Pakar Harap Penelitian Produk Tembakau Alternatif Didukung Pemerintah
Indonesia dihadapkan pada pertumbuhan perokok aktif yang semakin meningkat, terutama pada usia anak remaja.
Dokter Ahli Fisiologi Universitas Padjajaran (Unpad) Ronny Lesmana mengungkapkan bahwa penelitian mengenai metode Pengurangan Risiko Tembakau atau Tobacco Harm Reduction (THR) bisa sebagai alternatif berhenti merokok dan menjadi salah satu strategi dalam dasar penyusunan aturan.
Ronny mengatakan bahwa hasil riset akan menjadi data awal untuk merumuskan peraturan berbasis data.
"Data dari penelitian menjadi komparasi yang baik sebagai dasar bagaimana memutuskan suatu regulasi. Regulasi ini mau dibuat seperti apa?" kata Ronny dalam siaran resmi di Jakarta pada Sabtu (1/2/2025).
Menurut Ronny, peran pemerintah sangat penting untuk mendorong penurunan perokok aktif di Indonesia, terutama di kalangan anak remaja, dengan mendukung penelitian tersebut.
"Pemerintah harus investasi untuk penelitian, termasuk metode alternatif ini. Sebab, untuk memahami suatu ilmu itu mahal. Topik ini (THR) tidak pernah diangkat,” ucapnya.
Apalagi mengingat angka kematian akibat rokok di Indonesia saat ini mencapai 300.000 nyawa per tahun.
Menurut data Global Action to End Smoking, Indonesia menempati posisi ketiga di dunia dan kedua di kawasan Asia Tenggara versi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pengguna rokok terbanyak pada 2022.
Diperkirakan 79,3 juta orang (75,9 juta laki-laki dan 3,5 juta perempuan) berusia 15 tahun ke atas merupakan pengguna produk tembakau aktif di Indonesia pada 2022.
Alternatif untuk berhenti merokok
Selama ini, Ronny mengatakan bahwa penelitian didominasi sudut pandang tembakau sebagai komoditas.
Sementara dari sisi kesehatan, studi untuk memanfaatkan produk alternatif tembakau yang rendah risiko belum dilakukan.
Melihat situasi ini, akademisi pun melakukan studi-studi alternatif, termasuk lembaga penelitian Unpad.
Namun menurutnya, pemerintah masih belum melihat THR sebagai peluang yang bisa dimaksimalkan untuk membuat perokok aktif beralih hingga akhirnya berhenti merokok.
Merujuk pada riset "Lives Saved Report" yang terbit pada November 2024, Ronny mengungkapkan bahwa penerapan THR dalam kebijakan publik diproyeksikan bisa menyelamatkan 4,6 juta nyawa di Indonesia hingga 2060.
"Metode THR hadir sebagai pendekatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko kesehatan akibat rokok dengan memberikan opsi alternatif yang lebih rendah risiko bagi pengguna," terangnya.
Di negara-negara maju seperti Swedia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang, Ronny mengatakan bahwa THR menjadi bagian vital bagi pemerintah di sana dalam mendesain kampanye berhenti merokok.
Di Swedia, tingkat merokok menurun dalam 15 tahun terakhir, dari 15 persen menjadi 5,3 persen.
“Pemerintah kita terlalu ketat dalam memandang produk tembakau alternatif ini, hanya jalan dengan paradigma tidak boleh merokok. Namun, fakta di lapangan, selama rokok masih diizinkan, perlu opsi menurunkan risiko dalam bentuk lain," ujar Ronny.
"Secara rasional, ini (metode THR) bukan sesuatu yang bisa ditunda, tapi dipikirkan bersama untuk ke depannya," lanjutnya.
Ia mengatakan, usaha tersebut adalah bagian yang dilakukan untuk menurunkan risiko dan dampak buruk penggunaan tembakau.
“Bukti hasil riset bisa memberi sedikit argumen untuk kami para peneliti dalam penentuan regulasi yang mungkin muncul. (Pemerintah) perlu melihat data dan hasil yang fair terhadap implementasinya.
"Kita (pemerintah dan peneliti) perlu bukti yang lebih kuat, duduk lebih banyak, diskusi lebih panjang, karena kebijakan harus membawa impact terbaik untuk masyarakat,” imbuhnya.
Ahli Kesehatan Dr. Wahyu Widowati, M.Si. turut menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung penelitian mengenai pemanfaatan produk alternatif dalam membantu menurunkan angka perokok aktif.
Menurutnya, dukungan pemerintah akan bersama-sama membangun data yang kuat dan bisa menjadi pertimbangan dalam pengambilan perumusan kebijakan.
“Perlu langkah sangat serius dari seluruh pihak. Tingkat kematian dan risiko penyakit akibat konsumsi rokok sangatlah tinggi," ujar Wahyu.
"Sehingga harus bekerja bersama-sama, antarpeneliti, pemangku kebijakan, dan yang mengatur regulasi soal bagaimana mengatur produk turunan (tembakau) bisa diedukasikan kepada masyarakat Indonesia,” lanjut ungkapnya.
Selanjutnya, konsep THR yang masih asing perlu diperkenalkan kepada masyarakat dan digali lebih mendalam mengenai manfaatnya bagi perokok untuk beralih hingga akhirnya benar-benar berhenti merokok.
Tag: #pakar #harap #penelitian #produk #tembakau #alternatif #didukung #pemerintah