IHSG Menghijau di Awal Perdagangan, Naik 0,20 Persen ke Level 8.353,802
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan Jumat (7/11/2025). Indeks naik 0,20 persen atau 16,74 poin ke posisi 8.353,802.
Berdasarkan data RTI, sejak pembukaan di level 8.346,575, indeks sempat menyentuh titik tertinggi di 8.356,397 dan terendah di 8.332,601.
Hingga sesi pagi, sebanyak 248 saham menguat, 206 saham melemah, dan 211 saham tidak berubah. Volume transaksi tercatat 2,86 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,74 triliun dari 224.139 kali transaksi.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memproyeksikan bahwa pada skenario terbaik (best case), IHSG masih berada di awal wave (iii) dari wave [iii]. Kondisi ini membuka peluang bagi IHSG untuk melanjutkan penguatan menuju area 8.390-8.463 pada perdagangan Jumat (7/11/2025).
“Best case (hitam), IHSG masih berada di awal wave (iii) dari wave [iii] sehingga IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya, adapun area penguatan selanjutnya yang berada di 8,390-8,463,” ujar Herditya dalam analisa hariannya, Jumat (7/11/2025).
Adapun level penopang (support) IHSG berada di 8.275 dan 8.181, sementara level penahan (resistance) di 8.365 dan 8.390.
Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus alias Nico, memprediksi bahwa secara teknikal IHSG hari ini berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance 8.270– 8.380.
“Potensi koreksi terbuka, hati-hati ya,” ucap Nico.
Menurutnya, IHSG diperkirakan bergerak menguat terbatas lantaran meningkatnya kekhawatiran pasar global akibat lonjakan data pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika Serikat (AS).
Dari pasar global, pelaku pasar dikejutkan oleh data US Challenger Job Cuts YoY yang melonjak tajam dari sebelumnya -25,8 persen menjadi 175,3 persen. Lonjakan ini mencerminkan peningkatan tajam jumlah PHK di Amerika, tertinggi dalam lebih dari dua dekade terakhir. Kabar tersebut langsung mengguncang pasar, dengan indeks Dow Jones turun 0,84 persen dan S&P 500 anjlok 1,12 persen.
Kenaikan angka PHK menunjukkan industri di AS tengah melakukan penyesuaian besar-besaran pasca lonjakan perekrutan setelah pandemi. Adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI), melemahnya belanja konsumen dan korporasi, serta kenaikan biaya operasional menjadi faktor utama yang mendorong perusahaan memangkas tenaga kerja, terutama di sektor teknologi dan pergudangan.
Sejumlah perusahaan besar seperti Amazon.com Inc., Starbucks Corp., Target Corp., Paramount Skydance Corp., Delta Air Lines Inc., CarMax Inc., Rivian Automotive Inc., hingga Molson Coors Beverage Co. telah mengumumkan rencana pengurangan tenaga kerja hingga 9 persen dari total karyawan.
Kondisi itu menimbulkan kekhawatiran bahwa tingkat pengangguran di AS akan meningkat menuju kisaran 4,4-4,5 persen, berlawanan dengan pernyataan sebelumnya dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menyebut pasar tenaga kerja masih solid.
Ketidakpastian ini memperkuat spekulasi bahwa The Fed mungkin akan memangkas suku bunga lebih cepat, bahkan pada Desember mendatang. Jika hal itu terjadi, tekanan terhadap pasar keuangan global bisa berkurang dan menjadi peluang bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan kebijakan suku bunga pada bulan depan.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 mencapai 5,04 persen secara tahunan (year on year). Meski demikian, pasar tenaga kerja dalam negeri menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
Jumlah pengangguran pada Agustus 2025 tercatat 7,46 juta orang, meningkat dari posisi Februari 2025 yang sebesar 7,28 juta orang.
Kondisi ini menunjukkan masih adanya tekanan di sejumlah sektor industri akibat PHK dan perlambatan permintaan. Ketimpangan antara pertumbuhan ekonomi dan kenaikan angka pengangguran ini menjadi sinyal perlambatan produktivitas yang dapat menekan konsumsi rumah tangga dan berpotensi memperlambat laju ekonomi nasional.
Tag: #ihsg #menghijau #awal #perdagangan #naik #persen #level #8353802