Insentif Impor Kendaraan Listrik Berakhir 2026, Ini Emiten yang Untungkan
Ilustrasi saham. (PIXABAY/STOCKSNAP)
06:00
19 November 2025

Insentif Impor Kendaraan Listrik Berakhir 2026, Ini Emiten yang Untungkan

Pemerintah dipastikan akan menghentikan insentif impor kendaraan listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) mulai tahun 2026.

Kebijakan itu bukan hanya mengubah strategi pengembangan industri kendaraan listrik nasional, tetapi juga diproyeksikan menjadi katalis penting bagi pergerakan saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO).

Analis Teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menilai pengakhiran insentif impor dalam skema completely built-up (CBU) menandai pergeseran fokus pemerintah dari sekadar mendorong penetrasi pasar menuju percepatan produksi lokal.

Insentif berupa pembebasan bea masuk, Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hanya akan berlaku hingga Desember 2025.

Setelah itu, seluruh pelaku industri akan memasuki babak baru yang menuntut komitmen investasi lebih besar di dalam negeri.

Sebagai bagian dari kebijakan tersebut, pemerintah bakal mewajibkan enam produsen otomotif global, BYD, VinFast, Geely, GWM Ora, Citroen, dan Xpeng, untuk memulai produksi lokal pada 2926-2027.

Tak sekadar membuka pabrik, kewajiban ini menuntut mereka mencocokkan volume produksi lokal dengan volume impor sebelumnya, serta menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen yang secara bertahap akan meningkat menjadi 60 persen.

Menurut Herditya, penghentian insentif CBU memang dapat menciptakan tekanan jangka pendek terhadap volume impor kendaraan listrik yang selama ini masih mengandalkan unit utuh dari luar negeri.

Namun ia menilai dalam jangka menengah kebijakan tersebut justru menjadi pendorong kuat bagi penguatan ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia. Dengan produksi lokal yang dipercepat, transfer teknologi akan berlangsung lebih cepat, sementara rantai pasok domestik akan semakin dalam.

Kondisi itu memberikan keuntungan langsung bagi produsen komponen seperti AUTO dan ASII, serta pemasok komponen kendaraan listrik lainnya, mulai dari baterai, motor listrik, hingga sistem pengisian daya.

“Kami memandang penghapusan insentif CBU sebagai hambatan jangka pendek bagi volume impor, tetapi sebagai katalis jangka menengah untuk penguatan ekosistem,” ujar Herditya kepada Kompas.com, Selasa (18/11/2025).

“Kebijakan ini diperkirakan akan mempercepat transfer teknologi dan memperdalam rantai pasok lokal, sehingga menguntungkan produsen komponen seperti AUTO dan ASII, serta pemasok komponen kendaraan listrik lainnya (baterai, motor listrik, dan sistem pengisian daya),” paparnya.

MNC Sekuritas pun mempertahankan pandangan overweight terhadap sektor otomotif nasional. Ia memperkirakan segmen kendaraan roda empat (4W) akan pulih pada tahun depan, sementara margin keuntungan pada kendaraan roda dua (2W) tetap solid.

Dalam lanskap tersebut, ASII tetap menjadi top pick dengan rekomendasi Buy dan target harga Rp 7.000 per saham, didukung posisi dominan di pasar 4W dan 2W, lini produk yang lengkap, serta kekuatan bisnis pembiayaannya.

AUTO juga mendapat rekomendasi Buy dengan target harga Rp 3.200 per saham. Menurut Herditya, AUTO memiliki fundamental laba yang kuat, arus kas yang stabil, serta rekam jejak imbal hasil dividen yang menarik, menjadikannya salah satu beneficiary utama dari kebijakan percepatan industrialisasi EV di Indonesia.

“Kami mempertahankan pandangan overweight terhadap sektor otomotif, dengan ekspektasi pemulihan segmen kendaraan roda empat (4W) pada FY26F, serta margin kendaraan roda dua (2W) yang tetap kuat,” bebernya.

“ASII rekomendasi Buy, target harga Rp 7.000, tetap menjadi pilihan utama kami, didukung oleh posisi dominannya di segmen 4W dan 2W, jajaran produk yang lengkap, serta lini pembiayaan yang kuat. Kami juga menyukai AUTO, rekomendasi Buy, target harga Rp 3.200, berkat laba yang solid, ketahanan arus kas, dan imbal hasil dividen yang tinggi,” lanjut Herditya.

Sebagai informasi, laba bersih grup Astra International tercatat senilai Rp 16 triliun hingga semester I-2025, atau turun 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah ini tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GOTO dan Hermina.

Kemudian, pendapatan bersih konsolidasian Grup pada semester I-2025 sebesar Rp 162,9 triliun, atau 2 persen lebih tinggi dibandingkan dengan semester pertama tahun 2024.

ASII sendiri optimistis kinerja perusahaan tahun depan akan membaik seiring dengan meredanya tensi perekonomian global.

Presiden Direktur ASII, Djony Bunarto Tjondro, yakin kinerja ASII akan membaik didukung oleh portofolio bisnis yang terdiversifikasi.

"Untuk tahun 2026, saya tidak bisa memberikan satu prediksi atau proyeksi yang secara kuantitatif, tetapi kita semua berharap bahwa kondisi perekonomian global akan membaik," kata Djony dalam Public Expose Astra International, Rabu (27/8/2025).

Pada tahun depan diharapkan tekanan dari berbagai aspek juga akan mereda. Peningkatan perekonomian Indonesia juga diharapkan terus meningkat disertai dengan perbaikan pada daya beli masyarakat, terutama kelas menengah.

Meskipun demikian, Djony mengakui saat itu masih terlalu dini untuk dapat memberikan petunjuk (guidance) yang bersifat kuantitatif.

Untuk dapat memperbaiki kinerja, perusahaan terus memperkuat inti lini bisnis dengan optimalisasi dari berbagai aspek operasional. Kemudian, Astra International juga melakukan investasi dan akuisisi yang berkaitan dengan bisnis inti untuk memperkuat rantai pasok dan ekosistem bisnis inti.

Tak hanya itu, ASII juga melakukan investasi pada area-area baru yang diperlukan perusahaan untuk lebih bertumbuh di masa depan.

Sementara, pada semester I-2025, ASII melihat ada tekanan terhadap beberapa sektor, sehingga kinerja perusahaan juga mengalami sedikit penurunan. Ini disebabkan oleh harga komoditas yang relatif stabil dan tidak menunjukkan peningkatan signifikan. Kemudian, pasar mobil Indonesia juga tengah mengalami penurunan.

“Tetapi untuk sisa 2025 ini kami berharap bahwa kami bisa mempertahankan sama seperti semesterI-2025," ucapnya.

Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Semua rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.

Tag:  #insentif #impor #kendaraan #listrik #berakhir #2026 #emiten #yang #untungkan

KOMENTAR