Penurunan Kasus Hipertensi Butuh Kolaborasi Banyak Pihak
15:15
21 Februari 2025

Penurunan Kasus Hipertensi Butuh Kolaborasi Banyak Pihak

– Pengendalian kasus hipertensi di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, tenaga kesehatan, komunitas, dan organisasi lainnya sangat penting untuk menurunkan angka kasusnya.

Apalagi hipertensi terus meningkat di berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak, remaja, usia produktif, dan ibu hamil. Ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr Eka Harmeiwaty, Sp.N, menekankan pentingnya pengendalian tekanan darah untuk mencegah komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan kepikunan.

“Menurut RISKESDAS 2018, hanya 1 dari 3 pasien hipertensi yang mencapai target pengobatan. Untuk mencapai target pengendalian 50 persen, sekitar 24,3 juta penderita hipertensi harus mendapatkan terapi yang efektif," ujarnya kepada wartawan, Jumat (21/2)

WHO memperkirakan pada 2023 sebanyak 1,28 miliar penduduk dunia berusia 30-79 tahun mengalami hipertensi. Dua pertiga di antaranya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sayangnya, hanya 21 persen yang mencapai target pengobatan.

Faktor Risiko dan Tantangan Pengendalian

Adapun faktor risiko utama hipertensi, kata dr. Eka meliputi merokok, obesitas, konsumsi garam berlebih, serta faktor genetik. Butuh pengendalian dari segi aturan terhadap faktor risiko di atas.

“Sayangnya, hingga kini belum ada kebijakan eksplisit terkait larangan merokok. Padahal polusi udara, lingkungan tidak sehat, dan kebisingan juga berkontribusi terhadap hipertensi,” ungkapnya.

Selain itu, tingginya angka hipertensi yang tidak terdiagnosis, rendahnya kepatuhan pengobatan, serta kurangnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan tersendiri.

“Akses ke fasilitas kesehatan yang terbatas, faktor sosial-ekonomi, dan kurangnya promosi hidup sehat semakin meningkatkan beban negara dalam menangani komplikasi akibat hipertensi,” ucapnya.

Pendekatan Genomik dalam Pengendalian Hipertensi

Eka menerangkan, hipertensi juga dapat ditelusuri melalui pendekatan genomik. Sebab penelitian menunjukkan bahwa 60,1 persen kasus hipertensi terkait dengan faktor genetik.

Tes genomik kini berkembang sebagai inovasi untuk mendeteksi dini risiko hipertensi dan memungkinkan pengobatan yang lebih personal.

Pentingnya Skrining dan Edukasi

Oleh karena itu, Eka menilai bahwa skrining hipertensi perlu digalakkan guna menemukan kasus lebih dini. Program ini membutuhkan keterlibatan komunitas dan upaya promotif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

“Jaminan Kesehatan Nasional dapat menjadi solusi, tetapi harus diperkuat dengan layanan primer yang berkualitas, termasuk pedoman hipertensi berbasis bukti terkini, pelatihan tenaga kesehatan, serta distribusi obat yang memadai,” jelasnya.

Pencegahan Primordial dan Rules of Halves

Prof. Dr. dr. Teguh A.S Ranakusuma, Sp.N(K), Adboard InaSH, menekankan pentingnya pencegahan primordial, yaitu menghindari faktor risiko sejak dini.

“Hipertensi sering kali tidak memiliki gejala spesifik dan baru diketahui setelah muncul komplikasi serius. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat terhadap hipertensi perlu ditingkatkan,” katanya.

Dia mengingatkan tentang konsep Rules of Halves, yaitu hanya separuh penderita hipertensi yang menyadari kondisi mereka, dan dari jumlah tersebut, sebagian besar tidak mendapatkan pengobatan atau tidak mencapai target kontrol tekanan darah.

“Dengan memahami konsep Rules of Halves dengan baik maka tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan prioritas terhadap upaya skrining tekanan darah rutin dan edukasi kepada pasien tentang identifikasi dan pengelolaan hipertensi yang efektif,” tambahnya.

Hipertensi pada Anak dan Remaja

Sementara itu, Sekjen InaSH, dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, menyoroti peningkatan kasus hipertensi pada anak dan remaja akibat obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi makanan tinggi garam, serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.

“Jika hipertensi terjadi sejak muda, risiko penyakit kardiovaskular saat dewasa akan meningkat,” jelasnya.

Ia juga menyoroti kurangnya kesadaran di kalangan anak muda terkait hipertensi karena menganggap penyakit itu hanya akan menyerang orang dewasa.

“Hipertensi pada usia muda perlu menjadi perhatian khusus, karena seperti diketahui, hipertensi tidak bisa disembuhkan total, tetapi hany dapat dikontrol. Jika sudah menderita hipertensi di usia muda, maka akan terjadi penurunan kualitas hidup saat dewasa hingga lansia. Namun, jika memang sudah terjadi, maka kejadiannya bisa diatasi dengan tetap menerapkan gaya hidup sehat, mengonsumsi obat-obatansecara patuh, dan melakukan pemantauan rutin," tambahnya.

Hipertensi Peripartum dan Upaya Pengendalian

Terakhir, Ketua Panitia The 19th Scientific Meeting InaSH 2025, dr. Ni Made Hustrini, Sp.P.D, Subsp.G.H.(K), menyoroti hipertensi dalam kehamilan yang dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti preeklamsia dan eklamsia. WHO mencatat bahwa 20 persen kematian ibu disebabkan oleh kondisi ini.

“Preeklamsia telah diketahui memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan ibu ataupun bayi di masa depan kehidupannya. Sang ibu dapat menderita penyakit kardiovaskular, hipertensi kronik, penyakit jantung koroner, gagal jantung, demensia vaskular, kematian akibat kardiovaskular, stroke, penyakit ginjal kronik hingga gagal ginjal, diabetes, sindrom metabolik dan hipotiroidisme," tuturnya.

"Adapun pada bayi dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular, stroke, hipertensi kronik, obesitas dan berkurangnya fungsi kognitif. Hal ini mencerminkan bahwa upaya penanggulangan hipertensi peripartum merupakan pengelolaan yang kompleks dan melibatkan berbagai disiplin ilmu," sambung dokter yang akrab disapa dr. Kum itu.

Untuk itu, ia menyebut bahwa pemahaman terhadap kompleksitas kelainan ini, keseragaman dalam diagnosis dan juga tatalaksana hipertensi dalam kehamilan, mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama hingga lanjut, sangat diperlukan untuk optimalisasi luaran akibat hipertensi dalam kehamilan.

“InaSH selalu berupaya untuk mengajak masyarakat dan stakeholders lainnya untuk berkolaborasi menyelesaikan permasalahan hipertensi di segala usia, serta ibu hamil. Kami berharap, ke depannya angka hipertensi akan semakin menurun sehingga potensi terjadinya komplikasi juga akan berkurang, serta terjadi perbaikan kualitas hidup pada masyarakat Indonesia,” tutupnya.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #penurunan #kasus #hipertensi #butuh #kolaborasi #banyak #pihak

KOMENTAR