



IHSG Merosot di Jeda Perdagangan, Rupiah Bisa Stabil Asal Tekanan Tarif dan Konflik Mereda
Pasar saham global ditutup menguat pada perdagangan Selasa (24/06). Di tengah sentimen positif dari meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan sinyal dovish dari The Federal Reserve.
Indeks Dow Jones naik 1,19 persen ke 43.089,02. Sementara S&P 500 menguat 1,11 persen ke 6.092,18. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 5 basis poin (bps) menjadi 4,30 persen.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, mengatakan pasar merespons positif pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait gencatan senjata antara Israel dan Iran. Konflik yang sebelumnya memicu kekhawatiran pasar global kini mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan eskalasi. "Pasar melihat pernyataan Trump tentang konflik yang disebut sebagai Perang 12 Hari. Hanya saja, Israel dan Iran dilaporkan meluncurkan serangan baru tak lama setelah menyetujui gencatan senjata," katanya kepada Jawa Pos, Rabu (25/6).
Ketegangan yang mereda membuat harga minyak global turun. Meredakan kekhawatiran inflasi dan mendukung spekulasi pemangkasan suku bunga Fed (Fed funds rate) lebih dari sekali, setidaknya dua kali, tahun ini. Kapal tanker juga tetap dapat melintasi Selat Hormuz.
Di sisi kebijakan moneter, Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan testimoni yang bernada hati-hati di Kongres AS. Menandakan belum ada urgensi untuk menurunkan suku bunga. Meski tetap terbuka untuk pemangkasan jika kondisi mendukung.
Powell juga menyatakan kekhawatiran inflasi dari tarif impor. Makanya, bank sentral AS itu menahan diri untuk memangkas suku bunga pada pertemuan sebelumnya. Pernyataan tersebut memperkuat ekspektasi pemangkasan jika Presiden Trump mengurangi tarif sebelum tenggat waktu 9 Juli.
"Para investor kini mengalihkan perhatian pada penampilan Powell berikutnya di hadapan Komite Perbankan Senat, bersama dengan data penjualan rumah baru," ucap Asmo.
Indeks Dolar AS alias USD (DXY) turun menembus level 97,9. Menyentuh posisi terendah dalam lebih dari tiga tahun. Seiring aliran minyak dari Timur Tengah yang terus berlanjut.
Sikap The Fed turut mendorong penguatan aset berisiko global, termasuk pasar saham Eropa yang juga ditutup positif. Indeks CAC 40 Prancis naik 1,04 persen. Sedangkan indeks DAX Jerman menguat 1,60 persen.
Di pasar domestik, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 1,21 persen ke level 6.869,17. Meskipun masih mencatat penurunan 3 persen sejak awal tahun. Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 927,4 miliar.
Perdagangan hingga pukul 12.00, IHSG terpantau melemah 0,44 persen atau 30,45 poin ke level 6.838,72. Sebanyak 421 saham merosot, 316 saham stagnan, dan hanya 223 saham yang naik. Volume transaksi tercatat Rp 11,51 miliar.
Pasar obligasi Indonesia juga mencatatkan penguatan. Dengan imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun 6,3 bps menjadi 6,76 persen. Nilai tukar rupiah juga menguat 0,82 persen ke level Rp 16.350 per USD.
Menurut Andry, tren penguatan ini bisa berlanjut dalam jangka pendek. Ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek stabilitas ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global. "Dengan prospek pemangkasan suku bunga The Fed dan meredanya harga energi global, rupiah berpotensi bergerak stabil di kisaran Rp 16.310 sampai Rp 16.397 per USD," terang alumnus Georgia State University itu.
Tag: #ihsg #merosot #jeda #perdagangan #rupiah #bisa #stabil #asal #tekanan #tarif #konflik #mereda