Tak Disangka, 3 Perilaku Ini Diam-diam Bikin Investor Gagal Cuan
Ilustrasi investasi. Kapan waktu terbaik untuk mulai investasi? sebaiknya setelah dana darurat dan proteksi siap, agar investasi tumbuh maksimal dan risiko terkendali. (Dok. Shutterstock)
10:04
24 Juni 2025

Tak Disangka, 3 Perilaku Ini Diam-diam Bikin Investor Gagal Cuan

— Di tengah semakin luasnya pilihan instrumen investasi, dari saham, obligasi, hingga kripto dan properti, masih banyak investor yang terjebak perilaku keliru dalam mengambil keputusan finansial. Perilaku ini sering tak disadari, namun bisa berdampak serius pada hasil investasi jangka panjang.

Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), mengingatkan pentingnya investor memahami bias psikologis yang kerap muncul saat berinvestasi.

Menurutnya, ada tiga jenis bias utama yang sering menjebak investor sehingga keputusan yang diambil cenderung spekulatif dan tidak berbasis data.

“Dalam berinvestasi, terdapat beberapa perilaku bias yang berpeluang menyebabkan keputusan-keputusan investasi yang tak optimal hingga berujung pada spekulasi tanpa dasar. Untuk memperbaikinya dibutuhkan kesadaran diri serta komitmen untuk menggunakan logika dan data dalam mengambil keputusan. Bukannya sekadar mengandalkan emosi semata,” jelas Freddy melalui keterangannya kepada Kompas.com, dikutip Selasa (23/6/2025).

Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI)DOK. MAMI Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI)Apa saja tiga perilaku yang bisa bikin gagal cuan tersebut? Yuk simak di bawah ini:

1. Overconfidence (Terlalu Percaya Diri)

Bias pertama adalah overconfidence atau kepercayaan diri berlebihan. Bias ini membuat investor merasa sangat mampu memprediksi arah pasar. Padahal, pergerakan pasar sangat dinamis dan tak bisa ditebak hanya berdasarkan intuisi pribadi.

"Kepercayaan diri yang berlebihan dapat mendorong investor melakukan trading lebih sering karena yakin bisa untung besar dalam waktu singkat. Padahal, risiko biaya transaksi membengkak hingga portofolio yang kurang terdiversifikasi bisa muncul,” ujar Freddy.

Lebih buruk lagi, investor overconfidence cenderung bereaksi impulsif saat pasar naik atau turun tajam. “Ini yang menyebabkan mereka terjebak pola ‘buy high, sell low’ alias beli mahal, jual murah,” lanjutnya.

2. Loss Aversion (Terlalu Takut Rugi)

Di sisi berlawanan, ada perilaku loss aversion, atau keengganan mengambil risiko karena takut rugi. Bias ini mendorong investor terlalu bermain aman, misalnya hanya menaruh dana di tabungan yang bunganya tak sebanding dengan laju inflasi.

"Kurangnya informasi biasanya menjadi sebab perilaku menghindari risiko. Ini sangat disayangkan di era digitalisasi seperti saat ini, di mana informasi hanya sejauh ujung jari. Kalau saja mau meluangkan waktu sejenak menggali pengetahuan seputar investasi, mereka bisa lebih siap mengambil keputusan," papar Freddy.

3. Herding Mentality (Ikut-ikutan Tren)

Bias ketiga adalah herding mentality atau kecenderungan ikut-ikutan keputusan investor lain tanpa pertimbangan matang. Perilaku ini mendorong terciptanya fenomena bubble, di mana harga suatu aset melambung jauh melebihi nilai sebenarnya sebelum akhirnya anjlok.

"Setiap investor punya kebutuhan, harapan return, kemampuan finansial, dan toleransi risiko berbeda. Karena itu, strategi investasi pun tak bisa disamakan. Keputusan investasi sebaiknya didasari riset, bukan sekadar mengikuti tren atau insting," tegas Freddy.

 

Waktu Ada, Pengetahuan Tidak Terpakai

Menariknya, laporan Hootsuite 2024 menunjukkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari tujuh jam sehari di internet, termasuk tiga jam di media sosial. Namun, hanya sebagian kecil dari waktu itu digunakan untuk menambah pengetahuan investasi.

"Informasi seputar investasi memang tidak selalu dikemas menghibur seperti media sosial. Tapi meluangkan 30 menit sehari saja untuk belajar investasi bisa berdampak besar dalam jangka panjang," tutup Freddy.

Investasi tak hanya soal menambah uang, tetapi juga membangun ketahanan dan stabilitas finansial di masa depan. Dengan memahami potensi bias perilaku ini, investor diharapkan bisa membuat keputusan lebih bijak dan terhindar dari jebakan psikologis yang merugikan.

Tag:  #disangka #perilaku #diam #diam #bikin #investor #gagal #cuan

KOMENTAR