Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal III 2025, Apa Saja Penopangnya?
- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025 mencapai 5,04 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Angka ini sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 yang tercatat 5,12 persen, tetapi masih menunjukkan ketahanan aktivitas ekonomi di tengah tekanan global dan domestik.
Apa saja data-data penting soal pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025 yang perlu diketahui?
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.
Ringkasan angka penting pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025
Berdasarkan data resmi BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025 lebih tinggi dibandingkan pada kuartal III 2024 yang mencapai 4,95 persen.
Sementara secara kumulatif, sepanjang periode Januari sampai September 2025, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga
berlaku kuartal III 2025 mencapai Rp 6.060,0 triliun dan atas dasar harga konstan 2010
mencapai Rp 3.444,8 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) mencapai 1,43 persen, yang merupakan pola musiman seperti tahun-tahun sebelumnya, di mana pertumbuhan di kuartal III biasanya lebih rendah dibandingkan kuartal II di tahun yang sama.
“Secara qtq, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2025 tumbuh sebesar 1,43 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara qtq ini sejalan dengan pola musiman seperti yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan qtq di triwulan III selalu lebih rendah daripada triwulan II,” ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud saat konferensi pers rilis data BPS terkait pertumbuhan ekonomi nasional, Rabu (5/11/2025)
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan capaian pada kuartal IV-2024 yang tumbuh 5,02 persen dan kuartal I-2024 yang tumbuh 5,11 persen.
Apa yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025?
Edy menegaskan bahwa konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang utama ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025.
“Jika dilihat dari sumber pertumbuhan pada triwulan III 2025, konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan utama atau sumber pertumbuhan terbesar, yaitu 2,54 persen,” ujar dia.
Pernyataan ini menegaskan peran belanja rumah tangga, dari transportasi, komunikasi, hingga pariwisata domestik, dalam menjaga laju ekonomi Indonesia.
1. Konsumsi rumah tangga
Menurut Edy, terdapat tiga komponen pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesua pada kuartal III 2025. Paling tinggi yakni konsumsi rumah tangga, yang tumbuh 4,89 persen (yoy), lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang mencapai 4,97 persen (yoy).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga paling banyak ditopang oleh sektor transportasi dan komunikasi sebesar 6,41 persen.
Ini tercermin dari peningkatan mobilitas penduduk, indeks penjualan eceran bahan bakar kendaraan, serta peningkatan jumlah penumpang angkutan rel dan laut.
“Kemudian didorong kelompok restoran dan hotel tumbuh tinggi sebesar 6,32 persen, yang tercermin dari peningkatan perjalanan wisatawan nusantara dibandingkan kuartal III 2024,” tutur Edy.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. IMF memperingatkan ketegangan dagang AS-China bisa menghambat pertumbuhan ekonomi Asia yang kini diproyeksikan naik menjadi 4,5 persen tahun 2025.
2. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB)
Selanjutnya adalah PMTB yang tumbuh sebesar 5,04 persen (yoy), namun lebih rendah dari kuartal II 2025 sebesar 6,99 persen (yoy).
Edy mengungkapkan, pertumbuhan PMTB tertinggi terjadi pada subkomponen mesin dan perlengkapan sebesar 17 persen. Ini tercermin dari peningkatan impor barang modal jenis mesin.
Kemudian, subkomponen kendaraan tumbuh sebesar 6,24 persen, didorong oleh peningkatan investasi domestik dan impor kendaraan.
Sebagai informasi, PMTB adalah investasi dalam aset tetap yang mencakup penambahan aset tetap, seperti bangunan, mesin, dan peralatan dikurangi pelepasan aset tetap dalam periode tertentu.
PMTB adalah ukuran total pengeluaran untuk barang modal dengan umur lebih dari satu tahun, yang berfungsi sebagai indikator penting untuk pertumbuhan ekonomi
3. Ekspor
Pertumbuhan ekspor Indonesia tercatat sebesar 9,91 persen (yoy) pada kuartal III 2025, melambat jika dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 10,67 persen (yoy).
Edy menyampaikan, kinerja ekspor Indonesia didorong oleh ekspor barang non minyak dan gas (migas) dan ekspor jasa.
Beberapa komoditas barang non migas yang mengalami peningkatan nilai dan volume ekspor, adalah lemak dan minyak hewani/nabati, besi dan baja, mesin dan peralatan listrik, serta kendaraan dan bagiannya.
“Pertumbuhan ekspor jasa salah satunya didukung oleh peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara,” ungkap Edy.
Industri pengolahan sebagai motor pertumbuhan
Ilustrasi manufaktur.
Dilihat dari sisi produksi, industri pengolahan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025 dengan andil sekitar 1,13 persen poin terhadap pertumbuhan nasional.
Sektor pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan juga memberi sumbangan signifikan, menggambarkan pergeseran yang lebih berimbang antara aktivitas industri dan jasa.
BPS mencatat pula kenaikan pada jasa pendidikan dan jasa perusahaan yang menunjukkan dinamika musiman dan alokasi belanja pemerintah tertentu pada fungsi sosial.
Perekonomian Indonesia masih didominasi oleh lapangan usaha industri pengolahan sebesar 19,15 persen. Kemudian diikuti oleh pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 14,35 persen.
Selanjutnya, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 13,19 persen. Lalu, konstruksi sebesar 9,82 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 8,51 persen.
BPS menyatakan, peranan kelima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Indonesia mencapai 65,02 persen.
Perbandingan dengan kuartal sebelumnya dan implikasi kuartalan
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan naik tipis dari 4,95 persen pada kuartal III 2024 menjadi 5,04 persen pada kuartal III 2025, laju pertumbuhan ekonomu secara kuartalan melambat dibandingkan kuartal II 2025, yakni dari 4,04 persen (qtq) menjadi 1,43 persen (qtq).
BPS menjelaskan bahwa pola musiman (seasonality) dan basis perbandingan yang kuat di kuartal II berperan pada pelemahan secara kuartalan ini.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Secara praktis, pelambatan secara kuartalan menandakan aktivitas ekonomi yang mulai kembali ke pola normal setelah lonjakan musiman di kuartal II tahun ini.
Proyeksi sebelumnya
Sebelum rilis resmi BPS, survei dan proyeksi ekonom menempatkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025 di kisaran 5,0 persen, sebuah konsensus bahwa ekonomi masih pada lintasan moderat tetapi rentan terhadap faktor eksternal.
Reuters dan lembaga survei lain mencatat bahwa risiko eksternal, seperti permintaan komoditas global dan perlambatan China, serta dinamika harga komoditas dapat memengaruhi kinerja lapangan usaha tertentu.
Khususnya, sektor pertambangan menghadapi tekanan karena menurunnya permintaan batu bara global dan gangguan produksi yang menekan kontribusi subsektor ini.
Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 akan tetap stabil di kisaran 5 persen, tidak jauh berbeda dibandingkan kuartal sebelumnya.
Proyeksi ini didukung oleh konsumsi rumah tangga yang mulai membaik dan investasi yang masih solid, meski belum menunjukkan percepatan signifikan.
Direktur Riset Prasasti, Gundy Cahyadi, menyebutkan penjualan ritel meningkat 5,8 persen secara tahunan pada September 2025, laju tertinggi sejak awal tahun. Namun, inflasi inti yang rendah di 2,2 persen menandakan daya beli masyarakat masih terbatas.
“Konsumsi memang membaik, tetapi lajunya masih jauh dari kata kuat. Yang kita lihat saat ini adalah stabilisasi, bukan lonjakan,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Sabtu (1/11/2025).
Dari sisi moneter, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan sebesar 150 basis poin sejak September 2024, sehingga pertumbuhan jumlah uang beredar (M2) naik 8 persen per tahun pada September 2025.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, realisasi belanja pemerintah baru mencapai 59,7 persen dari target tahunan, membuka peluang percepatan belanja di akhir tahun.
Gundy menyebut, investasi masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski momentum mulai melambat.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan investasi kuartal III naik 13,9 persen secara tahunan, dengan sektor pusat data, logistik, dan infrastruktur digital sebagai penyumbang utama.
“Arus investasi masih positif, tapi ke depan perlu difokuskan ke revitalisasi sektor industri,” kata Gundy.
Dari sisi eksternal, surplus perdagangan mencapai 5,49 miliar dollar AS pada Agustus 2025, bahkan tertinggi sejak awal tahun.
Stabilitas ekspor dan harga komoditas yang kuat, terutama minyak sawit mentah (CPO), turut menjaga nilai tukar rupiah dan memperkuat cadangan devisa nasional.
Prasasti menilai kebijakan moneter dan fiskal pemerintah telah berjalan seimbang, menjaga stabilitas tanpa menimbulkan tekanan pada pasar keuangan.
“Untuk saat ini, laju pertumbuhan sekitar 5 persen dinilai tetap kokoh dan mencerminkan ketahanan fundamental ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang belum menentu,” ujar Gundy.
Sementara itu, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025 di bawah 5 persen.
Dalam laporan risetnya, Selasa (4/11/2025), LPEM UI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025 mencapai 4,88 persen (yoy), dengan rentang estimasi antara 4,86 hingga 4,90 persen.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.
Untuk keseluruhan tahun 2025, LPEM UI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia antara 4,93 hingga 4,97 persen.
Lembaga tersebut berpandangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum berkualitas dan berpotensi tumbuh di bawah 5 persen untuk keseluruhan tahun ini.
"Lebih lanjut, minimnya faktor musiman di Triwulan-III 2025 berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya," kata LPEM UI dalam laporannya.
Adapun Tim Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2025 mencapai 5,05 persen (yoy).
Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal II 2025 yang mencapai 5,12 persen (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2025 yang tumbuh 4,87 persen.
"Pertumbuhan ini diperkirakan ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tangguh dan kinerja eksternal yang membaik, yang mampu mengimbangi perlambatan investasi dan pengeluaran pemerintah," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro dikutip dalam keterangan resminya, Selasa (4/11/2025).
Konsumsi rumah tangga sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi, diperkirakan tumbuh 5,0 persen (yoy), sama seperti kuartal sebelumnya.
Penutup
Angka 5,04 persen menegaskan bahwa perekonomian Indonesia masih tumbuh dalam fase stabilitas moderat.
Artinya, cukup kuat untuk menahan guncangan sementara namun belum menyentuh laju pertumbuhan yang lebih tinggi.
Tantangan struktural tetap ada. Daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya, kebutuhan peningkatan penyerapan tenaga kerja produktif, serta ketergantungan pada komoditas yang membuat volatilitas pendapatan ekspor.
Jika persoalan tersebut tidak dikelola, pertumbuhan jangka menengah berisiko melambat.
Tag: #pertumbuhan #ekonomi #indonesia #kuartal #2025 #saja #penopangnya