Kala Saham Gudang Garam (GGRM) Tak Lagi Perkasa di Bursa...
Harga saham gudang garam anjlok.(WIKIMEDIA COMMONS/CONSIGLIERE IVAN)
19:04
22 Juni 2025

Kala Saham Gudang Garam (GGRM) Tak Lagi Perkasa di Bursa...

– Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) terus mencatatkan kinerja buruk di lantai bursa. Dari masa kejayaannya pada 2019 yang sempat menyentuh Rp 90.000 per lembar, kini saham perusahaan rokok besar asal Kediri itu hanya diperdagangkan di kisaran Rp 9.100, tepatnya pada penutupan Jumat, 20 Juni 2025.

Kejatuhan harga saham ini bukan hanya soal volatilitas pasar biasa. Di balik penurunan tajam tersebut tersimpan persoalan mendalam yang berkaitan langsung dengan perubahan lanskap industri rokok di Indonesia dan lemahnya kinerja keuangan perusahaan itu sendiri.

Industri rokok dalam beberapa tahun terakhir mengalami tekanan hebat dari berbagai sisi. Salah satu yang paling signifikan adalah kenaikan tarif cukai rokok yang hampir terjadi setiap tahun.

Kenaikan ini berdampak langsung terhadap harga jual eceran rokok, yang pada gilirannya menurunkan daya beli konsumen.

Di saat bersamaan, produsen besar seperti Gudang Garam juga menghadapi persaingan yang makin sengit dari pemain rokok skala menengah dan kecil, yang lebih fleksibel dari sisi harga.

Tekanan ini tercermin dalam laporan keuangan terbaru perseroan. Mengutip Kontan, Gudang Garam membukukan laba bersih sebesar Rp 980,8 miliar sepanjang 2024, anjlok hingga 81,57 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5,32 triliun. Pendapatan pun ikut merosot dari Rp 118,95 triliun menjadi Rp 98,65 triliun.

Penurunan kinerja ini bukan hanya berdampak pada laporan keuangan, tetapi juga menciptakan tekanan ke hulu rantai pasok.

Gudang Garam diketahui telah menghentikan pembelian tembakau dari petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Langkah ini memicu kekhawatiran, mengingat wilayah tersebut merupakan salah satu pusat produksi tembakau utama di Tanah Air.

Bupati Temanggung, Agus Setyawan, mengatakan bahwa pihaknya telah menerima penjelasan langsung dari manajemen Gudang Garam terkait keputusan itu.

"Jadi memang tidak lagi kondusif untuk membeli bahan baku, khususnya dari Temanggung," ujar Agus, dikutip dari Antara, Senin (16/6/2025).

Menurut dia, stok tembakau di gudang perusahaan sudah sangat melimpah, bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi hingga empat tahun ke depan.

Melimpahnya stok bahan baku menunjukkan lemahnya permintaan pasar terhadap produk rokok. Ketika produk tidak terserap, produksi ditekan. Akibatnya, kebutuhan akan tembakau dari petani juga terhenti. Situasi ini menggambarkan tekanan sistemik yang tengah membelit Gudang Garam, dari sisi permintaan konsumen hingga relasi dengan mitra petani.

Tak heran bila tekanan itu tercermin di pasar saham. Sepanjang satu tahun terakhir, nilai saham GGRM sudah tergerus lebih dari 50 persen. Jika pada pertengahan 2024 saham ini masih diperdagangkan di angka Rp 18.550, kini hanya tersisa separuhnya. Bahkan, pada 8 April 2025, saham Gudang Garam sempat menyentuh titik terendahnya tahun ini di Rp 8.675 per lembar.

Kondisi ini membuat para investor mulai mempertanyakan prospek jangka panjang saham GGRM. Di tengah naiknya preferensi hidup sehat, ketatnya regulasi, serta pola konsumsi masyarakat yang berubah, industri rokok tak lagi sekuat dahulu. Saham perusahaan rokok yang dulu dianggap defensif, kini justru menjadi salah satu yang paling tertekan.

Meskipun Gudang Garam masih mencatatkan total aset sebesar Rp 84,93 triliun, dan ekuitas Rp 61,91 triliun, tekanan pada profitabilitas dan keberlangsungan operasional menunjukkan bahwa masa-masa keemasan bisa jadi telah berlalu.

Kini, keputusan ada di tangan investor: menunggu pemulihan jangka panjang atau mulai mempertimbangkan diversifikasi ke sektor-sektor yang lebih adaptif terhadap perubahan zaman.

Artikel ini bersumber dari pemberitaan di KONTAN berjudul "Tahun 2024, Laba Gudang Garam (GGRM) Anjlok 81,58 Persen"

 

Tag:  #kala #saham #gudang #garam #ggrm #lagi #perkasa #bursa

KOMENTAR