Setoran Bea dan Cukai Sudah Tembus Rp 249 Triliun Per Oktober 2025
- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga Oktober 2025 mencapai Rp 249,3 triliun.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan angka tersebut setara 80,3 persen dari target.
Suahasil menjelaskan capaian tersebut tumbuh 7,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan terutama disumbang oleh bea keluar dan penerimaan cukai.
“Penerimaan kepabeanan dan cukai sudah terkumpul Rp 249,3 triliun. Ini tumbuh 7,6 persen dibanding tahun lalu,” ujar Suahasil dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis (20/11/2025).
Ia menjelaskan terdapat tiga komponen penyumbang penerimaan.
Pertama, cukai yang menyumbang Rp 184,2 triliun atau 75,4 persen dari target.
Meski penerimaan naik 5,7 persen, produksi rokok yang menjadi kontributor terbesar tercatat menurun. Hingga Oktober, produksi rokok mencapai 258,4 miliar batang atau turun 2,8 persen dibanding tahun lalu.
Kedua, penerimaan bea keluar tercatat Rp 24 triliun dan telah melampaui target secara signifikan, yakni mencapai 537,4 persen dari APBN.
Lonjakan tersebut dipicu oleh peningkatan harga CPO, volume ekspor sawit, serta dibukanya kembali ekspor konsentrat tembaga sejak Maret 2025.
Komponen ketiga adalah bea masuk yang terkumpul Rp 41 triliun atau 77,5 persen dari target. Namun, penerimaan bea masuk mengalami kontraksi 4,9 persen.
Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya setoran dari komoditas pangan serta meningkatnya pemanfaatan skema perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang menurunkan tarif impor.
Menurut Suahasil, capaian hingga Oktober memberikan ruang bagi pemerintah untuk menjaga kinerja APBN hingga akhir tahun, meski beberapa komponen penerimaan menghadapi tekanan.
Ia menegaskan pemerintah akan terus memonitor dinamika ekspor-impor dan faktor global yang memengaruhi penerimaan sektor kepabeanan.
Secara keseluruhan, pemerintah menilai tren penerimaan kepabeanan dan cukai masih berada dalam jalur yang aman.
Kenaikan pada bea keluar dan ketahanan penerimaan cukai dinilai mampu menahan dampak perlambatan pada komponen bea masuk.