Prediksi Pelemahan Rupiah: Rp 16.300 per USD di Awal 2025
– Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diproyeksikan melemah hingga mencapai Rp 16.300 per USD dalam tiga bulan ke depan. Prediksi ini didasarkan pada penguatan USD yang dipicu oleh kebijakan ekonomi proteksionis presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, melalui program “Make America Great Again” (MAGA).
Menurut CEO Jooara, Gembong Suwito, kebijakan Trump yang fokus pada penguatan ekonomi domestik AS dan langkah proteksionis terkait perang dagang akan mendorong penguatan USD. “Ketika USD semakin kuat, mata uang negara lain, termasuk rupiah, akan melemah,” jelas Gembong kepada Jawa Pos, Sabtu (22/11).
Rupiah di Level Rp 15.911
Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai tukar rupiah pada 22 November 2024 berada di Rp 15.911 per USD. Angka ini lebih tinggi dibandingkan awal Oktober yang masih tercatat di Rp 15.204 per USD. Dengan potensi pelemahan hingga Rp 16.300, BI diperkirakan akan melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar, tergantung pada kekuatan cadangan devisa Indonesia.
“Jika rupiah menembus Rp 16.200 atau Rp 16.300, Bank Indonesia hampir pasti akan melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas,” tambah Gembong.
Faktor Eksternal dan Domestik
Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh dua faktor utama:
1.Eksternal: Penguatan USD sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global, termasuk ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
2.Domestik: Kebijakan Indonesia, seperti kenaikan PPN yang berpotensi meningkatkan inflasi dan menekan daya beli masyarakat.
Menurut Gembong, investor yang telah membeli USD di level Rp 15.100 dapat memanfaatkan keuntungan saat nilai tukar mencapai Rp 16.200 hingga Rp 16.500. “Investor yang sudah mengoleksi USD sejak Rp 15.100 akan mendapatkan keuntungan lebih dari 10 persen,” katanya.
Vice President Infovesta, Wawan Hendrayana, juga memprediksi pelemahan rupiah. Ia memperkirakan nilai tukar USD terhadap rupiah akan berada di kisaran Rp 15.500 hingga Rp 16.000 pada tahun depan. “Setelah kebijakan Trump berjalan dan efeknya terlihat, kisaran USD pada tahun depan berada di level tersebut,” ujarnya.
Wawan menyarankan investor untuk mempertimbangkan investasi dalam USD, baik dalam bentuk deposito atau obligasi negara seri Indonesia, yang memiliki keunggulan berupa bebas pajak.
Investasi dalam Ketidakpastian
Penguatan USD juga mendorong terjadinya capital outflow, karena investor global mencari aset yang lebih aman. Dengan kondisi global dan kebijakan dalam negeri yang penuh ketidakpastian, investasi dalam USD dinilai sebagai langkah yang tepat untuk melindungi nilai aset.
“Ketidakpastian global, baik akibat dinamika politik maupun kebijakan ekonomi, membuat investasi dalam USD menjadi opsi menarik,” pungkas Gembong.