Mengungkap Realitas  Obsessive Compulsive Disorder: Apa yang Harus Diketahui dan Bagaimana Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental
Ilustrasi seseorang yang terkena Obsessive Compulsive Disorder (freepik/rawpixel.com)
21:56
3 Februari 2025

Mengungkap Realitas  Obsessive Compulsive Disorder: Apa yang Harus Diketahui dan Bagaimana Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental

JawaPos.Com- Obsessive Compulsive Disorder atau OCD adalah bentuk masalah kesehatan mental yang membuat pengidapnya mempunyai pemikiran dan dorongan yang tidak bisa terkontrol dan sifatnya berulang (obsesi) serta munculnya perilaku (paksaan) kompulsif. Contoh perilaku kompulsif misalnya adalah mencuci tangan hingga berulang kali setelah melakukan kontak fisik dengan sesuatu yang menurutnya tidak bersih.

Pemikiran dan perilaku pada OCD tidak dapat dikendalikan oleh pengidapnya. Meskipun pengidap mungkin tidak ingin melakukannya, mereka merasa tidak berdaya untuk menghentikannya. OCD dapat sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pengidap. Gangguan ini bisa dialami oleh semua usia, tetapi biasanya muncul antara usia 7 hingga 17 tahun. Penderita umumnya sadar bahwa pikiran dan tindakan mereka berlebihan, tetapi sulit untuk melawannya. OCD berbeda dari OCPD, yang merupakan gangguan kepribadian dengan gejala yang konsisten dan sering tidak disadari oleh penderitanya.

Ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya OCD, antara lain faktor genetik, perubahan pada senyawa kimia otak, dan pengaruh lingkungan. OCD ditandai dengan gangguan pikiran yang menimbulkan kecemasan dan perilaku yang dilakukan berulang kali guna menghilangkan kecemasan tersebut. Sebagai contoh, penderita OCD yang takut terkena penyakit cenderung akan mencuci tangan secara berlebihan atau terlalu sering membersihkan rumah.  

Meski penyebab pasti OCD belum diketahui, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalaminya, yakni:

-          Riwayat keluarga dapat mempengaruhi, di mana orang dengan anggota keluarga yang memiliki OCD bisa lebih mungkin merasakannya karena faktor genetika. 

-          Gangguan di otak juga berperan, seperti aktivitas di area otak tertentu atau rendahnya zat kimia serotonin.

-          Pengalaman hidup yang buruk, seperti diintimidasi dan dilecehkan, dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap OCD, terutama setelah peristiwa penting. 

-          Kepribadian juga berpengaruh; orang yang teliti dan memiliki standar tinggi cenderung lebih mungkin memiliki OCD.

-          Kondisi kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan atau depresi, juga bisa berkaitan. 

-          Lingkungan yang tidak mendukung selama masa kecil, seperti ejekan, bisa memicu keinginan untuk sempurna.

Seseorang dengan gangguan mental OCD menunjukkan gejala obsesi, kompulsi, atau keduanya, yang dapat sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka, seperti di sekolah, pekerjaan, dan hubungan sosial. Obsesi adalah pikiran berulang yang menyebabkan kecemasan, sedangkan kompulsi adalah perilaku berulang sebagai respons terhadap pikiran obsesif. Contoh kompulsi adalah mencuci tangan berulang kali, mengatur benda dengan cara tertentu, dan memeriksa hal-hal seperti pintu atau kompor berkali-kali.

Gejala OCD dapat muncul dan hilang, mereda, atau memburuk seiring waktu. Pengidap dapat mencoba menghindari pemicu gejala atau menggunakan alkohol dan obat penenang untuk meredakan gejala tersebut.

Sayangnya, OCD adalah masalah kesehatan mental yang tidak dapat disembuhkan. Namun, pengidap bisa mengurangi gejala yang mengganggu aktivitas melalui beberapa perawatan. Pengobatan OCD mencakup konsumsi obat-obatan, psikoterapi, atau kombinasi keduanya. Meskipun banyak pengidap OCD membaik dengan penanganan, beberapa masih mengalami gejala. Kamu bisa pelajari lebih lanjut pada artikel di bawah ini sebagai upaya sederhana untuk mengobati OCD.

Seringkali, orang dengan OCD juga memiliki masalah kesehatan mental lain, seperti gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan dismorfik tubuh. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya gangguan lain saat memilih perawatan.

Dilansir dari laman halodoc.com, berikut beberapa pilihan perawatan untuk mengobati OCD:

  1. Psikoterapi

Psikoterapi dengan terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu mengubah pola pikir orang dengan OCD. Dokter akan menempatkan pengidap dalam situasi yang dirancang untuk menciptakan atau memicu kompulsi. Sementara itu, kamu akan belajar untuk mengurangi dan kemudian menghentikan pikiran atau tindakan OCD.

  1. Relaksasi

Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana, seperti meditasi, yoga, dan pijat. Cara ini dapat membantu pengidap mengatasi gejala OCD yang disertai stres.

  1. Pengobatan

Dokter juga dapat meresepkan obat psikiatri yang disebut inhibitor reuptake serotonin selektif. Obat ini dapat membantu pengidap mengendalikan obsesi dan kompulsi. Namun, diperlukan waktu dua hingga empat bulan untuk obat ini mulai bekerja. Obat psikiatri yang umum diresepkan yaitu, citalopram, clomipramine, escitalopram, fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, dan sertraline. Jika gejala masih ada, dokter mungkin akan meresepkan obat antipsikotik seperti aripiprazole atau risperidone.

  1. Neuromodulasi

Dalam kasus yang jarang terjadi, ketika terapi dan pengobatan tidak menunjukkan perbaikan, dokter mungkin akan mendiskusikan perawatan neuromodulasi pada pengidap. Pengobatan ini dilakukan dengan perangkat yang dapat mengubah aktivitas listrik di area tertentu di otak.

  1. Stimulasi magnetik transkranial

Pengobatan ini dilakukan dengan perangkat non-invasif yang dipegang di atas kepala. Alat tersebut bekerja untuk menginduksi medan magnet dan menargetkan bagian otak tertentu yang mengatur gejala OCD.

Jika kamu sudah merasakan gejala OCD yang semakin mengganggu, segera lakukan penanganan di rumah sakit terdekat atau Psikiater. ***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #mengungkap #realitasobsessive #compulsive #disorder #yang #harus #diketahui #bagaimana #dampaknya #terhadap #kesehatan #mental

KOMENTAR