Rekomendasi WHO untuk Alternatif Garam yang Lebih Sehat
Pada akhir Januari yang lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pedoman baru yang merekomendasikan masyarakat mengganti garam biasa yang digunakan di rumah dengan garam pengganti yang mengandung lebih sedikit natrium.
Saran untuk membatasi konsumsi garam (natrium klorida) bukanlah hal baru. Hal ini telah menjadi bagian dari pedoman kesehatan internasional selama beberapa dekade. Berbagai penelitian dengan jelas menunjukkan natrium dalam garam dapat membahayakan kesehatan jika dikonsumsi terlalu banyak.
Kelebihan natrium akan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi atau hipertensi yang diidap oleh 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia. Tekanan darah tinggi pada gilirannya meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan kondisi lainnya.
WHO memperkirakan, setiap tahunnya ada 1,9 juta kematian yang disebabkan karena kelebihan konsumsi garam. Organisasi ini merekomendasikan konsumsi garam tak lebih dari 5 gram perhari atau sekitar satu sendok teh.
Pada tahun 2013, negara-negara anggota WHO berkomitmen untuk mengurangi asupan garam penduduknya sampai 30 persen di tahun 2025. Namun, membatasi konsumsi garam bukan hal yang mudah.
Tantangan terbesar dalam mengurangi konsumsi garam adalah harus menerima rasa yang sedikit hambar. Selain itu juga dibutuhkan perubahan cara memasak atau menyiapkan makanan. Hal ini sulit untuk dilakukan untuk masakan rumahan atau pun industri makanan.
Garam yang diperkaya kalium
Saat ini ada alternatif pengganti garam yang lebih rendah sodium, yaitu garam yang diperkaya kalium atau potasium. Ini adalah garam yang sebagian natrium kloridanya telah diganti dengan kalium klorida.
Kalium adalah mineral yang memainkan peran penting dalam semua fungsi tubuh. Kandungan potasium yang tinggi pada buah dan sayuran segar adalah salah satu alasan utama mengapa buah dan sayuran itu baik untuk tubuh.
Kebanyakan orang mengonsumsi natrium melebihi daripada yang seharusnya, dan banyak yang kekurangan kalium. WHO merekomendasikan potasium harian sekitar 3,5 gram, tetapi mayoritas orang di dunia mengonsumsi kurang dari itu.
Ilustrasi bahaya konsumsi garam berlebihan
Garam yang diperkaya kalium dapat mengurangi jumlah natrium yang kita konsumsi, dan meningkatkan jumlah kalium dalam makanan kita. Keduanya membantu menurunkan tekanan darah.
Mengganti garam tinggi natrium dengan garam yang diperkaya kalium terbukti dapat menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian prematur.
Dibandingkan dengan diet rendah garam, kelebihan utama dari beralih ke garam yang diperkaya kalium adalah digunakan sebagai pengganti garam biasa. Kelihatannya sama, berfungsi untuk bumbu dan penyedap, dan kebanyakan orang tidak melihat ada perbedaan dengan garam biasa.
Dalam penelitian, 90 persen orang yang memilih garam yang diperkaya kalium masih menggunakan produk tersebut setelah lima tahun.
Jika rekomendasi terbaru WHO ini benar-benar dilakukan, maka berbagai penyakit tidak menular bisa dicegah hanya dengan perubahan sederhana dalam pola makan.
Walau begitu, konsumsi garam berkalium ini tidak bisa diterapkan pada semua orang. Misalnya saja pada penderita penyakit ginjal kronis.
Tantangan utama dari rekomendasi WHO ini adalah menjadikan garam yang kaya kalium lebih terjangkau dan mudah diakses.
Garam berkalium memiliki biaya produksi lebih mahal dibandingkan natrium klorida, dan saat ini garam tersebut sebagian besar dijual sebagai produk kesehatan khusus dengan harga premium. Pengganti garam ini sering disebut sebagai garam rendah sodium, garam potasium, garam mineral, atau garam yang sodiumnya dikurangi.
Tag: #rekomendasi #untuk #alternatif #garam #yang #lebih #sehat