Stunting Turut Dipengaruhi Kesehatan Mental Ibu, Bapanas Ingatkan Pentingnya MPASI 
PENGENTASAN STUNTING - Country Lead Studi AASH di Indonesia, Dr. Umi Fahmida pada diseminasi temuan awal studi Action Against Stunting Hub (AASH) di Jakarta. Temuan awal studi AASH Indonesia menunjukkan bahwa stunting bukan hanya masalah gizi, tetapi juga terkait dengan faktor epigenetik, kesehatan saluran cerna, infeksi, mikrobiota, serta kesehatan mental ibu. (HO/SEAMEO) 
17:30
14 Februari 2025

Stunting Turut Dipengaruhi Kesehatan Mental Ibu, Bapanas Ingatkan Pentingnya MPASI 

SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition (RECFON)-Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia (PKGR UI) menyelenggarakan diseminasi temuan awal studi Action Against Stunting Hub (AASH). 

Temuan awal studi AASH Indonesia menunjukkan bahwa stunting bukan hanya masalah gizi, tetapi juga terkait dengan faktor epigenetik, kesehatan saluran cerna, infeksi, mikrobiota, serta kesehatan mental ibu. 

“Kami memang mendedikasikan data-data yang kaya untuk dimanfaatkan, tidak hanya untuk ilmu pengetahuan tetapi juga sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan,” kata Country Lead Studi AASH di Indonesia, Dr. Umi Fahmida melalui keterangan tertulis, Jumat (14/2/2025).

AASH merupakan studi interdisiplin yang bertujuan menyusun tipologi stunting melalui pendekatan anak secara utuh atau "whole child approach". 

Penelitian itu dilaksanakan pada 2019-2024 di tiga negara yakni India, Indonesia dan Senegal. Untuk Indonesia, penelitian tersebut diselenggarakan di Lombok Timur. 

Ketua Tim Peneliti Sistem Pangan ini mengatakan dari temuan awal lingkungan pangan diketahui responden mengalami kesulitan akut (>70 persen) dalam komponen informasi dan promosi untuk semua jenis makanan padat gizi yang diteliti (sayuran hijau daun, ayam, ikan).

Berdasarkan kandungan gizi, perlu keragaman sumber protein untuk pemenuhan gizi yang baik, khususnya pada zat gizi yang bermasalah. 

Selain itu, juga perlunya kombinasi protein hewani, contohnya makanan yang memadukan hati, telur dan tahu atau tempe untuk dapat memberikan asupan zat gizi yang lebih lengkap. 

“Namun aspek ‘desirability’ pangan padat gizi ini belum optimal dan memerlukan promosi.  Promosi pangan sehat selama ini dilakukan tenaga kesehatan, namun dari analisa Agrifood kami menemukan ternyata pedagang sayur secara spontan mengatakan bisa dititipkan untuk promosi pangan sehat,” kata Umi. 

Pengolahan pangan padat gizi yang kaya dengan zat besi, kalsium, seng dan folat (disingkat: bekal solat) juga diperlukan, contohnya dibuat abon hati ayam, biskuit ikan teri dan lainnya,” jelas Umi. 

Terkait keamanan pangan, kontaminasi mikroba pada rantai pangan ditemukan masih tinggi, khususnya pada pedagang eceran. 

Studi AASH yang didanai oleh United Kingdom Research and Innovation-Global Challenges Research Fund (UKRI-GCRF) bertujuan untuk mempercepat upaya penurunan stunting melalui pendekatan anak secara utuh (Whole Child Approach). 

AASH Indonesia dikoordinasikan oleh SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition (RECFON) – Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia (PKGR UI).

Studi AASH mengadopsi pendekatan holistik yang fokus pada pendekatan anak secara menyeluruh. 

Direktur Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Yusra Egayanti, menegaskan pentingnya aspek ketersediaan, keterjangkauan, dan keamanan pangan dalam meningkatkan pola konsumsi masyarakat.  

Hal tersebut menjadi kunci dalam menjamin kecukupan gizi, terutama dalam upaya pencegahan stunting

Dalam dua tahun terakhir, data menunjukkan bahwa ketersediaan sumber protein hewani masih belum mencukupi kebutuhan nasional. 

Sesuai dengan rekomendasi WHO, salah satu faktor penyebab stunting adalah kualitas pangan yang kurang memadai, selain faktor lain seperti pola asuh dan pemberian MPASI

Oleh karena itu, intervensi terhadap pola konsumsi menjadi sangat penting guna meningkatkan kualitas pangan bagi masyarakat.

"MPASI merupakan intervensi penting dalam seribu hari pertama kehidupan. Selain menjaga stabilitas ketersediaan pangan, edukasi dan promosi konsumsi makanan yang seimbang juga diperlukan," ujar Yusra Egayanti.

Kualitas konsumsi pangan harus terus dipantau, mengingat skor konsumsi pangan di beberapa daerah masih perlu ditingkatkan. Khususnya dalam hal konsumsi protein hewani yang masih rendah.

Diseminasi hasil temuan awal tersebut dibuka oleh Direktur SEAMEO RECFON Dr.dr.Herqutanto. MPH., MARS., Sp.KKLP, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.S, dan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Woro Srihastuti Sulistyaningrum, ST., MIDS.

Editor: Malvyandie Haryadi

Tag:  #stunting #turut #dipengaruhi #kesehatan #mental #bapanas #ingatkan #pentingnya #mpasi

KOMENTAR