikian, Santi menguatkan pernyataan Harry Pantja bahwa terus-menerus kurang tidur bisa memicu stroke di masa depan.
Belajar dari hal itu, penting untuk kita semua memerhatikan durasi tidur harian.
Durasi tidur yang dibutuhkan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) merekomendasikan durasi tidur ideal untuk setiap orang sesuai usia.
Berikut waktu tidur yang sesuai dengan jenjang usia yang direkomendasikan oleh Kemenkes RI:
- Bayi sekitar 16 jam per hari
- Remaja sekitar 9 jam per hari
- Dewasa sekitar 7-8 jam per hari
Santi mengatakan bahwa orang dewasa yang tidur kurang dari 5 jam setiap malam mengalami peningkatan risiko stroke 3 kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidur selama 7 jam.
“Tentunya tidak berarti semakin banyak tidur akan semakin baik, karena ternyata orang tidur selama 9 jam atau lebih per malam mengalami peningkatan risiko stroke 2 kali lipat dibandingkan dengan yang tidur selama 7 jam,” terangnya.
Tag: #berkaca #dari #harry #pantja #benarkah #kurang #tidur #picu #stroke #kata #dokter