Deteksi Kanker Serviks Lebih Nyaman dengan Pengambilan Sampel Mandiri
Ujicoba penapisan kanker serviks dengan pengambilan sampel mandiri di Jakarta.(Dok BD Indonesia)
09:48
23 April 2025

Deteksi Kanker Serviks Lebih Nyaman dengan Pengambilan Sampel Mandiri

Sebagian besar perempuan di Indonesia menyadari pentingnya pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kanker serviks. Namun, rasa tidak nyaman dan malu kerap menjadi hambatan utama yang membuat mereka enggan menjalani pemeriksaan.

Kini, metode pemeriksaan DNA HPV mandiri (self-sampling) hadir sebagai alternatif yang lebih nyaman dan tidak invasif dibandingkan metode konvensional seperti IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) atau Pap smear.

Pada dua metode tersebut, pengambilan sampel dilakukan oleh petugas kesehatan dari bagian dalam organ kewanitaan, tepatnya di leher rahim.

“Kalau biasanya sampel diambilkan oleh petugas kesehatan, sekarang bisa dilakukan sendiri di rumah setelah mendapat edukasi tentang cara melakukannya. Nantinya, kit pemeriksaan dikirim kembali ke puskesmas,” jelas dr. Triya Novita Dinihari, Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker, Direktorat Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, dalam acara di Jakarta (22/4).

Meningkatkan cakupan skrining

Metode self-sampling ini diharapkan dapat meningkatkan cakupan skrining dan deteksi dini kanker serviks di masyarakat. Sebab, meskipun sudah tersedia berbagai metode deteksi, tingkat skrining di Indonesia masih sangat rendah.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2021, cakupan penapisan kanker serviks baru mencapai 1,77 persen, dengan metode IVA dan Pap smear sebagai pilihan utama.

“Semua metode harus kita lakukan agar semakin banyak perempuan bisa mengakses pemeriksaan. Aksesibilitas adalah tantangan utama di Indonesia. Pada dasarnya, tesnya tetap sama, hanya saja cara pengambilan sampelnya yang berbeda,” kata dr. Triya.

Saat ini, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan RS Kanker Dharmais dan perusahaan teknologi medis BD Indonesia sedang melakukan uji coba metode ini di beberapa kota, dengan target 8.000 perempuan. Metode ini didukung oleh teknologi extended genotyping dan sistem otomasi pra-analitik penuh.

“Hasil uji coba ini akan kami analisis untuk mengetahui tantangannya sebelum diterapkan secara nasional. Evaluasi mencakup akurasi, biaya, serta tantangan pelaksanaan di lapangan,” tambahnya.

Rekomendasi WHO 

Pemeriksaan DNA HPV merupakan salah satu metode skrining kanker serviks yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dibandingkan IVA maupun Pap smear, metode ini dapat mendeteksi risiko kanker serviks lebih awal dan lebih akurat.

Menurut dr. Widyorini Lestari Hanafi, Sp.OG(K)-Onk dari RS Kanker Dharmais, deteksi dini kanker serviks sangat dianjurkan untuk setiap perempuan yang pernah atau sudah aktif secara seksual, terutama mulai usia 18 tahun.

“Kalaupun hasil DNA HPV positif, itu belum tentu berarti kanker. Bisa jadi hanya infeksi HPV yang bisa ditangani. Kalau pun ternyata kanker, biasanya masih stadium awal, dan peluang sembuhnya lebih besar. Sementara itu, hasil negatif pada pemeriksaan DNA HPV hanya perlu diulang setiap 10 tahun,” jelasnya.

Metode pemeriksaan mandiri DNA HPV ini sudah diadopsi oleh sejumlah negara seperti Belanda, Denmark, dan Swedia.

“Melalui peningkatan akses terhadap skrining inovatif dan edukasi tentang pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV-DNA, kami berharap lebih banyak perempuan bisa mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatannya,” ujar Hary Nurcahyo, Country Business Leader, BD Indonesia.

 

Tag:  #deteksi #kanker #serviks #lebih #nyaman #dengan #pengambilan #sampel #mandiri

KOMENTAR