Menanti IPO Perbankan dan BUMN, Tarik Minat Investor Masuk Pasar Modal
- Bursa Efek Indonesia (BEI) diharapkan dapat menarik perusahaan-perusahaan berkualitas untuk dapat melantai di pasar saham.
Penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) perusahaan berkualitas dapat menarik minat investor untuk masuk ke pasar modal.
Pengamat pasar modal sekaligus Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Analis Efek Indoneisa (PAEI), Haryajid Ramelan menyampaikan, adanya Badan Pengelola Investasi Dana Anagata Nusantara atau BPI Danantara diharapkan akan lebih banyak perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Rakyat (BUMN) yang akan go public atau melakukan IPO.
Ilustrasi saham. Membangun kekayaan dari pasar saham bukan soal keberuntungan. Investor sukses memiliki tujuh kebiasaan yang mereka lakukan secara konsisten dan terbukti menghasilkan dalam jangka panjang.
"Karena ini masih minim ya," ujar dia dalam Market Outlook 2026: Navigating 2026 - Trust, Stability, and Financial Resiliece, Kamis (6/11/2026).
Ia menyebutkan, beberapa anak usaha PT Pertamina (Persero) disebut sudah siap untuk melantai di bursa efek.
Masuknya saham-saham perusahaan berkalitas ke pasar saham juga akan memberikan kepercayaan investor terhadap saham-saham IPO.
"Saya rasa kalau ini bisa diikuti oleh perusahaan lain, trust (kepercayaan) investor untuk masuk ke saham yang IPO akan semakin besar," ujar dia.
Sebelumnya, Danantara telah berencana untuk mengalirkan dana hasil dividen BUMN ke pasar modal tahun ini. Danantara akan mengalokasikan investasi sebanyak 80 persen di dalam negeri.
Selain itu, Danantara juga telah menyatakan minatnya untuk membuat perusahaan di bawahnya menjadi emiten di pasar modal.
Ilustrasi saham, Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlihatkan IHSG merah.
Lebih lanjut, Haryajid mengungkapkan, pertumbuhan emiten-emiten yang berkualitas ke depan juga dapat mendorong IHSG terus naik.
"Terutama di sektor perbankan dan pertambangan energi, apalagi energi terbarukan," ungkap dia.
Isu Superbank masuk pasar modal
Berbicara terkait potensi IPO, salah satu perbankan digital yakni Superbank tengah diisukan berencana untuk menghimpun dana melalui pasar modal.
Dalam grup investor, beredar prospektus ringkas Superbank yang diisukan akan melantai pada Desember 2025.
Dari dokumen tersebut, Superbank disebut akan melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dengan jadwal perkiraan masa penawaran awal pada 17 sampai 24 November 2025, dengan tanggal efektif pada 3 Desember 2025 mendatang.
Lalu, penawaran umum perdana saham dijadwalkan berlangsung pada 5 sampai 9 Desember 2025. Sementara, pencatatan sahamnya di BEI diperkirakan pada 11 Desember 2025.
Superbank, yang bergerak di bidang jasa perbankan, disebut akan menawarkan sebanyak 5,2 miliar lembar saham biasa Seri A atau setara 15 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh.
Dengan jumlah ini, Superbank digadang-gadang dapat meraup dana senilai Rp 5,36 triliun.
Dalam prospektus awal, Superbank menunjuk PT Mandiri Sekuritas, CLSA Sekuritas Indonesia, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, dan PT Sucor Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Superbank sendiri tidak komentar banyak atas rumor atau spekulasi pasar yang beredar terkait rencana IPO.
Superbank.
Juru Bicara Superbank menegaskan bahwa saat ini fokus perusahaan adalah menjaga kinerja yang kuat dengan menghadirkan solusi keuangan inovatif, memperluas pertumbuhan jumlah nasabah, serta memperkuat kolaborasi dengan ekosistem tepercaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Indonesia.
“Superbank tidak memberikan komentar atas rumor atau spekulasi pasar. Fokus kami adalah menjaga kinerja yang kuat melalui solusi keuangan inovatif, pertumbuhan jumlah nasabah, serta kolaborasi dengan ekosistem tepercaya untuk mendorong pertumbuhan inklusif di Indonesia,” ujar Juru Bicara Superbank saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (7/11/2025).
Menanggapi hal tersebut, pengamat pasar modal Reydi Octa mengungkapkan, kabar mengenai rencana IPO Superbank wajar menarik perhatian pasar karena melibatkan nama besar seperti Grab, Kakao dan EMTK grup.
"Agenda Superbank IPO menurut saya bukan sekadar mencari tambahan dana tetapi juga untuk memuluskan proses menuju bank digital yang kredibel," kata dia kepada Kompas.com.
Menurut dia, IPO Superbank berpotensi untuk menjadi cara memperluas basis investor institutional, memperkuat kepercayaan publik dan regulator.
"Bahwa Superbank siap hadir dan bersaing di pasar, juga membuka peluang permodalan jangka panjang tanpa bergantung dari suntikan modal grup di internal," ucap dia.
Dukungan investor domestik ritel jadi kunci pertumbuhan pasar modal Indonesia
Selain membawa perusahaan berkualitas untuk melantai di pasar modal, peran investor ritel domestik juga ternyata penting untuk mendorong IHSG terus naik.
Pengamat pasar modal sekaligus Co-Founder Pasar Dana Hans Kwee mengatakan, jumlah investor pasar modal saat ini telah mencapai angka 19 juta.
Ilustrasi investasi. Membangun kekayaan tidak selalu bergantung pada gaji besar atau keberuntungan investasi, melainkan pada kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan finansial dengan cerdas.
"Pertumbuhan investor ini cukup signifikan," ujar dia.
Hal itu ditambah dengan jumlah transaksi di bursa efek yang bergerak naik setelah adanya gelontoran dana dari saldo anggaran lebih (SAL) senilai Rp 200 triliun yang membuat suku bunga perbankan turun.
Dari sisi kepemilikan, dominasi asing di pasar modal bergerak turun.
"Jadi asing itu net sell terus di pasar kita," imbuh dia.
Ia mengungkapkan kepemilikan asing saat ini sekitar 40 persen dengan tren yang terus menurun. Namun demikian, nilai transaksi asing meningkat di tengah aksi jual tersebut.
Investor asing disebut tengah melakukan rebalancing portofolio. Sebaliknya, investor domestik ritel justru kian menunjukkan dominasinya di pasar modal.
"Itu yang menopang pergerakan indeks kita bergerak ke atas," ucap Hans.
Melihat pertumbuhan jumlah investor yang didominasi anak muda tersebut, Hans optimistis, pasar modal akan stabil. Hal itu masih ditambah dengan potensi kenaikan pendapatan dari investor yang juga akan memperbesar porsi investasinya.
"Selama ini, kalau asing keluar dari pasar kita pasti indeks kita goyang sekali. Nah ini sudah berubah pasarnya," ungkap dia.
Target IPO BEI
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tbk menargetkan akan membawa sebanyak 50 perusahaan untuk menggelar IPO di pasar modal.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman ketika ditemui di Main Hall BEI, Kamis (27/3/2025)
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan, pihaknya telah merevisi target IPO BEI pada tahun ini menjadi 45 perusahaan.
"Target tahun ini kami 45 (IPO), tahun depan kami targetnya 50 IPO saham," kata dia.
Adapun, sampai saat ini telah terdapat 24 perusahaan yang melantai di bursa efek. Sementara antrean IPO yang tecermin di pipeline BEI masih terdapat 13 calon emiten lagi.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 5 emiten termasuk dalam lighthouse IPO atau emiten dengan kapitalisasi pasar lebih dari Rp 3 triliun serta free float senilai 15 persen.
Adapun tahun depan, Iman menargetkan mampu membawa sebanyak 50 emiten melantai di bursa efek dengan minimal IPO perusahaan lighthouse sebanyak 6 entitas.
Sedikit catatan, beberapa IPO kategori lighthouse yang telah melantai di bursa efek tahun ini misalnya adalah PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUMI), dan hingga Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, saat ini masih terdapat tiga perusahaan yang tergolong lighthouse sedang mengantri untuk melantai di bursa efek.
Menurut dia, target ini menunjukkan komitmen BEI untuk tidak hanya menghadirkan perusahaan dengan jumlah yang besar, tetapi juga berkualitas.
"Tahun 2025 tadi sudah tercapai lighthouse, ke depan itu akan meningkatkan attractiveness perusahaan-perusahaan besar," tutup dia.
Sebagai informasi, sampai dengan 24 Oktober 2025 telah terdapat 955 saham perusahaan tercatat dengan penambahan 23 saham baru.
Adapun total penghimpunan dana atas seluruh efek sepanjang tahun ini mencapai Rp 202,6 triliun.
Tag: #menanti #perbankan #bumn #tarik #minat #investor #masuk #pasar #modal