Ancaman Krisis Kesehatan Jika Bantuan Obat HIV Dihentikan
Kampanye penanggulangan HIV/AIDS yang gencar dilakukan KPA Cianjur, Jawa Barat dalam menekan angka penyebaran penyakit ini yang jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu.(KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)
13:06
19 Februari 2025

Ancaman Krisis Kesehatan Jika Bantuan Obat HIV Dihentikan

Sudah satu generasi berlalu sejak dunia menyaksikan puncak kematian akibat AIDS di tahun 1990an, yang mendorong masyarakat untuk menuntut tindakan dari pemerintah.

Amerika Serikat akhirnya merespons dengan meluncurkan President’s Emergency Plan for AIDS Relief (PEPFAR) pada tahun 2003, yang dianggap sebagai salah satu program bantuan luar negeri paling sukses dalam sejarah.

Kini pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menghentikan bantuan luar negeri dan menuduhnya sia-sia, dan akhirnya menyebabkan kekacauan dalam sistem yang sudah berjalan selama lebih dari 20 tahun dan telah membuat jutaan orang tetap hidup.

Meski akhirnya diputuskan bahwa akan ada pengecualian sementara terhadap PEPFAR, hal itu tetap menimbulkan kebingungan. Di lain pihak waktu terus berjalan dan ada begitu banyak pengidap HIV yang mendadak tidak lagi memperoleh obat untuk mencegah AIDS.

“Dalam lima tahun ke depan, kita bisa mengalami 6,3 juta kematian terkait AIDS,” kata UNAIDS (badan PBB yang menangani HIV/AIDS) kepada The Associated Press.

Kondisi tersebut adalah sebuah guncangan di tengah meningkatnya rasa kepuasan terhadap pencapaian bidang HIV, menurunnya penggunaan kondom di kalangan generasi muda, dan munculnya obat-obatan yang dipercaya dapat mengakhiri AIDS selamanya.

UNAIDS telah mulai secara terbuka melacak infeksi HIV baru di negara-negara yang didukung PEPFAR, membandingkan jumlah infeksi baru dengan jumlah yang diperkirakan jika dukungan AS terus berlanjut.

Ketika kekebalan tubuh kolaps

HIV secara bertahap melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuatnya rentan terhadap penyakit, termasuk penyakit yang jarang terlihat pada orang sehat.

Fenomena tersebut banyak ditemukan di tahun 1980an yang akhirnya menjadi petunjuk bagi para ahli kesehatan mengenai apa yang kemudian dikenal sebagai epidemi AIDS.

Saat ini jutaan orang memakai obat yang disebut antiretroviral (ARV) yang mencegah penyebaran HIV di dalam tubuh. Di banyak negara, termasuk Indonesia, obat tersebut diberikan gratis oleh pemerintah sebagai bagian dari bantuan global.

Dihentikannya obat ARV akan membuat virus mulai berkembang biak lagi di dalam tubuh, dan dapat menjadi resistan terhadap obat. HIV dapat kembali ke tingkat yang terdeteksi dalam darah hanya dalam beberapa minggu, sehingga membahayakan pasangan seksual.

Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap HIV dapat terhindar dari infeksi hanya jika ibu tersebut menerima pengobatan ARV yang tepat selama kehamilan atau bayi tersebut diobati segera setelah lahir.

Jika obat tidak diminum, orang akan terserang AIDS, sebuah tahap akhir dari infeksi HIV.

Bahaya kuman sehari-hari

Menurut para ahli, tanpa pengobatan HIV, orang yang terserang AIDS hanya bisa bertahan tiga tahun.

Pada awalnya mungkin tidak ada gejala yang terlihat meski virus itu sudah masuk dalam tubuh. Sehingga seseorang dapat dengan mudah menularkan HIV kepada orang lain, dan sistem kekebalan tubuh menjadi rentan terhadap apa yang disebut penyakit oportunistik.

Menurut Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) penyakit oportunistik antara lain infeksi jamur, pneumonia, salmonella, dan tuberkulosis (TB). Bagi negara dengan angka TB yang tinggi seperti Indonesia, hal ini sangat membahayakan.

Jika tidak segera mendapat ARV, kerusakan dalam tubuh terus berlanjut. Sistem kekebalan tubuh semakin tidak mampu melawan penyakit. Setiap tindakan harus dilakukan hati-hati agar tidak terpapar kuman, mulai dari makan, hingga bepergian.

Para dokter dan aktivitas HIV/AIDS selama ini terus mengingatkan pengidap HIV untuk rutin mengonsumsi obat setiap hari pada waktu yang sama. Kini kemampuan untuk mengikuti aturan penting tersebut telah goyah.

Pembekuan bantuan luar negeri yang dilakukan pemerintahan Trump selama masa periode peninjauan 90 hari, akan memberikan dampak yang waktu pemulihannya tidak sebentar, sebuah waktu yang tidak dimiliki oleh pengidap HIV/AIDS.

Tag:  #ancaman #krisis #kesehatan #jika #bantuan #obat #dihentikan

KOMENTAR