Novita Widya Anggraini, Direktur Bank Mandiri: Empati Ibu Relevan dalam Kepemimpinan
Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri.(DOK. PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK)
19:40
23 Desember 2025

Novita Widya Anggraini, Direktur Bank Mandiri: Empati Ibu Relevan dalam Kepemimpinan

Kehadiran perempuan di jajaran C-level perusahaan besar di Indonesia terus menjadi sorotan.

Ini seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberagaman kepemimpinan dalam mendorong kinerja dan keberlanjutan bisnis.

Namun, di balik capaian profesional tersebut, terdapat dinamika personal yang kerap luput dari perhatian publik, terutama bagi perempuan yang juga menjalani peran sebagai ibu.

ilustrasi ucapan Hari Ibu 2025.Pexels.com ilustrasi ucapan Hari Ibu 2025.

Tantangan menyeimbangkan tanggung jawab strategis di tingkat pengambil keputusan tertinggi dengan peran keluarga menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan kepemimpinan perempuan.

Salah satu sosok yang merepresentasikan dinamika tersebut adalah Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Novita menegaskan bahwa kepemimpinan perempuan di level strategis tidak semata berbicara soal capaian jabatan, tetapi juga tentang cara mengelola peran secara sadar, realistis, dan berkelanjutan.

Hadir sepenuhnya dalam setiap peran

Bagi Novita, konsep keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga tidak dimaknai sebagai pembagian waktu yang kaku.

Ia memilih pendekatan yang lebih kontekstual, dengan menekankan kehadiran secara utuh dalam setiap peran yang dijalani.

“Saya melihat ini bukan sebagai work-life balance dalam arti tradisional, melainkan kemampuan untuk hadir secara utuh dalam setiap peran. Ketika berada di kantor, saya menjalankan peran profesional dengan penuh tanggung jawab. Ketika bersama keluarga, saya berusaha hadir secara nyata, meskipun tidak selalu dalam jumlah waktu yang sama,” ujar Novita kepada Kompas.com.

Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri.DOK. PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri.

Dalam praktiknya, terdapat fase-fase ketika satu peran harus lebih dominan dibandingkan yang lain.

Tugas dinas ke luar negeri atau tuntutan pekerjaan strategis kerap membuat kehadiran fisik di rumah menjadi terbatas. Pada kondisi tersebut, peran keluarga dapat diwakilkan oleh pasangan atau anggota keluarga lain.

Sebaliknya, ketika terdapat waktu luang seperti cuti atau long weekend, momen tersebut dimaksimalkan untuk keluarga.

“Ada momen di mana peran harus saling menggantikan. Yang terpenting adalah kesadaran dan niat untuk menjalani setiap peran dengan sebaik-baiknya,” kata dia.

Kualitas interaksi di tengah jadwal padat

Sebagai eksekutif di level strategis, Novita tidak memiliki rutinitas khusus yang bersifat baku dalam memprioritaskan waktu bersama anak.

Menurutnya, pendekatan yang terlalu ideal justru tidak selalu relevan dengan dinamika pekerjaan dan keluarga yang terus berubah.

“Tidak ada rutinitas yang istimewa. Prinsipnya sederhana dan realistis, menyesuaikan dengan dinamika pekerjaan dan keluarga. Yang saya jaga adalah kualitas interaksi, bukan sekadar kuantitas. Hal-hal kecil yang konsisten justru seringkali lebih bermakna,” tuturnya.

Pandangan ini menegaskan bahwa kehadiran orang tua tidak selalu diukur dari durasi waktu, melainkan dari kualitas relasi yang terbangun.

Interaksi singkat namun penuh perhatian dinilai mampu menjaga kedekatan emosional, meskipun di tengah keterbatasan waktu.

Menjaga kedekatan emosional saat tekanan pekerjaan meningkat

Tekanan pekerjaan di level direksi tidak jarang berada pada intensitas tinggi, terutama ketika perusahaan menghadapi dinamika bisnis, perubahan regulasi, atau tuntutan transformasi.

Ilustrasi Hari IbuUnsplash Ilustrasi Hari Ibu

Dalam situasi tersebut, kemampuan mengelola transisi peran menjadi kunci.

“Kuncinya adalah kemampuan beralih peran secara sadar. Saat bekerja, saya fokus sebagai eksekutif. Saat bersama anak, saya berusaha hadir sebagai ibu. Pergantian peran ini penting agar tidak membawa tekanan pekerjaan ke ruang keluarga, dan sebaliknya,” jelas Novita.

Menurutnya, kehadiran emosional jauh lebih penting dibandingkan sekadar keberadaan fisik.

Mendengarkan, memahami, dan memberi ruang bagi anak untuk mengekspresikan diri menjadi bentuk kehadiran yang substansial, meskipun waktu yang tersedia terbatas.

Hari Ibu sebagai ruang refleksi kepemimpinan

Dalam konteks Hari Ibu, Novita memaknainya sebagai momen refleksi atas perjalanan peran yang dijalani, baik sebagai profesional maupun sebagai orang tua.

Nilai-nilai yang dipelajari dalam peran sebagai ibu justru dinilainya relevan dengan praktik kepemimpinan.

“Hari Ibu adalah momen refleksi tentang perjalanan peran, sebagai profesional dan sebagai orang tua. Menjadi ibu mengajarkan empati, kesabaran, dan ketulusan, yang justru sangat relevan dalam kepemimpinan,” ujarnya.

Nilai-nilai tersebut memperkaya cara pandangnya dalam mengambil keputusan dan memimpin tim.

Ia menambahkan, pelajaran paling berharga dalam perjalanan tersebut adalah kesadaran bahwa tidak ada tuntutan untuk menjadi sempurna.

“Kita tidak harus menjadi sempurna. Kita hanya perlu menjadi versi terbaik dari diri kita, dengan nilai yang kita yakini,” ungkap Novita.

Ilustrasi Bank MandiriDOK. BANK MANDIRI Ilustrasi Bank Mandiri

Lingkungan kerja dan dukungan organisasi

Perjalanan Novita sebagai ibu bekerja di posisi strategis tidak terlepas dari peran lingkungan kerja yang mendukung. Ia menilai, dukungan tersebut tidak hanya datang dari keluarga, tetapi juga dari organisasi.

“Saya belajar untuk bersyukur atas lingkungan kerja yang sangat mendukung. Di Bank Mandiri, support system tidak hanya datang dari keluarga, tetapi juga dari organisasi melalui budaya kerja yang kondusif, kebijakan yang inklusif, dan pemahaman terhadap peran ganda perempuan,” ujarnya.

Dukungan dua arah inilah yang memungkinkan peran profesional dan keluarga dijalani secara berkelanjutan.

Dalam pandangannya, keberhasilan perempuan di posisi strategis tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan hasil dari ekosistem yang mendukung.

Mengelola rasa bersalah dan mendefinisikan sukses

Rasa bersalah kerap menjadi emosi yang menyertai perjalanan ibu bekerja, terutama ketika tidak selalu dapat mendampingi anak. Novita menilai perasaan tersebut sebagai sesuatu yang manusiawi.

“Rasa bersalah adalah hal yang manusiawi. Namun jangan biarkan perasaan tersebut menghentikan langkah kita. Setiap ibu memiliki cara dan perjalanan masing-masing dalam membesarkan anak,” ucapnya.

Ia menekankan pentingnya niat, kehadiran emosional, dan konsistensi nilai dalam menjalani peran sebagai orang tua.

Dalam konteks karier, Novita membagikan sejumlah prinsip yang menurutnya krusial bagi ibu bekerja yang ingin terus berkembang secara profesional.

“Pertama, bangun kompetensi dan kredibilitas. Kedua, jangan ragu meminta dan membangun support system. Ketiga, definisikan sendiri makna sukses, bukan berdasarkan standar orang lain,” tuturnya.

Ia juga menambahkan pentingnya menjaga komunikasi yang seimbang dan proporsional, baik di lingkungan kerja maupun di rumah.

Ilustrasi wanita karier.SHUTTERSTOCK/SEVENTYFOUR Ilustrasi wanita karier.

Peran support system dalam kepemimpinan perempuan

Menurut Novita, support system merupakan faktor kunci yang sering kali tidak terlihat, tetapi sangat menentukan keberlanjutan peran perempuan di posisi strategis.

“Tidak ada kepemimpinan yang berdiri sendiri. Dukungan baik dari keluarga, lingkungan, maupun organisasi, memberi ruang bagi perempuan untuk fokus, bertumbuh, dan mengambil tanggung jawab besar dengan tenang,” katanya.

Dalam konteks profesional, dukungan tersebut tercermin melalui budaya organisasi yang memahami dinamika peran ganda perempuan.

Kepercayaan, fleksibilitas yang bertanggung jawab, serta ruang dialog yang terbuka dinilai memungkinkan perempuan menjalankan perannya secara optimal tanpa terus-menerus berada dalam dilema.

Harapan bagi perempuan Indonesia di jabatan strategis

Ke depan, Novita berharap semakin banyak perempuan Indonesia yang berani mengambil peran strategis tanpa merasa harus memilih antara karier dan keluarga.

“Harapan saya, semakin banyak perempuan Indonesia yang berani mengambil peran strategis dengan cara yang autentik dan berkelanjutan, tanpa merasa harus memilih antara karier dan keluarga,” tutur Novita.

Ia meyakini bahwa kunci dari keberlanjutan peran tersebut bukan terletak pada kesempurnaan, melainkan pada kemampuan mengelola peran secara sadar dan realistis, serta dukungan dari lingkungan.

Ilustrasi Bank Mandiri.DOK. Humas Bank Mandiri Ilustrasi Bank Mandiri.

Ekosistem pemberdayaan perempuan di perusahaan

Dalam pandangan Novita, perusahaan memiliki peran penting dalam memperkuat ekosistem pemberdayaan perempuan.

Hal ini tidak hanya melalui kebijakan formal, tetapi juga melalui budaya dan sistem pengembangan talenta.

“Ke depan, perusahaan perlu membangun ekosistem pemberdayaan perempuan yang menyeluruh, tidak hanya melalui kebijakan, tetapi juga budaya, sistem pengembangan talenta, dan dukungan kesejahteraan,” katanya.

Di Bank Mandiri, upaya tersebut didorong melalui Respectful Workplace Policy berbasis diversity, equity, and inclusion.

Selain itu, pengembangan kepemimpinan perempuan diperkuat melalui program Srikandi Mandiri, khususnya pada pilar women leadership yang mencakup mentoring dan forum inspiratif untuk memperluas jejaring serta meningkatkan kesiapan kepemimpinan.

Pengembangan karier tersebut dilengkapi dengan program well-being, termasuk layanan konseling profesional, agar perempuan dapat menjalani peran profesional secara berkelanjutan.

Bagi Novita, pemberdayaan perempuan merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam membangun kepemimpinan yang lebih resilien dan adaptif.

Tag:  #novita #widya #anggraini #direktur #bank #mandiri #empati #relevan #dalam #kepemimpinan

KOMENTAR